Untuk kedua kali, haji digelar saat pandemi. Langkah Arab Saudi menegakkan protokol kesehatan menarik dicermati guna memetik makna haji di tengah pandemi.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Seperti tahun lalu, ibadah haji tahun ini hanya diikuti warga yang tinggal di Arab Saudi, termasuk warga asal negara-negara lain di kerajaan itu. Seperti diumumkan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, sebanyak 60.000 jemaah dipilih dari seleksi atas lebih dari 558.000 pendaftar melalui sistem daring. Syarat yang ditetapkan bagi pendaftar adalah berusia 18-65 tahun, telah divaksinasi Covid-19 lengkap, tidak menderita penyakit kronis, dan belum pernah berhaji.
Dari segi jumlah, jemaah haji tahun ini jauh lebih banyak daripada haji tahun lalu, yang diikuti oleh 1.000 jemaah, sesuai angka resmi pemerintah, tetapi media lokal saat itu menyebut angka 10.000 jemaah. Tentu, penambahan jumlah jemaah haji tersebut menghadirkan tantangan tersendiri bagi Arab Saudi selaku penyelenggara agar ibadah haji tahun ini tidak memunculkan kluster penularan wabah Covid-19. Tahun lalu tidak ada kasus positif Covid-19 dari rangkaian haji.
Sejak jauh-jauh hari, Kerajaan Arab Saudi mencanangkan prioritas kesehatan, keselamatan, dan keamanan jemaah, termasuk melindungi mereka dari wabah. Tekad itu diimplementasikan melalui berbagai protokol pelaksanaan haji. Mulai dari pengaturan gelombang kedatangan 6.000 jemaah per tiga jam untuk tawaf di Masjidil Haram, sterilisasi kerikil untuk melempar jumrah, kewajiban mengenakan masker, perlengkapan sajadah dan pakaian ihram dari bahan tahan bakteri, hingga penggunaan kecerdasan buatan guna, antara lain, memonitor kadar oksigen di tubuh jemaah.
Semua itu menegaskan, seperti pada hampir semua sektor kehidupan lainnya, pelaksanaan ibadah pun—dengan tetap berpegang pada syarat dan rukunnya—juga harus beradaptasi dengan situasi pandemi. Pendekatan dan protokol beribadah, yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi, dalam haji mengingatkan pula bahwa, dalam konteks yang lebih luas, tak ada yang perlu dipertentangkan antara agama dan sains, dalam hal ini adalah sains di bidang kesehatan.
Kita di Tanah Air, yang saat ini tengah dilanda lonjakan kasus Covid-19, dapat becermin dari pelaksanaan ibadah haji. Bahwa menjalankan ibadah pun harus tetap mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penularan wabah demi keselamatan sesama. Menjaga jiwa adalah salah satu dari lima tujuan syariat (maqashid syari’ah), selain menjaga agama, akal, keturunan, dan harta. Pelajaran menjaga dan menyelamatkan kehidupan itu bisa dipetik dari ibadah haji, antara lain melalui ritus sai (berlari-lari kecil pulang pergi tujuh kali dari Safa ke Marwa), yang mengabadikan jerih payah pengorbanan Hajar, istri Nabi Ibrahim, menyelamatkan Ismail, putra mereka.
Puncak ibadah haji akan ditandai dengan wukuf di Arafah, Senin ini. Kita berharap semoga pelaksanaan ibadah haji di tengah pandemi kembali berjalan lancar hingga akhir. Seluruh jemaah pun menyelesaikan ibadah dengan selamat.