Adaptasi Tanah Suci di Masa Pandemi
Pemerintah Arab Saudi menerapkan protokol kesehatan ketat pada penyelenggaran haji 2021. Kuotanya dibatasi maksimal 60.000 orang, domestik mau pun asing, yang telah tinggal di Arab Saudi sebelum musim haji dimulai.
Selama 14 abad, warga muslim dari berbagai negara datang berduyun-duyun ke Masjidil Haram di Arab Saudi. Baik haji maupun umrah selalu melibatkan jutaan jamaah per hari dalam setiap kalendernya. Namun lain cerita di masa pandemi Covid-19.
Sebagaimana diterapkan pemerintahan di berbagai negara, Kerajaan Arab Saudi berupaya mengendalikan penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Sejumlah kebijakan dilaksanakan, termasuk dalam hal penyelenggaran haji dan umrah. Seiring waktu dan dinamika kasus Covid-19, penyesuaian kebijakan terus dilakukan.
Sepanjang 2020 misalnya, Kerajaan Arab Saudi menutup kegiatan umrah. Untuk pelaksanaan haji, bisa dikatakan lebih-kurang sama karena hanya dibuka untuk 1.000 jamaah saja dari rata-rata 2 juta orang setiap tahun. Pada saat bulan Ramadhan, Kerajaan Arab Saudi menutup seluruh masjid dan melarang buka bersama.
Tahun ini, untuk musim haji 1442 hijriah yang akan dimulai pada 17 Juli 2021, Kerajaan Arab Saudi melonggarkan kuota haji dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Dalam hal protokol kesehatan misalnya, jamaah wajib divaksin penuh, menjaga jarak, dan memakai masker. Siapa pun hanya boleh masuk masjid dan tempat lain jika sudah mendapat izin pemerintah. Pelanggar akan didenda setara ongkos naik haji umum di Indonesia.
Sementara untuk kuota haji 2021, Kerajaan Arab Saudi telah menetapkan 60.000 orang. Ini berlaku untuk domestik maupun asing dengan catatan telah tinggal di Arab Saudi sebelum musim haji dimulai. Tidak ada calon jamaah dari luar Arab Saudi.
Kerajaan Arab Saudi, sebagaimana dilaporkan Al-Arabiya, Arab News, hingga Saudi Press Agency, memilih 60.000 orang itu dari 558.270 pendaftar. Parameter pemilihannya antara lain dengan memprioritaskan mereka yang belum pernah haji. Pemohon juga harus sudah mendapat vaksin covid-19 dosis lengkap, sudah di Arab Saudi saat mendaftar, dan berjanji mematuhi seluruh protokol selama musim haji.
Baca juga : Saudi Umumkan Ibadah Haji untuk 60.000 Orang di Negaranya, Tanpa Kuota Negara Lain
Termasuk dalam protokol itu adalah kewajiban menunjukkan hasil tes negatif sebelum tiba di Mekkah dan dikarantina sebelum berangkat. Calon jamaah juga wajib selalu memakai masker dan menjaga jarak selama di Mekkah. Mereka juga hanya boleh masuk masjid dan lokasi lain yang menjadi tempat pelaksanaan rukun haji sepanjang sudah mengatongi izin dari pemerintah.
Dengan hanya 60.000 jamaah dan beberapa ribu petugas, Masjidil Haram dan lokasi lain tempat lokasi lain yang menjadi tempat pelaksanaan rukun haji akan lengang. Sebab, masjid dan lokasi-lokasi itu dirancang untuk menampung hingga 3 juta orang dalam kondisi berdekatan satu sama lain.
Sejak musim haji dan umrah 2020, tidak ada lagi orang berdesakan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Semua harus wajib menjaga jarak minimal 1 meter dan memakai masker. Kedua masjid suci itu, juga tempat lain yang disunahkan dan diwajibkan disambangi selama ibadah haji atau umrah, hanya boleh dimasuki oleh mereka yang sudah mendapat izin dari pemerintah Arab Saudi.
Izin didapat lewat dua tahap. Pertama, izin menjadi jamaah haji atau umrah. Selanjutnya, sebelum masuk Mekkah atau Madinah, seluruh jamaah wajib menginstal tiga aplikasi di telepon selular mereka, yakni Tawakkalna, Eatmarna, dan Tabaud.
