G-20 Pertimbangkan Iuran Dana Pandemi Rp 1.086 Triliun
Mengantisipasi risiko pandemi di masa mendatang, panel khusus mengusulkan dana antisipasi pandemi pada pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G-20 di Venesia, Italia, Jumat (9/7/2021).
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
VENESIA, JUMAT — Kelompok 20 negara dengan produk domestik bruto terbesar di dunia atau G-20 tengah mempertimbangkan menyiapkan iuran dana 75 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.086 triliun selama lima tahun ke depan guna mengantisipasi pandemi di masa depan. Pengalaman penanganan pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa tak satu negara pun memiliki kapasitas pengelolaan yang mumpuni.
Panel Independen Tingkat Tinggi mengusulkan dana antisipasi pandemi itu pada pertemuan para menteri keuangan G-20 di Venesia, Italia, Jumat (9/7/2021). Skemanya, G-20 beriuran 15 miliar dollar AS per tahun selama lima tahun ke depan. Setiap negara akan mendapatkan jatah iuran sesuai kemampuan ekonomi masing-masing.
Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Lawrence Summers, yang merupakan anggota panel, menyatakan, pembiayaan itu akan menjadi tantangan bagi G-20. Namun, melihat kemampuan ekonomi G-20, hal itu bukan sesuatu yang mustahil. ”Investasi miliaran ini akan membuat kita semua bisa menghemat triliunan di masa depan,” ujar Summers.
G-20 beranggotakan tujuh negara terkaya dunia yang tergabung dalam G-7, yakni AS, Kanada, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, dan Jepang. Lainnya adalah 12 negara, meliputi Indonesia, Australia, Argentina, Brasil, China, India, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, dan Turki, serta ditambah kawasan ekonomi terbesar di dunia, yakni Uni Eropa.
Panel menganalisis bahwa di masa depan akan muncul berbagai pandemi. Beberapa di antaranya mutasi virus SARS-CoV-2, varian baru virus influenza, dan patogen-patogen berbahaya lainnya. Dampaknya diperkirakan akan lebih hebat dibandingkan situasi pandemi Covid-19 apabila dunia tetap memakai metode penanganan seperti sekarang. Sejumlah negara miskin dan berkembang bisa ambruk akibat tidak memiliki kesiapan tata kelola dan sarana pencegahan pandemi di masa depan.
Oleh sebab itu, G-20 dan negara-negara di dunia harus mengupayakan empat langkah antisipasi. Pertama, meningkatkan kajian dan pengawasan perkembangan penyakit global. Kedua, membangun sistem kesehatan yang tangguh. Ketiga, menciptakan tata kelola krisis yang baik. Keempat, meningkatkan produksi serta distribusi berbagai jenis vaksin.
Sehubungan dengan itu, dana antisipasi senilai 75 miliar dollar AS selama lima tahun ke depan diperlukan. Dari dana 15 miliar dollar AS per tahun, 10 miliar dollar AS akan dimasukkan ke Dana Khusus Ancaman Kesehatan Global. Sementara 5 miliar dollar AS sisanya diberikan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Bank Dunia, dan lembaga internasional lainnya untuk menyiapkan sarana pengelolaan pandemi.
Adapun untuk negara-negara berpenghasilan rendah ataupun menengah diminta mengalokasikan 1 persen dari pendapatan domestik bruto untuk investasi di sektor kesehatan selama lima tahun mendatang. Rincian atas usulan skema program antisipasi pandemi ini akan dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi G-20, Oktober mendatang.
G-20 juga akan mengeluarkan komunike tentang komitmen penanganan pandemi. Dokumen ini berhasil diakses oleh kantor berita Reuters sebelum diterbitkan Sabtu siang waktu setempat. Sejauh ini, tidak ada rencana lanjutan mengenai pembagian vaksin ataupun alat kesehatan terkait Covid-19 dari negara-negara dengan stok berlebih kepada negara yang membutuhkan.
Ada juga pembahasan mengenai program WHO yang bernama Akses Alat Akselerator Covid-19 ACT-A. Program distribusi vaksin global, Covax, dimasukkan ke dalam program itu. Dijelaskan bahwa ACT-A membutuhkan 17 miliar dollar AS pada 2021 saja untuk membagikan vaksin, alat tes Covid-19, dan masker kepada negara-negara miskin.
Sampai saat ini, Covax baru membagikan 100 juta dosis vaksin Covid-19 kepada 130 negara. Target sepanjang 2021 adalah 2 miliar dosis vaksin. G-20 diminta menyumbang 27 miliar dollar AS kepada ACT-A, di luar 15 miliar dollar AS untuk dana khusus pandemi. Nilai iuran ditentukan sesuai dengan kemampuan setiap negara.
Jerman, Arab Saudi, dan Kanada menyumbang lebih besar dibandingkan standar yang ditentukan untuk mereka. AS, Inggris, dan Italia hanya bisa memberi dua pertiga dari standar yang telah ditetapkan untuk mereka. Adapun Perancis hanya mau menyumbang seperempat dari jumlah yang diminta. Rusia dan China tidak memberikan komitmen apa pun sekalipun China merupakan negara yang selama ini paling banyak menyumbang vaksin ke sejumlah negara di luar skema Covax.
”Bantuan vaksin dari negara kaya atau yang stoknya berlebih, tidak bisa ditunda lagi. Ini bukan saatnya menumpuk vaksin untuk diri sendiri,” kata Direktur Umum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala. (AFP/REUTERS)