Becermin dari Pola Pikir Bangsa Vietnam
Perkembangan Vietnam selama 30 tahun terakhir sangat luar biasa. Bangsa Vietnam mencoba mencari model pembangunan ekonomi yang baik. Mereka merasa tidak kaya, tetapi belajar dengan semangat tinggi.
Vietnam terus berupaya menunjukkan tekadnya menjadi negara dengan perekonomian modern, kompetitif, dan terbuka. Jika mampu mempertahankan kecepatan pertumbuhannya, Vietnam berpotensi menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi di Asia Tenggara, beberapa waktu mendatang.
Di tengah tantangan menghadapi pandemi Covid-19, pasar dan rantai pasokan yang terdiversifikasi Vietnam dinilai menjadi kunci dalam konteks global masa depan. Pengelolaan risiko gangguan dalam perdagangan dan rantai pasokan negara itu diperkuat. Semua langkah tersebut diambil Vietnam di tengah dinamika perubahan hubungan perdagangan, perubahan iklim, bencana alam, dan wabah penyakit.
Bank Dunia pada April 2021 menyatakan perkembangan Vietnam selama 30 tahun terakhir sangat luar biasa. Reformasi ekonomi dan politik ”Doi Moi” yang diluncurkan pada tahun 1986 telah mendorong pertumbuhan ekonomi Vietnam yang pesat. Reformasi telah mengubah negara tersebut dari kala itu menjadi salah satu negara termiskin di dunia menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.
Antara tahun 2002-2018, produk domestik bruto (PDB) per kapita Vietnam meningkat 2,7 kali, mencapai lebih dari 2.700 dollar AS pada 2019. Tahun itu juga lebih dari 45 juta warga Vietnam dientaskan dari kemiskinan. Tingkat kemiskinan menurun tajam: dari di atas 70 persen menjadi di bawah 6 persen.
Baca juga: Vietnam yang Terus Melaju
”Ekspor yang maju dan pembangunan ekonomi Vietnam, kuncinya adalah pola pikir,” kata Duta Besar RI untuk Vietnam, Denny Abdi, dalam diskusi virtual dengan Kompas, Jumat (16/7/2021) pekan lalu. ”Mereka mencoba mencari model pembangunan ekonomi yang baik. Mereka merasa tidak kaya, tetapi belajar dengan semangat tinggi.”
Pola pikir ekspor Vietnam, misalnya, menurut Denny, adalah dengan mencari dan membuat produk-produk yang dibutuhkan pasar, seperti barang-barang hasil industri perikanan dan pertanian. Tentang kopi, misalnya, mereka belajar ke Indonesia. Hasilnya, saat ini kopi Vietnam begitu terkenal di dunia.
Seorang pengusaha Vietnam yang sangat sukses di bidang perkopian adalah Dang Le Nguyen Vu. Dang adalah Pendiri, Presiden, dan Direktur Grup Trung Nguyen. Dia telah digambarkan oleh Forbes dan National Geographic sebagai ”Raja Kopi Vietnam” dan ”Zero to Hero”. Lahir pada tahun 1971, Dang kuliah di Universitas Tay Nguyen pada 1990. Saat kuliah, ia mulai belajar dan meneliti kopi.
Pada tahun 1996 ia mendirikan perusahaan kopi Trung Nguyen. Dua tahun berselang ia pun membuka kedai kopi pertamanya di Ho Chi Minh City. Sejak itu, banyak waralaba telah dibuka di seluruh Vietnam sehingga Forbes menamai Vu dengan julukan ”Raja Kopi Vietnam”. Dia kondang dinilai sebagai salah satu pelopor di Vietnam pada bidang perkopian.
Mereka merasa tidak kaya, tetapi belajar dengan semangat tinggi.
Saat ini Vietnam dalam beberapa indikator sudah mengalahkan capaian Indonesia. Seperti dikutip oleh Presiden Joko Widodo dalam beberapa kali kesempatan, kata Denny, ekspor Vietnam tahunan telah hampir menembus 300 miliar dollar AS. Adapun nilai ekspor RI per tahun sekitar 180 miliar dollar AS. Perbandingan ekspor Vietnam terhadap PDB sudah 100 persen. Sementara untuk Indonesia, perbandingannya baru 19 persen. Dilihat dari produk-produknya, produk ekspor Vietnam juga telah memiliki nilai tambah, seperti barang-barang industri. Sementara lima produk ekspor tertinggi Indonesia masih dikuasai oleh bahan mentah.
Konsep pembangunan
Hal lain yang dapat menjadi cerminan bagi Indonesia soal Vietnam adalah konsep pembangunannya yang tidak berganti-ganti sekalipun mungkin terjadi pergantian pemimpin negara. Jika berbicara ekonomi, hal yang diusung adalah ekonomi yang didorong oleh kebutuhan permintaan pasar. Upaya mengintegrasikan ekonomi Vietnam pada ekonomi global terus dilakukan. Terlihat tidak ada beban sejarah bagi Vietnam, seperti pernah dijajah Perancis dan terlibat perang dengan Amerika Serikat. Vietnam pun mendapatkan berkah relokasi industri akibat perang dagang AS-China, misalnya.
