Adaptasi Haji di Tahun Kedua Pandemi, dari Perempuan Petugas hingga Robot
Penyelenggaraan ibadah haji 2021 menunjukkan adaptasi besar-besaran terhadap pandemi, teknologi, hingga kondisi sosial. Selain mengerahkan aparat, termasuk perempuan, Saudi menempatkan total 20 robot di Masjidil Haram.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
MEKKAH, SELASA — Pemerintah Arab Saudi memastikan, hingga hari ketiga, Senin (19/7/2021), penyelenggaraan haji 2021 berlangsung tertib. Salah satu tandanya adalah secara umum protokol kesehatan pencegahan penularan wabah Covid-19 tetap bisa dilakukan di berbagai lokasi pelaksanaan ibadah haji. Penyelenggaraan haji tahun 2021 ini juga menunjukkan adaptasi besar-besaran terhadap pandemi, teknologi, hingga kondisi sosial mutakhir.
Pada Senin (19/7/2021), jemaah menunaikan ibadah wukuf di Arafah setelah bermalam di Mina. Mina terletak 7 kilometer dari Masjidil Haram, Mekkah. Di sana, telah berdiri tenda-tenda untuk tinggal para jemaah haji. Saat wukuf, seusai menjalankan shalat dhuhur, dengan membawa botol-botol berisi minuman dan payung, jemaah naik ke Gunung Arafah—atau yang juga dikenal dengan nama Jabal Rahman—dan berada di tempat itu selama berjam-jam untuk melafalkan doa-doa atau membaca Al Quran.
Setelah matahari terbenam, jemaah melanjutkan rangkaian ibadah haji dengan bergerak menuju Muzdalifah. Tempat ini berlokasi di antara Arafah dan Mina. Di tempat itu, mereka akan menginap di bawah naungan bintang-bintang di langit. Keesokan harinya, atau Selasa pagi ini waktu setempat, jemaah melaksanakan lempar jumrah, simbol dari ”melempari setan dengan batu”.
Hingga hari ketiga, Senin kemarin, menurut Menteri Kesehatan Arab Saudi, Tawfig bin Fawzan al-Rabiah, tidak ada laporan satu pun kasus Covid-19 selama rangkaian ibadah haji berjalan. ”Sejak awal kami fokus pada keselamatan jemaah dengan membatasi jumlah mereka hingga 60.000 orang, agar langkah-langkah pencegahan dapat dilaksanakan dengan cara bermartabat,” ujarnya kepada kantor berita AFP.
Langkah pencegahan penularan Covid-19 dalam ibadah haji, misalnya, dilakukan terkait transportasi jemaah. Dari sekitar Masjidil Haram, Mekkah, Pemerintah Arab Saudi menyiapkan sejumlah bus untuk mengangkut jemaah. Seperti disiarkan kantor berita Saudi Press Agency (SPA), harian Arab News, laman Al Arabiya, dan media sosial resmi Pemerintah Arab Saudi serta pengelola Masjidil Haram, setiap kelompok keberangkatan terdiri dari 2.000 orang. Dengan demikian, total ada 30 kelompok keberangkatan untuk memindahkan 60.000 jemaah dari Masjidil Haram ke Mina dan sebaliknya.
Sampai musim haji 2019 atau sebelum pandemi, keberangkatan bergelombang memang sudah dilakukan. Walakin, dulu jemaah bebas memilih bus mana pun, masuk tenda mana pun, dan masuk masjid kapan pun. Pandemi Covid-19 memaksa penyelenggara dan jemaah beradaptasi.
Pengaturan tempat
Di Masjidil Haram dan Masjid Namira, masjid di Padang Arafah, jemaah hanya boleh duduk di tempat yang sudah diizinkan. Untuk memastikan ketentuan itu dipatuhi, Riyadh menempatkan aparat setiap beberapa meter.
Mufti Agung Arab Saudi Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Sheikh meminta jemaah untuk senantiasa mematuhi protokol kesehatan. ”Upaya untuk memastikan keselamatan jemaah, juga langkah pencegahan oleh pihak berwenang, bertujuan untuk memastikan keselamatan penyelenggara dan jemaah,” katanya, sebagaimana dikutip Saudi Press Agency.
Pemecahan rombongan untuk memastikan jaga jarak selalu dipatuhi. Sejak tiba di Mekkah, seluruh jemaah langsung dikelompokkan. Riyadh juga sudah menetapkan nomor kursi di bus, tempat tidur di sekitar Masjidil Haram dan Mina, hingga waktu masuk Masjidil Haram dan Masjid Namirah di Arafah.
