Tertangkap, Tersangka Dalang Pembunuh Presiden Haiti
Kepolisian Haiti menangkap seorang tersangka dalang pembunuhan Presiden Haiti, Jovenel Moise. Terduga terbang ke Haiti dengan jet pribadi dan membawa orang-orang bersenjata.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
AP/JEAN MARC HERVé ABéLARD
Para tersangka pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise diringkus di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 8 Juli 2021, sehari setelah pembunuhan. Sekitar 17 orang dari 28 anggota komplotan pembunuh adalah tentara bayaran asal Kolombia.
PORT-AU-PRINCE, SENIN – Kepolisian Haiti menangkap seorang tersangka dalang pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise. Dia dituduh berkerja sama dengan 28 orang yang menyatroni kediaman Moise. Namun, para tersangka mengaku misi mereka ialah menangkap dan bukan membunuh korban. Saat tiba di rumah korban, mereka mendapati Moise sudah tewas.
Kepala Kepolisian Haiti, Léon Charles, di Port-au-Prince, Minggu (11/7/2021) malam waktu setempat atau Senin (12/7) pagi WIB, mengidentifikasi Christian Emmanuel Sanon, warga Haiti yang menetap di Florida, berusia 60-an tahun sebagai dalang pembunuhan Moise. Para tersangka melindungi terduga Sanon, orang yang seharusnya menjadi presiden Haiti.
Sanon dilaporkan mengidentifikasi dirinya sebagai dokter. Ia menuduh para pemimpin dari tanah airnya melakukan praktek korupsi. Kepolisian menuduh Sanon bekerja sama dengan 28 orang yang merencanakan dan berpartisipasi dalam pembunuhan Moise. Namun dia tidak memberikan informasi detail.
Charles mengatakan, polisi telah menggeledah rumah Sanon di Port-au-Prince. Mereka menemukan banyak barang bukti. Ada topi berlogo \'US Drug Enforcement Administration\', 20 kotak peluru, suku cadang senjata, empat plat nomor mobil Republik Dominika, dua mobil, dan bukti korespondensi dengan orang-orang tak dikenal.
Moise dibunuh di rumah priabadinya di Port-au-Prince, Rabu (7/7/2021) dini hari waktu setempat. Ibu Negara Martine Moise menderita luka parah. Saat ini Martine sedang dirawat intensif di rumah sakit Miami, Florida, AS. Keduanya diberondong dengan timah panas.
Menurut Charles, Sanon berhubungan dengan sebuah perusahaan yang menyediakan pengamanan bagi para politisi dan merekrut para tersangka untuk membunuh Moise. Sanon terbang ke Haiti dengan jet pribadi ditemani oleh beberapa orang yang diduga bersenjata.
AP/JOSEPH ODELYN
Presiden sementara Haiti, Claude Joseph, berbicara kepada media di Port-au-Prince, tak lama sehari setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise, Kamis, 8 Juli 2021.
Misi awal orang-orang bersenjata itu adalah untuk melindungi Sanon, yang seharusnya menjadi presiden Haiti. Namun, kata Charles, mereka kemudian menerima perintah baru yakni menangkap Presiden Moise. Tidak dijelaskan, siapa yang memberikan perintah: apakah Sanon, atau orang lain.
"Operasi itu dimulai dari sana," kata Charles, yang menambahkan bahwa 22 tersangka tambahan bergabung dengan kelompok itu. Komunikasi pun dilakukan dengan warga Haiti.
Sebanyak 26 orang Kolombia dan dua warga Haiti-Amerika dicurigai dalam pembunuhan Presiden Moise. Delapan belas orang di antaranya telah ditangkap, bersama tiga warga Haiti. Charles mengatakan lima tersangka masih buron dan sedikitnya tiga orang tewas. "Mereka adalah individu yang berbahaya," kata Charles. "Saya sedang berbicara tentang komando, komando khusus."
Charles mengatakan, setelah Moise terbunuh, salah satu tersangka sempat menelepon Sanon yang lalu menghubungi dua orang yang diyakini sebagai aktor intelektual kasus itu. Dia tidak mengidentifikasi aktor intelektual atau mengatakan apakah polisi mengetahui siapa orang-orang itu.
