Ratusan Migran Gelap Tiba di Inggris, Hukuman Berat Disiapkan
Ratusan migran gelap menyeberang melalui Selat Inggris atau English Channel yang memisahkan Inggris dan Perancis utara. Kedua negara sepakat memperkuat aturan untuk memerangi migrasi gelap.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
PARIS, RABU — Sebanyak 430 migran telah menyeberang secara ilegal ke Inggris hanya dalam satu hari, rekor harian tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Rekor sebelumnya tercatat pada September 2020, yakni 416 migran ilegal. Mereka menyeberang melalui Selat Inggris atau English Channel yang memisahkan Inggri dan Perancis utara.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Perancis Gerald Darmanin dan mitranya Mendagri Inggris Priti Patel, Selasa (20/7/2021), dalam pembicaraan telepon video sepakat memperkuat kerja sama untuk memerangi imigrasi gelap. Mereka ingin menegakkan aturan dengan tindakan yang lebih tegas, termasuk ”memperkuat pasukan keamanan di sepanjang pantai”.
Lonjakan harian migran ilegal tersebut, menurut Pemerintah Perancis, terjadi pada Senin (19/7/2021). Aliran baru migran gelap melaui Selat Inggris itu berlangsung saat parlemen Inggris membahas undang-undang baru yang akan merombak aturan suaka dan memberlakukan hukuman penjara yang lebih berat bagi migran dan penyelundup manusia.
Menurut BBC, hampir 8.000 orang di 345 kapal telah mencapai pantai Inggris dari daratan Eropa tahun ini. Kemendagri Perancis mengatakan, London menjanjikan 62,7 juta euro atau sekitar Rp 1,07 triliun pada 2021-2022 kepada Pemerintah Perancis. Dana itu untuk membantu Paris membendung aliran migran ilegal yang melintasi Selat.
Lonjakan jumlah migran, yang umumnya menggunakan perahu karet yang penuh sesak dan rawan kecelakaan di laut, mencapai Inggris sejak awal 2020. Penyeberangan biasanya meningkat di tengah cuaca musim panas yang amat mendukung pergerakan para migran gelap itu.
Satu perahu yang membawa sekitar 50 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, mendarat di Kent, pantai selatan Inggris, Senin (19/7/2021). Beberapa orang di antaranya melambai-lambaikan tangan untuk menyatakan rasa sukacita mereka karena sukses tiba di Inggris.
Dan O’Mahoney, Komandan Ancaman Terowongan Rahasia Inggris, menyebut peningkatan penyeberangan migran gelap itu tidak dapat diterima dan berbahaya.
”Orang-orang harus meminta suaka di negara aman pertama yang mereka capai dan tidak mempertaruhkan nyawa mereka untuk penyeberangan berbahaya ini. Kami terus mengejar para penjahat dalang penyeberangan ilegal ini.”
Tahun lalu, London mengatakan, ada sekitar 8.500 orang tiba di Inggris setelah melakukan perjalanan berbahaya melintasi Selat Inggris, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Sebagian besar penyeberangan dimulai dari Perancis. Kedua negara berselisih mengenai siapa yang harus bertanggung jawab untuk menghentikan mereka.
O’Mahoney mengatakan, RUU Kebangsaan dan Perbatasan Inggris yang saat ini sedang dibahas di parlemen akan digunakan untuk ”melindungi kehidupan dan memutus siklus penyeberangan ilegal ini”.
Draf UU itu mencantumkan hukuman lebih berat bagi migran gelap yang memasuki Inggris, dari enam bulan menjadi empat tahun. Terpidana penyelundup manusia akan menghadapi hukuman seumur hidup.
”Orang-orang menyeberangi Channel (Selat Inggris) karena mereka kehabisan pilihan,” cuit Daniel Sohege, direktur kelompok HAM Stand for All, di akun Twitter. ”Inilah yang terjadi ketika rute lain ditutup,” tambahnya seraya mengatakan, RUU baru Inggris itu akan membuat situasi ”lebih buruk dan lebih berbahaya”.
Priti Patel bersikeras RUU itu sudah lama tertunda. Dia bersumpah untuk mengambil kembali kendali atas perbatasan Inggris setelah keluarnya negara itu dari Uni Eropa.
”RUU ini akhirnya akan dapat mengatasi masalah yang telah mengakibatkan rusaknya sistem—dalam jangka waktu yang lama—migrasi ilegal,” katanya kepada parlemen, Senin.
Sementara itu, petugas Badan Penjaga Perbatasan Pantai dan Pantai Eropa (Frontex) terus memantau perbatasan Belarus-Lituania. Dua negara Uni Eropa di Baltik itu telah menyaksikan lebih dari 2.000 migran gelap sejak awal tahun melintasi perbatasan dari Belarus. Sebagian besar migran berasal dari Irak.
Lituania menduga arus migran gelap itu didorong dengan sengaja oleh rezim Belarus yang didukung Rusia sebagai pembalasan terhadap sanksi Uni Eropa. ”Saya tiba pada 1 Juli dan situasinya menarik sejak awal karena sangat tegang,” kata Mike, petugas Frontex. (AFP/REUTERS)