”Vietnam menang dalam perdagangannya dengan AS. Jika mampu mempertahankan kecepatan pertumbuhannya, Vietnam berpotensi menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi di Asia Tenggara dalam beberapa waktu mendatang,” kata Denny.
Peningkatan ekonomi dan bonus demografi terlihat dimanfaatkan Vietnam untuk mendorong peningkatan sumber daya manusia. Bank Dunia mencatat Indeks Modal Manusia Vietnam (HCI) berada di level 0,69. Itu berarti, seorang anak yang lahir di Vietnam hari ini akan memiliki peluang sebesar 69 persen lebih produktif ketika dia tumbuh dewasa jika dia menikmati pendidikan yang lengkap dan kesehatan penuh. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik serta negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah. Antara 2010 dan 2020, nilai HCI untuk Vietnam meningkat dari 0,66 menjadi 0,69.
Tingkat kesehatan warga Vietnam juga meningkat seiring dengan meningkatnya standar hidup. Dari tahun 1993 hingga 2017, angka kematian bayi menurun dari 32,6 menjadi 16,7 (per 1.000 kelahiran hidup). Antara tahun 1990 dan 2016, harapan hidup meningkat dari 70,5 menjadi 76,3 tahun, dan merupakan yang tertinggi di kawasan untuk negara-negara dengan tingkat pendapatan yang sama. Indeks cakupan kesehatan universal Vietnam berada di 73 —lebih tinggi dari rata-rata regional dan global—dengan 87 persen populasi tercakup.
Selama 30 tahun terakhir, penyediaan layanan dasar Vietnam juga telah meningkat secara signifikan. Pada 2016, sebanyak 99 persen penduduk menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama, naik dari hanya 14 persen pada 1993. Akses air bersih di daerah pedesaan juga meningkat, dari 17 persen pada 1993 menjadi 70 persen pada 2016.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, investasi modal fisik Vietnam sebagai persentase dari PDB termasuk yang terendah di kawasan ASEAN. Hal ini dapat menciptakan tantangan bagi pertumbuhan berkelanjutan dari layanan infrastruktur modern yang diperlukan untuk fase pertumbuhan berikutnya.
Tantangan pandemi
Mengingat integrasinya yang mendalam dengan ekonomi global, ekonomi Vietnam tak luput dari tekanan akibat pandemi Covid-19 saat ini. Sejumlah lembaga internasional mengakui, ekonomi Vietnam menunjukkan ketahanan yang luar biasa. PDB negara itu mampu tumbuh sebesar 2,9 persen pada tahun 2020. Vietnam adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang melakukannya.
Namun, kondisi krisis juga meninggalkan dampak yang bertahan lama pada rumah tangga di negara itu. Perkembangan terbaru kondisi pandemi lewat sebaran virus korona varian Delta juga makin menekan negara-negara di dunia, termasuk tanda-tanda awal di Vietnam. Sekitar 45 persen rumah tangga melaporkan pendapatan rumah tangga yang lebih rendah pada Januari 2021 dibandingkan pada Januari 2020.
Pada akhir triwulan I-2021, Bank Dunia memperkirakan perekonomian Vietnam akan tumbuh 6,6 persen pada tahun 2021, didukung oleh keberhasilan pengendalian infeksi Covid-19, kinerja kuat oleh manufaktur berorientasi ekspor, dan pemulihan permintaan domestik yang kuat.
Bank Pembangunan Asia (ADB) telah memangkas perkiraan pertumbuhan 2021 Vietnam dari 6,7 persen menjadi 5,8 persen karena gelombang keempat Covid-19 dinilai berpotensi menghambat pemulihan ekonomi negara itu. Pembatasan mobilitas mendorong Purchasing Managers Index (PMI) turun menjadi 44,1 pada Juni, level terendah sejak Mei tahun lalu. Tertundanya vaksinasi Covid-19 dan kebijakan penutupan wilayah yang diperpanjang di wilayah selatan Vietnam—notabene area pertumbuhan ekonomi terbesar di negara itu—dapat membatasi kegiatan ekonomi. Namun, lembaga itu tetap mempertahankan perkiraan untuk tahun depan bagi Vietnam di level 7 persen.
”Pemulihan Asia dan Pasifik dari pandemi Covid-19 terus berlanjut, meskipun jalannya diwarnai ketidakjelasan di tengah wabah baru, varian virus baru, dan peluncuran vaksin yang tidak merata,” kata Yasuyuki Sawada, Kepala Ekonom ADB, seperti dikutip media Vietnam News tengah pekan lalu. Dengan proyeksi tingkat pertumbuhan 5,8 persen, pertumbuhan ekonomi Vietnam bakal menjadi yang tertinggi kedua di Asia Tenggara di belakang Singapura, yang ekonominya diproyeksikan tumbuh 6,3 persen tahun ini. Ekonomi Vietnam tumbuh secara tahunan sebesar 5,6 persen pada semester pertama tahun ini.