Cara Mumbai Mengatasi Pandemi Covid-19
Pemerintah Mumbai mempertahankan dan mengoptimalkan upaya pencegahan dan penanganan kasus untuk menahan laju penularan Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Dunia terhenyak. Setelah berhasil mengendalikan empasan gelombang pertama pandemi Covid-19, India—pada paruh awal tahun 2021—kembali terpuruk. Gelombang kedua penularan varian baru Covid-19 membuat India kalang-kabut.
Angka kasus mulai menanjak pada April dan memuncak pada Mei. Sempat tercatat, pada 7 Mei 2021, kasus harian tertinggi mencapai 414.188 kasus baru. Beragam kendaraan hilir mudik menuju rumah sakit membawa pasien baru.
Rumah sakit kewalahan. Keterbatasan ruang dan tempat tidur membuat banyak pasien harus mengantre di lorong-lorong rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat. Lonjakan kasus baru itu terjadi pasca-India melakukan pelonggaran.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di India Semakin Tak Terbendung
Sebagaimana sejumlah negara di dunia, pada akhir tahun 2020, India berhasil mengendalikan laju penularan Covid-19. Kebijakan pembatasan pun perlahan dikurangi, apalagi di sejumlah negara bagian digelar kampanye politik dan pemilihan. Selain itu, ada pula sejumlah kegiatan besar terkait hari raya keagamaan. Warga pun mulai tumpah ruah, berkumpul dalam kerumunan besar.
Perlahan tetapi pasti terjadi lagi kenaikan kasus baru Covid-19 yang membuat pemerintah kembali kewalahan. Situasi semakin mencemaskan karena pasokan oksigen dan obat-obatan pun kian menipis. Lonjakan secara signifikan kasus di India memaksa negara itu ”menahan” pengiriman vaksin untuk sejumlah negara.
Model Mumbai
Akan tetapi, di tengah situasi serba mengkhawatirkan itu, upaya salah satu negara bagian di India, yaitu Maharashtra dengan ibu kotanya Mumbai, menjadi perhatian nasional. Dalam sebuah sesi wawancara khusus, Sabtu (10/7/2021), Konsul Jenderal RI di Mumbai Agus Prihatin Saptono mengisahkan langkah sukses Mumbai menangani serbuan gelombang kedua itu.
Baca juga: Belajar dari Kasus Covid-19 India
Sebagai negara bagian dengan penduduk terbesar ketiga di India, angka kasus di Maharashtra tergolong tinggi. Bahkan, menurut Agus, Maharashtra merupakan negara bagian India yang memiliki tingkat kasus aktif terbanyak. Namun, menurut Agus, kondisi Maharashtra relatif lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara bagian lain di India.
”Pemerintah menerapkan apa yang kemudian dikenal sebagai Mumbai Model,” kata Agus. Motor pelaksana dari model Mumbai itu adalah Bombay Municipal Cooperation (BMC), lembaga yang di Indonesia dikenal sebagai Satgas Covid. Agus menjelaskan, ada aspek-aspek utama dari Mumbai Model itu. Pertama, manajemen hunian rumah sakit dan penambahan rumah sakit darurat yang di Mumbai dikenal sebagai Jumbo Covid Isolation Centre.
”Kebijakan ini mempertahankan enam Jumbo Covid Isolation Centre di Maharashtra, dua di Dahisarm, Bandra Kurla, Goregaon, Woorli dan Mulund. Serta menambah tiga lainnya di Kanjurmarg, Maland dan Sion,” kata Agus.
Rumah sakit darurat itu masing-masing memiliki 3.000 tempat tidur dan toilet mandiri, 1.000 tempat tidur dengan fasilitas penyuplai oksigen, serta 300 tempat tidur untuk perawatan intensif. ”Saat gelombang pertama, selain pembatasan, semua pemerintah negara bagian mendirikan rumah sakit darurat. Namun, setelah angka kasus menurun, sebagian rumah sakit darurat itu dibongkar. Namun, Maharashtra tidak membongkarnya. Begitu kasus Covid-19 kembali melonjak, Maharashtra lebih siap,” kata Agus.