Setiap anggota jemaah dilarang berganti kelompok, nomor tempat duduk dan tempat tidur, hingga waktu masuk masjid dan Padang Arafah. Hal itu bagian dari upaya pelacakan jejak.
Selain lacak jejak, jemaah juga diwajibkan selalu mengikuti ketentuan jaga jarak. Di Masjidil Haram, jemaah hanya boleh berjalan untuk tawaf (berjalan mengelilingi Kabah tujuh kali) dan sai (berlari-lari kecil dari Safa ke Marwa tujuh kali) di garis yang sudah ditetapkan. Safa dan Marwa berada dalam kompleks Masjidil Haram.
Di Masjidil Haram dan Masjid Namira, masjid di Padang Arafah, jemaah hanya boleh duduk di tempat yang sudah diizinkan. Untuk memastikan ketentuan itu dipatuhi, Riyadh menempatkan aparat setiap beberapa meter.
Melibatkan perempuan
Tahun ini, untuk pertama kalinya Riyadh menugaskan perempuan sebagai aparat penyelenggaraan haji di Masjidil Haram. Tahun-tahun sebelumnya, seluruh aparat lapangan adalah laki-laki.
Beberapa tahun lalu, untuk mewujudkan Visi Arab Saudi 2030 yang antara lain melibatkan seluruh warga dalam pembangunan, Riyadh mulai menerima perempuan sebagai aparat dan petugas di berbagai sektor lain. Sebagian perempuan itu ditempatkan sebagai petugas imigrasi di bandara hingga jadi petugas penyelenggara haji.
Selain mengerahkan aparat, Riyadh juga menempatkan total 20 robot di Masjidil Haram. Robot itu punya dua fungsi, yakni mengantarkan botol-botol air zamzam kepada jemaah dan menjaga jemaah tidak pindah lajur tawaf. Jalur yang dilewati robot memang tidak boleh dilewati manusia. Jalur itu terletak di antara jalur tawaf.
Jaga jarak dan lacak jejak juga dilakukan lewat aplikasi. Sejumlah aplikasi wajib dipasang jemaah di ponsel masing-masing. Aplikasi-aplikasi itu berfungsi, antara lain, untuk mengajukan izin masuk masjid, mengingatkan jemaah apabila sudah terlalu dekat dengan orang lain, hingga nomor kursi di bus dan nomor tempat tidur di tenda.
Kala tiba di Mekkah, setiap jemaah diwajibkan memiliki kartu pintar. Kartu itu wajib diisi dengan data awal berupa informasi kondisi kesehatan, termasuk hasil tes covid-19, usia, dan alamat asal. Kartu itu akan menginformasikan lokasi dan waktu berkumpul. Aparat dapat pula mengirimkan pemberitahuan terbaru melalui kartu itu.
Informasi kesehatan diperiksa silang dengan data di sejumlah lembaga Arab Saudi. Pemeriksaan untuk memastikan tidak ada pemalsuan. Di tengah penyelenggaraan haji, memang ditemukan berbagai upaya pemalsuan untuk mengikuti haji secara ilegal.
Pada musim haji 2021, aparat telah menahan 120 orang karena menyediakan sertifikat vaksin dan hasil tes Covid-19 palsu. Di antara tersangka terdapat sembilan pegawai Kementerian Kesehatan. Seluruh tersangka dari Kemenkes telah mengaku bersalah. Sementara tersangka dari kelompok lain masih diperiksa.
Aparat juga menangkap 12 warga asing karena kejahatan itu. Selain itu, ada 76 warga Arab Saudi ditangkap karena menggunakan jasa sindikat tersebut.
Sertifikat vaksin lengkap dan hasil pemeriksaan Covid-19 memang salah satu syarat mendaftar haji tahun ini. Syarat lain adalah pendaftar harus tinggal di Arab Saudi, baik berstatus sebagai penduduk maupun warga serta berusia antara 18 tahun hingga 59 tahun. Pemohon yang belum pernah haji mendapat prioritas.
Sebelum mengumumkan penangkapan 120 orang itu, aparat juga menangkap sejumlah orang karena mendekati Masjidil Haram tanpa izin. Setiap pelanggar didenda 2.699 dollar AS.
Sejak sebelum pandemi, Riyadh memang hanya mengizinkan petugas terkait dan pemegang surat izin haji untuk masuk Mekkah dan kompleks Masjidil Haram. Di luar kedua kelompok itu, akan ditangkap. Berkali-kali warga Indonesia dilaporkan ditangkap karena melanggar ketentuan itu. (AFP/REUTERS)