Afghanistan Bergolak, Rusia Perkuat Pangkalan Militer di Tajikistan
Konflik di Afghanistan memengaruhi keamanan di halaman belakang Rusia di Asia Tengah. Moskwa pun memperkuat pangkalan militernya di Tajikistan, sekutu kawasan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
MOSKWA, RABU — Pemerintah Rusia akan memperkuat pangkalan militernya di Tajikistan, termasuk menempatkan 17 kendaraan tempur infanteri. Moskwa juga memastikan bahwa Rusia, Tajikistan, dan Uzbekistan segera menggelar militer bersama di daerah perbatasan Tajikistan, awal bulan depan.
Kantor berita Interfax, Rabu (21/7/2021), melaporkan, pangkalan militer Rusia di Tajikistan akan menerima kendaraan tempur BMP-2 yang baru bulan ini. Komandan Distrik Militer Pusat Rusia Alexander Lapin mengatakan, kendaraan BMP-2 secara signifikan akan meningkatkan kapasitas tempur unit-unitnya.
Tank Rusia pun sudah dikerahkan ke dekat perbatasan Afghanistan-Tajikistan, Selasa (20/7/2021). Hal itu dilakukan menjelang latihan militer bersama Rusia, Tajikistan, dan Uzbekistan bulan depan karena ketegangan regional tetap tinggi akibat perebutan wilayah oleh Taliban dari pasukan pemerintahan Presiden Afghanistan Asharaf Ghani.
Situasi keamanan di Afghanistan, tetangga Tajikistan, semakin tidak pasti setelah Taliban menggencarkan serangannya untuk merebut wilayah kekuasaan dari pasukan Pemerintah Afghanistan. Perluasan wilayah pendudukan Taliban terjadi saat pasukan Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) menarik diri setelah 20 tahun bertempur di Afghanistan. Hal ini dinilai Moskwa menjadi masalah.
Menurut Interfax, Rusia, Tajikistan, dan Uzbekistan akan menggelar latihan bersama di perbatasan Tajikistan dan Afghanistan pada 5-10 Agustus 2021. Lokasi pusat latihan di wilayah Tajikistan sekitar 20 kilometer dari tapal batas dengan Afghanistan.
Bagi Rusia, perang saudara di Afghanistan antara pasukan pemerintah dan Taliban akan memicu pengungsian ke Asia Tengah. Tajikistan dan Uzbekistan dianggap sebagai halaman belakang Rusia dan sayap-sayap pertahanan bagian selatannya. Gelombang pengungsian dari Afghanistan akan membuat situasi tidak stabil.
Penjaga perbatasan Tajikistan pekan lalu mengaku bahwa 347 pengungsi Afghanistan telah menyeberang ke negara Asia Tengah dalam kurun dua hari. Mereka melarikan diri dari kekerasan senjata Taliban yang berperang melawan pasukan Ghani saat penarikan pasukan asing mendekati batas akhir pada 31 Agustus 2021.
Badan Informasi Negara Tajikistan, yakni Khovar, yang mengutip laporan penjaga perbatasan, mengatakan bahwa para pengungsi telah melarikan diri dari Taliban untuk menyelamatkan hidup mereka. Dua bayi meninggal selama kelompok pengungsi itu menyeberangi perbatasan dari Afghanistan ke Tajikistan.
Para pengungsi, termasuk sekitar 64 anak laki-laki dan 113 perempuan, telah menyeberang dari Provinsi Badakhshan, Afghanistan, dengan membawa serta ternak mereka. Di antaranya adalah 300 yak, sejumlah unta, dan 30 kuda.
”Penjaga perbatasan Tajik, dipandu oleh prinsip-prinsip humanistik dan bertetangga yang baik, mengizinkan pengungsi Afghanistan masuk,” kata mereka dalam pernyataan yang disiarkan Khovar sembari menambahkan bahwa situasi di sepanjang perbatasan bersama dengan Afghanistan terkendali.
Pengungsi dari Afghanistan tersebut ditampung di dua lokasi di wilayah pegunungan Murghab, di timur negara bekas Uni Soviet itu. Penjaga perbatasan mengatakan, mereka telah menyita lebih dari 3,5 kilogram narkotika dari orang-orang Afghanistan yang menyeberang ke Tajikistan.
Namun, kabar terbaru sebagaimana dilaporkan kantor berita Rusia, RIA, menyebutkan, semua pengungsi Afghanistan yang melarikan diri ke Tajikistan kini telah meninggalkan Tajikistan.
Komite Keamanan Nasional Tajikistan mengatakan, warga sipil dan pasukan Pemerintah Afghanistan melintasi perbatasan ke Tajikistan bulan ini ketika Taliban melancarkan serangan ke provinsi-provinsi di Afghanistan utara.
Menurut sumber RIA, 345 etnis Kirgistan dari Afghanistan yang sementara tinggal di Provinsi Gorno-Badakhshan, Tajikistan, adalah kelompok pengungsi terakhir yang dikembalikan ke negara asal mereka. (REUTERS/AFP)