Pakistan-Perancis Selidiki Penyadapan terhadap Pejabat Mereka
Penyadapan dinilai membahayakan demokrasi dan merupakan bentuk kebijakan yang mengerikan. Semua pihak perlu menanggapi persoalan ini secara serius.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
PARIS, RABU— Kejaksaan Paris mengumumkan penyelidikan dugaan penyadapan terhadap Presiden Perancis Emmanuel Macron. Pengumuman pada Selasa (20/7/2021) siang waktu Paris atau Rabu dini hari WIB itu mengungkap, Macron adalah salah satu dari sejumlah pemimpin negara yang disadap dengan perangkat lunak buatan Israel, Pegasus.
Selain terkait Macron, Kejaksaan Paris juga melakukan penyelidikan karena ada laporan dari sejumlah pihak lain. Kejaksaan tidak hanya secara spesifik menyebut penyadapan. Kejaksaan juga menyoroti dugaan akses tanpa izin, pelanggaran hak pribadi, hingga persekongkolan kriminal. Ada juga dugaan penjualan penangkap data tanpa izin.
Pemerintah Pakistan juga menyatakan akan menyelidiki dugaan penyadapan terhadap Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Apabila Macron diduga disadap Maroko, Khan diduga disadap India.
Macron dan Khan sama-sama disadap dengan menggunakan Pegasus, perangkat lunak yang dikembangkan perusahaan Israel bernama NSO. Selama bertahun-tahun, Pegasus bolak-balik disebut dalam rangkaian penyadapan ilegal terhadap berbagai pihak.
New Delhi diduga tidak hanya menyadap Khan dan sejumlah pihak di Pakistan. Pemimpin oposisi India, Rahul Gandhi, juga diduga menjadi sasaran penyadapan. Gandhi mengungkapkan kemarahan setelah nomor ponselnya masuk daftar sasaran penyadapan oleh New Delhi. Ia mendesak penyelidikan menyeluruh dan pihak bertanggung jawab harus dihukum keras. ”Ini serangan serius terhadap dasar demokrasi negara kita,” ujarnya seraya menegaskan, ponselnya rutin diganti secara berkala.
Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry mengatakan, penyadapan itu bisa berdampak sangat serius. New Delhi dinilai berusaha mengganggu ketertiban kawasan lewat kebijakan yang dinilai berbahaya itu.
Di Asia Selatan, India diketahui merupakan sahabat dekat Israel. New Delhi mengimpor aneka produk pertahanan konvensional dan dunia maya dari Tel Aviv selama bertahun-tahun.
Pengaduan
Kejaksaan Paris mengumumkan penyelidikan setelah ada sejumlah pengaduan soal penyadapan. Pengaduan, antara lain, disampaikan oleh Ewdy Plenel dan Lénaïg Bredoux. Mereka merupakan pendiri dan pekerja di Mediapart, salah satu media massa di Perancis. Mereka diduga disadap oleh lembaga intelijen di Maroko.
Dugaan penyadapan mereka terungkap dalam penyelidikan oleh Amnesty International dan Forbiden Stories yang merupakan organisasi madani di Paris bersama belasan media dari beberapa negara. Mereka menemukan jejak penyadapan dengan perangkat lunak buatan Israel, Pegasus, di ponsel banyak pihak. Perangkat buatan NSO itu sudah berulang kali disorot sebagai alat untuk menyadap berbagai pihak selama bertahun-tahun.
Ironisnya, dalam penyelidikan itu terungkap, Raja Maroko Mohammad VI dan PM Maroko Saadeddine Othmani juga diduga jadi sasaran penyadapan oleh lembaga intelijen Maroko. Selain Khan, Macron, dan Raja Mohammad VI, sasaran penyadapan termasuk Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, mantan PM Lebanon Saad Hariri, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, hingga mantan Presiden Meksiko Felipe Calderon.
Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi dan sejumlah pejabat Mesir juga diduga jadi sasaran penyadapan. Pelaku penyadapan di Mesir diduga Arab Saudi dan Bahrain yang merupakan mitra utama Mesir di kawasan. Cairo, Manama, Riyadh, New Delhi, hingga Islamabad tidak menyangkal atau membenarkan rangkaian penyadapan itu.
Di Eropa, lokasi penyadapan dan pelaku tersebar di Hongaria, Spanyol, Perancis, hingga Inggris. Penyelidikan Amnesty International dan mitranya juga menemukan indikasi penyadapan terhadap ribuan jurnalis, politisi, diplomat, hingga pekerja lembaga swadaya masyarakat. Dalam daftar itu termasuk jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, dan jurnalis Meksiko, Cecilio Pineda. Khashoggi dan Pineda sama-sama dibunuh. Pegasus diduga dipakai untuk melacak keberadaan mereka melalui ponsel.
Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard menyebut, pengungkapan penyadapan itu sangat mengerikan. Para pemimpin global perlu menanggapi serius pengungkapan itu. Sementara Direktur Program Committee to Protect Journalists Carlos Martinez de la Serna mengatakan, penyadapan dan pemantauan terhadap jurnalis amat mengerikan. ”Hal ini masalah penting yang harus ditanggapai serius,” katanya.
Salah satu sasaran penyadapan adalah jurnalis India, Paranjoy Guha Thakurta. Ia disasar karena kerap menggali data dari berbagai sumber yang punya pengetahuan atas informasi sensitif bagi New Delhi. ”Mereka ingin tahu narasumber kami,” ujarnya.
Amnesty International dan mitranya menemukan indikasi penyadapan pada sedikitnya 40 jurnalis dan banyak narasumber mereka. Di India saja terlacak hingga 2.000 nomor ponsel seluler masuk daftar penyadapan. Target penyadapan termasuk para jurnalis di The Hindu, Hindustan Times, The Indian Express, India Today, The Tribune, and The Pioneer. Sejumlah jurnalis yang bekerja untuk media lokal India juga jadi sasaran. (AFP/REUTERS)