Baca juga Jaga Jarak dan Wajib Vaksin di Masjidil Haram
Tawakkalna berfungsi sebagai pemantau pergerakan jamaah selama 24 jam penuh dan selama jamaah di lokasi-lokasi haji dan umrah. Aplikasi itu akan mencatat mobilitas jamaah dan merekam siapa saja yang berdekatan selama pergerakan. Tujuan aplikasi ini untuk melacak jejak jamaah.
Jamaah wajib memasukkan data tes Covid-19 dan bukti telah divaksin ke Tawakkalna. Jamaah yang tidak menginstal aplikasi itu tidak diizinkan ke mana pun. Tidak dapat ke Mina, Arafah, dan Muzdalifah, apalagi ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Bahkan, ke kedai makanan dan toko oleh-oleh pun tidak diizinkan kalau tidak menginstal Tawakkalna.
Sementara Eatmarna merupakan aplikasi untuk mendapat izin masuk Masjidil Haram. Eatmarna terhubung dengan Tawakkalna. Jamaah yang tidak mengajukan izin masuk Masjidil Haram lewat Eatmarna tidak akan diizinkan untuk mendekati masjid itu.
Selain wajib mendapat izin, jamaah juga hanya boleh berada di Masjidil Haram sesuai waktu yang sudah ditentukan. Sampai 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 melanda, siapa pun dan kapan pun bisa masuk Masjidil Haram untuk waktu yang tidak dibatasi.
Denda sudah menanti bagi siapa saja yang berada di masjid tanpa izin atau di luar waktu yang ditentukan. Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengumumkan, denda untuk pelanggaran pertama senilai 2.700 dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 37 juta pada kurs Rp 14.000 per dollar AS. Nilai itu setara ongkos naik haji (ONH) jalur umum di Indonesia. Jika melanggar lebih dari sekali, maka denda akan ditingkatkan.
Selain Tawakkalna dan Eatmarna, jamaah juga harus mengunduh Tabaud. Aplikasi ini berfungsi memberi tahu siapa saja di sekitar pemilik ponsel yang punya aplikasi Tawakkalna dan seberapa dekat dengan orang lain. Seperti Eatmarna, Tabaud juga terhubung dengan Tawakkalna.
Pembatasan ibadah untuk pengendalian laju infeksi Covid-19 bukan hanya dilakukan Arab Saudi. Bahrain, yang bersebelahan dengan Arab Saudi, menutup sejumlah masjid pada Juni 2021. Penutupan selama sepekan antara lain dilakukan terhadap masjid di Provinsi Muharraq. Sebab, pemerintah menemukan adanya jamaah yang terinfeksi di masjid.
Penutupan sementara diberlakukan kepada masjid yang terbukti selalu mampu menerapkan protokol kesehatan dan kebetulan kedapatan menjadi tempat penyebaran Covid-19. Sementara masjid yang gagal menerapkan protokol kesehatan akan ditutup selama pandemi Covid-19 belum terkendali.
Pembatasan jamaah hingga penutupan masjid juga diberlakukan di Uni Emirat Arab (UEA). Pada akhir Juni 2021, pemerintah UEA mengumumkan pembatasan jumlah jamaah masjid di seluruh UEA. Penduduk negara itu dianjurkan tidak ke masjid dan beribadah di tempat lain.
Baca juga UEA-China Bangun Pabrik Vaksin Covid-19 Pertama di Kawasan Arab
Kebijakan ini diterapkan mengingatkan adanya lonjakan kasus Covid-19. Perintah menjaga jarak dan mengurangi jumlah orang dalam ruangan juga berlaku untuk tempat lain seperti pasar, kantor, dan pabrik.
Kebijakan itu perlu diberlakukan di tengah musim panas seperti sekarang. Di UEA, suhu di luar ruang selama musim panas bisa mencapai rata-rata 40 derajat celcius. Masjid dan sejumlah tempat kerap jadi pilihan untuk mendinginkan tubuh. Kondisi itu dapat memicu kerumunan dan kegagalan menjaga jarak.
Selama Ramadan 2021, UEA melarang buka bersama di masjid maupun restoran. Buka bersama hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang tinggal serumah. Buka bersama oleh keluarga besar yang tidak tinggal serumah sepenuhnya dilarang.
Shalat jamaah di masjid hanya diizinkan untuk sebagian jamaah pria. Selain untuk pembatasan jumlah orang dalam masjid, juga karena perempuan memang lebih dianjurkan beribadah di rumah. Selama pandemi, pria pun lebih dianjurkan beribadah di rumah. Hal itu untuk menekan pergerakan orang di luar rumah. (AFP/REUTERS/RAZ)