Rusia Ingatkan AS agar Tidak Tempatkan Pasukan di Asia Tengah
Rusia memperingatkan bahwa penempatan pasukan AS di Asia Tengah dapat memengaruhi hubungan Moskwa dengan Washington.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
MOSKWA, SELASA — Rusia mewanti-wanti Amerika Serikat agar tidak menempatkan pasukannya di negara-negara bekas Soviet di Asia Tengah pasca-penarikan tentara AS dari Afghanistan. Penempatan pasukan dapat mengubah persepsi Moskwa tentang apa yang terjadi di kawasan dan hal itu bisa mempengaruhi hubungan Moskwa dengan Washington.
Wakil Menteri Luar Negeri RusiavSergei Ryabkov mengatakan, Moskwa sudah menyampaikan pesan itu kepada Washington saat Presiden Vladimir Putin bertemu Presiden Joe Biden di Geneva, Swiss, bulan lalu.
”Saya menekankan bahwa penempatan kembali secara permanen militer AS di negara-negara tetangga Afghanistan tidak dapat diterima,” kata Ryabkov dalam pernyataan yang diterbitkan pada Selasa (13/7/2021).
Peringatan Moskwa itu muncul ketika Washington, pekan lalu, mengatakan, pasukan dan peralatan AS telah diangkut keluar dari dari Afghanistan. Biden mengatakan, misi militer AS di Afghanistan akan berakhir pada 31 Agustus.
”Kami memberi tahu AS secara langsung dan lugas bahwa hal itu (penempatan pasukan AS) akan mengubah banyak hal, tidak hanya dalam persepsi kami tentang apa yang terjadi di kawasan penting itu, tetapi juga dalam hubungan kami dengan AS,” kata Ryabkov dalam pernyataannya.
Ryabkov menambahkan, Moskwa juga telah menyampaikan peringatan serupa kepada negara-negara di Asia Tengah. ”Kami memperingatkan mereka terhadap langkah-langkah seperti itu,” kata Ryabkov dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di majalah Mezhdunarodnaya Zhizn.
”Kami juga telah berbicara jujur tentang masalah ini dengan semua sekutu, tetangga, dan mitra Asia Tengah kami serta negara-negara lain di kawasan yang akan terkena dampak langsung,” ujarnya.
Pada Senin (12/7/2021), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menekankan bahwa Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan adalah anggota Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif (Collective Security Treaty Organization/CSTO). Setiap kehadiran pasukan asing di wilayahnya harus didukung oleh pakta keamanan.
Militer Rusia telah membangun pangkalan militernya di Tajikistan dan Kirgistan. Kirgistan pernah mengizinkan sebagian wilayahnya untuk kepentingan AS. Washington pernah membangun pangkalan militer di Kirgistan guna mendukung operasi AS dan sekutunya di Afghanistan. Namun, kemudian ditutup pada 2014.
Selain itu AS juga pernah membangun pangkalan militer di Uzbekistan. Namun, akibat ketegangan dengan AS, negara bekas Uni Soviet itu lalu memaksa AS untuk menutupnya pada 2005.
”Saya tidak berpikir bahwa munculnya fasilitas militer baru AS di Asia Tengah akan meningkatkan keamanan di kawasan itu,” kata Lavrov.
Pemerintahan Biden dikabarkan tengah mempertimbangkan Uzbekistan dan Tajikistan yang berbatasan dengan Afghanistan, serta Kazakhstan, sebagai basis baru untuk militernya.
Jika terwujud, kehadiran itu akan memungkinkan AS mampu memantau dan dengan cepat menanggapi masalah keamanan yang terjadi pasca-penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
”Saya tidak berpikir ada orang yang tertarik untuk menjadi sandera kebijakan dan niat AS seperti itu, dan mengundang pembalasan,” kata Lavrov.
Menteri Luar Negeri Rusia itu mempertanyakan hasil apa yang akan dicapai dengan kehadiran kecil AS di luar Afghanistan ketika 100.000 pasukan NATO di dalam negeri ”gagal melakukan apa pun.”
”Kemungkinan besar, mereka hanya ingin memastikan kehadiran militer mereka di Asia Tengah dan (itu) dapat mempengaruhi situasi di kawasan ini,” ujarnya.
Ketika pasukan AS dan sekutu NATO keluar dari Afghanistan, Taliban telah meningkatkan aksinya dan merebut sejumlah wilayah dari pasukan Kabul. Kelompok Taliban, Jumat lalu, mengklaim bahwa mereka sekarang telah menguasai 85 persen wilayah Afghanistan.
Para pejabat Rusia prihatin dengan situasi itu. Taliban dinilai dapat mengacaukan Asia Tengah. Sebagaimana diberitakan, aksi Taliban telah memaksa lebih dari 1.000 tentara Afghanistan lari ke perbatasan Tajikistan.
Dushanbe mengerahkan 20.000 tentara cadangan untuk memperkuat perbatasan selatannya dengan Afghanistan. Pekan lalu, delegasi senior Taliban mengunjungi Moskwa untuk menawarkan jaminan bahwa pasukan mereka di Afghanistan tidak mengancam Rusia atau sekutunya di Asia Tengah. (AP/REUTERS)