Taliban Kian Kuasai Afghanistan, India Tarik Diplomat dari Kandahar
Pemerintah India menarik 50 diplomat dan petugas keamanan dari konsulat mereka di Kandahar, Afghanistan. Situasi keamanan yang makin tidak menentu membuat sejumlah negara menutup operasional misi diplomatiknya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
KABUL, MINGGU — Pemerintah India menarik pulang 50 diplomat dan personel keamanan dari konsulatnya di Kandahar, sekitar 500 kilometer barat daya Kabul, Afghanistan, setelah terjadi pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan kelompok Taliban di kota tersebut. Taliban pekan ini mengklaim telah menguasai 85 persen wilayah Afghanistan.
Langkah penarikan puluhan pejabat konsuler dan petugas keamanan India itu menyusul tindakan beberapa misi diplomatik negara-negara asing yang menghentikan kegiatan operasionalnya dan menarik pulang warganya karena situasi keamanan di Afghanistan semakin tidak kondusif.
Kementerian Luar Negeri India dalam pernyataan tertulis, Minggu (11/7/2021), mengatakan, Konsulat Jenderal India di Kandahar belum ditutup. Namun, warga negara India yang berada di sana telah dievakuasi untuk sementara waktu.
”Ini murni tindakan sementara sampai situasi stabil. Konsulat terus beroperasi melalui anggota staf lokal kami,” kata Kemenlu India dalam pernyataannya. Masih belum jelas, apakah mereka di bawa ke Kabul atau langsung dievakuasi keluar dari Afghanistan dan kembali ke India.
Penarikan puluhan orang diplomat India yang bertugas di Konjen India di Kandahar dilakukan tidak lama setelah kelompok Taliban mengklaim secara terbuka bahwa mereka telah menguasai 250 dari 400 distrik yang ada di Afghanistan. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menyatakan, dua kota terakhir yang mereka kuasai adalah kota Qala yang berbatasan dengan Iran dan Torghundi yang berbatasan dengan Turkmenistan.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tareq Arian, mengatakan, pihaknya sedang berupaya mengusir Taliban dari posisi terakhir mereka.
Pemerintah Afghanistan telah berulang kali membantah klaim Taliban karena distrik-distrik yang direbut dinilai memiliki nilai strategis kecil. Namun, beberapa wilayah yang terakhir dikuasai Taliban, termasuk beberapa wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan daerah yang memiliki cadangan mineral yang besar, membuat Kabul tidak bisa menutup mata.
Sejumlah pihak juga mengkhawatirkan penguasaan atas wilayah yang kaya dengan cadangan mineral akan dimanfaatkan oleh Taliban sebagai sumber pendapatan baru bagi kelompok militan itu.
Selain India, Rusia juga telah menyatakan menutup konsulatnya di kota Mazar-i-Sharif di Afghanistan utara. Pemerintah China juga telah mengevakuasi 210 warganya dari Afghanistan pada awal ini.
Pasukan terakhir Australia
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengonfirmasi berakhirnya keterlibatan ”negeri kanguru” itu di dalam perang Afghanistan yang telah berlangsung selama dua dekade. Australia memastikan, penarikan terakhir pasukannya telah berlangsung, beberapa pekan terakhir.
Pada April lalu, Canberra mengumumkan akan menarik pasukannya yang tersisa pada bulan September nanti sejalan dengan keputusan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menarik semua personel militernya dari Afghanistan pada bulan tersebut.
Dutton kepada SkyNews menyatakan, sebanyak 80 personel pendukung terakhir militer negara itu telah meninggalkan Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir.
Dutton menambahkan, dengan menarik pasukan terakhirnya lebih cepat dari jadwal, bukan berarti pihaknya tidak lagi menjadi bagian dari langkah AS. ”Kami menganggap itu sebagai kepentingan nasional kami atau kepentingan sekutu kami. Namun, untuk saat ini kampanye itu telah berakhir,” kata Dutton.
Selama dua dekade keterlibatannya di Afghanistan, Australia mengerahkan 39.000 personel militer sebagai bagian dari operasi militer yang dipimpin AS dan NATO. Meski Australia sudah tidak memiliki kehadiran personel militer yang signifikan di Afghanistan sejak penarikan personel tempurnya pada akhir 2013, personel militer asal negara itu yang meninggal pasca-keterlibatan di Afghanistan cukup banyak, terutama karena tingginya jumlah angka bunuh diri di kalangan para veteran perang, baik laki-laki maupun perempuan.
Militer dan kepolisian Australia juga tengah menyelidiki tuduhan bahwa tentara elite Angkatan Udara Australia melakukan banyak kejahatan perang di Afghanistan. (AFP)