Selain mempertahankan keberadaan rumah sakit darurat, model Mumbai juga menerapkan apa yang disebut dengan pengelolaan penyimpanan oksigen, pembangunan pusat pengisian oksigen untuk setiap rumah sakit, dan menata ulang alokasi oksigen industri baik yang dikelola BUMN yang bergerak di sektor energi maupun perusahaan swasta nasional. Maharashtra juga membangun tangki penyimpanan oksigen dengan kapasitas 30.000 kiloliter di setiap rumah sakit. ”Mereka juga membangun pusat pengendalian untuk block chain refill oksigen setiap terpakai 20 persen di setiap rumah sakit dan jumbo isolation centre,” kata Agus.
Aspek ketiga dari model Mumbai itu adalah manajemen pembatasan aktivitas dan penelusuran kasus. Aspek keempat dari model tersebut adalah penambahan fasilitas perawatan ICU, pediatri dan perawatan bayi, trauma centre, serta bekerja sama dengan jaringan perhotelan untuk perawatan isolasi mandiri bagi pasien tanpa gejala atau bergejala ringan.
Baca juga: Belajarlah dari Kegagalan dan Keberhasilan India
Menurut Agus, pemerintah Mumbai sangat konsisten dengan kebijakan pembatasan dan penelusuran kasus. Ia menjelaskan, jika dalam satu kompleks hunian atau apartemen terdapat lima orang yang terinfeksi Covid-19, tempat itu akan disegel dan dijaga oleh satgas Covid-19. ”Kebijakan ini dimulai sejak 13 April 2021 dan diperpanjang hingga 15 Juni 2021,” kata Agus.
Seiring dengan itu, aktivitas warga pun dibatasi, kecuali untuk akses esensial, seperti membeli bahan makanan dan obat-obatan. Pada akhir pekan, yaitu Sabtu dan Minggu, diberlakukan lockdown. Jika pada hari Senin-Jumat sejumlah toko masih bisa beroperasi hingga pukul 16.00, pada akhir pekan semua toko ditutup.
Mereka yang melanggar ketentuan itu akan didenda. Bahkan, seorang warga bisa melaporkan warga lain yang ditemuinya tidak menggunakan masker. Apabila warga itu merasa sungkan, ia dapat meminta bantuan polisi atau petugas keamanan lain untuk menegur warga yang melanggar atau tidak menjalankan protokol kesehatan dengan baik.
Di sisi lain, pemerintah memberi bantuan kebutuhan pokok bagi warga kurang mampu. Data keluarga tidak mampu, termasuk pekerja harian lepas, diperoleh dari sistem identitas tunggal yang dikembangkan di India. Konsul Ekonomi dan Kepala Kanselerai KJRI Mumbai Pangky Saputra mengatakan, di Mumbai, bantuan kebutuhan pokok diberikan setiap dua minggu. ”Isinya, antara lain, beras, tepung terigu, gula, minyak goreng, bahan pembuat dal, susu, dan vitamin,” kata Pangky.
Dukungan para pengusaha dan filantrofis pun mengalir deras. Langkah dan beragam kebijakan itu akhirnya membuahkan hasil. Angka penularan kasus bisa ditekan. Sebagai catatan, pada April lalu, kasus harian tertinggi di Maharashtra 28.937 kasus (tercatat pada 12 April 2021). Angka kesembuhan tertinggi tercatat pada 9 Mei 2021, yaitu sebanyak 82.366 kasus.
Saat ini, menurut catatan pada 9 Juli, kasus harian tercatat sebanyak 171, turun sekitar 1,5 persen dibandingkan sehari sebelumnya dan angka kesembuhan 8.815 kasus atau naik hingga 1,15 persen dibandingkan sehari sebelumnya.
Menurut Agus, saat ini persentase kehadiran di kantor telah diperlonggar dari sebelumnya 10 persen menjadi 40 persen. Namun, kegiatan belajar-mengajar tetap dilakukan secara daring. Demikian pula tempat wisata dan tempat ibadat tetap ditutup.
Kini, belajar dari keberhasilan Mumbai, India menggunakan pendekatan itu untuk mengantisipasi gelombang ketiga, entah empasan baru tersebut bakal terjadi atau tidak.