Frustrasi dengan Covid-19, Rakyat Kuba Turun ke Jalan
Warga Kuba turun ke jalan memprotes Pemerintah Kuba yang gagal menangani pandemi Covid-19. Bahan pangan mulai langka dan harga-harga naik memicu kemarahan warga.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
HAVANA, MINGGU — Frustrasi dan marah dengan cara pemerintah komunis Kuba menangani pandemi Covid-19, ribuan warga Kuba dari beberapa daerah protes dengan spontan turun ke jalanan. Warga Kuba frustrasi karena kesulitan mencari makanan dan obat-obatan sejak awal pandemi Covid-19 akibat sanksi Amerika Serikat terhadap Kuba. Belum lagi jaringan listrik yang selalu diputus selama beberapa jam setiap hari. Kuba mengalami krisis terburuk dalam 30 tahun.
”Gulingkan kediktatoran! Kami menuntut kebebasan,” teriak para pengunjuk rasa di ibu kota Havana, Minggu (11/7/2021).
Bukannya mencoba memulihkan situasi atau menenangkan masyarakat, Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel malah mendorong pendukungnya agar menghadapi para pengunjuk rasa yang mayoritas anak muda. Aparat kepolisian melemparkan gas air mata dan tongkat berbentuk seperti pipa plastik untuk membubarkan massa. Sedikitnya 10 orang ditangkap dalam demonstrasi itu. ”Perintah untuk melawan sudah saya berikan. Lawan mereka di jalanan, para pejuang revolusi!” kata Diaz-Canel ketika berkunjung ke kota San Antonio de los Banos.
Sejumlah media sosial menunjukkan aksi protes antipemerintah di beberapa daerah meski jaringan internet seluler yang mulai aktif sejak 2018 diputus sejak Minggu sore. Diplomat AS untuk Amerika Latin, Julie Chung, menuliskan di akun Twitter bahwa banyak protes damai di Kuba karena rakyat cemas dengan meningkatnya kasus Covid-19.
Kuba mengalami masa yang kelam akibat Covid-19 dan Diaz-Canel menyalahkan sanksi AS yang diberikan semasa Presiden Donald Trump dan tetap tidak berubah di masa Presiden Joe Biden. Ia juga menuduh ada mafia Amerika-Kuba yang memancing protes melalui media sosial. ”Saya paham rakyat kecewa dengan situasi saat ini dan mafia Amerika-Kuba memanfaatkan jaringan sosial para pemengaruh dan Youtubers untuk memicu protes,” ujarnya.
Direktur Jenderal untuk Urusan AS di Kemlu Kuba Carlos F de Cossio menuding Kemlu AS, baik secara institusi maupun para pejabatnya, sengaja memancing ketidakstabilan politik dan sosial di Kuba. ”Kuba akan tetap dan selalu menjadi negara yang damai, tidak seperti AS,” ujarnya.
Kuba yang berpenduduk 11,2 juta jiwa itu sebenarnya relatif aman dari Covid-19 pada awal pandemi. Namun, belakangan kasus Covid-19 naik terus dan mencapai rekor kasus terbanyak 6.923 kasus dengan 47 orang tewas dalam sehari pada Minggu. Total jumlah korban tewas mencapai 1.537 orang. ”Ini mengkhawatirkan,” kata Kepala Epidemiologi Kementerian Kesehatan Kuba Francisco Duran.
Dengan tagar #SOSCuba di media sosial, rakyat Kuba meminta bantuan segera dan menuntut pemerintah meminta bantuan dari negara-negara lain. Kelompok-kelompok oposisi mendorong inisiatif ”koridor kemanusiaan” tetapi ditentang pemerintah dengan alasan Kuba bukan daerah konflik. Ernesto Soberon, salah seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Kuba, mengecam inisiatif itu karena dianggap menggambarkan Kuba sebagai negara gagal dan ini tidak membantu memperbaiki krisis. (AFP/AP)