China tidak masuk dalam daftar negara yang akan dikunjungi Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman. Hubungan kedua negara yang belum kunjung membaik ditengarai menjadi dasar tidak masuknya China.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Wendy Sherman berencana mengunjungi beberapa negara di kawasan Asia Timur, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Mongolia pekan mendatang. Namun, harapan agar ada nama China di dalam daftar kunjungan Sherman, seperti diutarakan kalangan pemerhati kebijakan luar negeri AS dan dilaporkan sejumlah media, tertutup.
Tidak lama setelah Departemen Luar Negeri AS mengumumkan rencana perjalanan Wamenlu Sherman, Kamis (15/7/2021), seorang sumber di kementerian mengatakan bahwa Washington tengah bersiap menjatuhkan sanksi kembali kepada pejabat pemerintah China atas tindakan Beijing terhadap demokrasi di Hong Kong. Pemerintah AS juga akan mengeluarkan peringatan kepada entitas bisnis internasional yang beroperasi di Hong Kong mengenai kondisi yang terus memburuk.
Hubungan kedua negara, AS dan China, sedang dalam kondisi tidak baik. Keduanya memiliki sedikit kontak tingkat tinggi dan tatap muka sejak pertemuan pertama diplomat senior kedua negara, yakni Menlu AS Antony Blinken dan Menlu China Wang Yi di Alaska, Maret lalu. Sebelum pertemuan, Pemerintah China menyatakan ketidaksukaannya terhadap sanksi-sanksi yang dijatuhkan Pemerintah AS.
Kunjungan Sherman ke Asia akan menjadi perjalanan kedua dirinya ke kawasan Asia dalam waktu kurang dari dua bulan. Sebelumnya Sherman berkunjung ke Indonesia, Kamboja, dan Thailand sepanjang akhir Mei hingga awal Juni.
Dalam kunjungan ke Jepang, Sherman akan membahas beberapa isu, mulai dari krisis iklim hingga peningkatan keamanan kesehatan global. Sementara dengan Korea Selatan, selain isu krisis iklim dan keamanan kesehatan, dia akan membahas masalah Korea Utara dan situasi keamanan di Semenanjung Korea.
Adapun di Mongolia, Sherman akan berbicara soal rencana penguatan kemitraan strategis AS-Mongolia.
Sama halnya dengan Blinken saat bertemu dengan para menlu negara-negara anggota ASEAN, Sherman dalam perjalanan itu dikatakan akan menegaskan kembali komitmen AS bekerja sama dengan sekutu-sekutunya serta mitranya di Asia Pasifik untuk menegakkan tatanan berbasis aturan internasional. Para pengamat menilai ini merupakan bahasa diplomasi, yang sebenarnya merujuk pada upaya AS menghadapi China di kawasan Indo-Pasifik.
Pertemuan APEC
Sementara Presiden AS Joe Biden akan mengambil bagian dalam pertemuan virtual dengan para pemimpin kelompok perdagangan Asia Pasific (APEC). Agenda utama yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah upaya memerangi pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi global pascapandemi.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, pertemuan itu akan menjadi keterlibatan pertama Biden dengan para pemimpin APEC, terutama Asia Tenggara. Pada pertemuan itu, Biden akan menekankan pentingnya dia menempatkan diri di kawasan serta visinya untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Pada pertemuan nanti, Biden akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk kedua kalinya. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern akan memimpin pertemuan organisasi yang beranggotakan 21 negara itu.
Namun, pandemi dan diplomasi vaksin terbukti menjadi masalah dan memecah belah anggota forum, terutama karena persaingan AS dan China.
Menurut seorang pejabat senior pada kabinet Biden, presiden berusia 70 tahun itu berencana menggunakan forum virtual APEC untuk menggambarkan upaya AS dan pemerintahannya melayani kepentingan dan kebutuhan banyak negara akan vaksin Covid-19. Selain itu dia juga akan berbicara soal bagaimana forum ini bisa berkolaborasi untuk meningkatkan ekonomi global setelah terpuruk hebat karena pandemi.
Sejauh ini, AS telah menyumbang 4,5 juta dosis vaksin ke Indonesia, 2 juta ke Vietnam, 1 juta ke Malaysia, dan 3,2 juta akan menyusul dikirimkan ke Filipina. Gedung Putih menyatakan, sumbangan vaksin ke Thailand, Laos, Kamboja dan Papua Niugini juga akan segera dikirim.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, menyatakan, Beijing berharap pertemuan sepenting APEC diharapkan bisa memberikan sinyal positif perang terhadap pandemi dan solidaritas dunia, selain untuk memperdalam pemulihan dan kerja sama ekonomi pascapandemi.
”Kami berharap semua pihak dapat menjunjung tinggi visi komunitas Asia-Pasifik dengan masa depan bersama, meneruskan kemitraan Asia-Pasifik, mengirim pesan positif memerangi virus korona dengan solidaritas serta memperdalam pemulihan dan kerja sama ekonomi,” kata Zhao.
Ardern mengatakan, pertemuan pertama para pemimpin APEC di luar KTT tahunan ”mencerminkan keinginan kami untuk menavigasi bersama jalan keluar dari pandemi COVID-19 dan krisis ekonomi.”
”Ekonomi APEC telah mengalami kontraksi terbesar sejak Perang Dunia Kedua selama setahun terakhir, dengan 81 juta pekerjaan hilang. Menanggapi secara kolektif sangat penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi di kawasan ini,” kata Ardern. (AP/Reuters)