Sanon pernah tinggal di Broward County dan Hillsborough County, Gulf Coast, Florida. Dia juga pernah menetap di di Kansas City, Missouri. Dia mengajukan pailit pada 2013 dan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang dokter dalam sebuah video di YouTube berjudul "Kepemimpinan untuk Haiti."
Dalam video tersebut, Sanon mengecam para pemimpin Haiti sebagai pejabat-pejabat korup dan menuduh mereka telah merampas sumber daya negara itu. Sanon juga mengatakan bahwa mereka tidak peduli dengan negara, mereka tidak peduli dengan rakyatnya.
AP/JEAN MARC HERVé ABéLARD
Para tersangka pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise diringkus di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 8 Juli 2021.
Sanon, dalam video itu, mengklaim bahwa Haiti memiliki sumber daya alam melimpah, seperti uranium, minyak, dan sumber daya lainnya. Namun semua sumber daya itu telah dicaplok oleh pejabat pemerintah.
“Negara ini memiliki sumber daya melimpah. Dengan banyaknya sumber daya itu, 9 juta orang warga Haiti tidak seharusnya jatuh miskin. Kami tidak tahan lagi. Kami membutuhkan kepemimpinan baru yang akan mengubah cara hidup,” katanya.
Sanon juga mencuit di Twitter dan menyatakan minatnya pada politik di Haiti. Pada September 2010, dia mencuit, “Baru saja menyelesaikan konferensi yang sukses di Port-Au-Prince. Banyak orang dari oposisi hadir.” Sebulan kemudian, dia menulis, “Kembali ke Haiti untuk pertemuan penting mengenai pemilu.”
Penangkapan Sanon terjadi di tengah ketidakjelasan penyelidikan dan dugaan-dugaan konspirasi dari politisi di Port-au-Prince, serta kekhawatiran kekacauan politik dan sosial yang meluas di Haiti. Semakin banyak politisi yang menentang penjabat Presiden Perdana Claude Joseph yang kini juga Presiden Sementera sejak pembunuhan Moise.
AFP/CHANDAN KHANNA
Presiden Haiti Jovenel Moise bersama Ibu Negara Martine Moise tiba di lokasi upacara peringatan 10 tahun gempa Haiti, di Port-au-Prince, 12 Januari 2020.
Melalui media sosial, warga di beberapa bagian di wilayah ibu kota Port-au-Prince berencana menggelar aksi protes terhadap penjabat Joseph. Hak Joseph untuk memimpin negara itu telah ditentang oleh sejumlah politisi senior lainnya. Kelindan kondisi itu mengancam akan memperburuk kekacauan yang melanda negara termiskin di Amerika tersebut.
Menurut Kompas.id, Senin (12/7), otoritas berwenang Haiti menyatakan komplotan pembunuh Moise itu terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua orang Haiti-Amerika. Hingga akhir pekan lalu, pihak berwenang telah menangkap dan menahan 19 orang yang diduga sebagai anggota komplotan itu. Namun, menurut keterangan sejumlah orang dari mereka yang ditangkap itu, mereka mengaku tidak membunuh Moise.
Misi orang-orang yang berada di rumah presiden dalam satu kelompok itu adalah semata untuk menangkap Moise dan membawanya ke istana presiden. Mereka menolak disebut sebagai pembunuh Moise.
Sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan mengatakan, dua warga Haiti-Amerika, James Solages dan Joseph Vincent, yang tergabung dalam kompolotan itu, mengaku kepada penyelidik bahwa mereka adalah penerjemah untuk sebuah unit komando pasukan bayaran Kolombia yang memiliki surat perintah penangkapan. Namun, ketika tiba, mereka menemukan Moise sudah tewas. Ia diduga tewas terkena tembakan.
Dari Washington dilaporkan, tim pakar keamanan dan penegakan hukum AS betolak ke Haiti untuk menentukan bantuan apa yang dapat diberikan Washington terkait kasus pembunuhan Moise. Hal itu diungkapkan juru bicara Departemen Pertahanan AS, John Kirby. (AP/REUTERS/CAL)