Meski Sepakat Damai, Taliban-Pasukan Afghanistan Tetap Baku Tembak
Presiden AS Joe Biden menegaskan, AS tidak ke Afghanistan untuk membangun negara itu. Masa depan Afghanistan ditentukan oleh warga dan pemerintahannya sendiri.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
TEHERAN, JUMAT — Delegasi Pemerintah Afghanistan dan Taliban sepakat perang harus dihentikan. Sayangnya, pasukan kedua belah pihak tetap baku tembak di berbagai penjuru Afghanistan.
Kamis (8/7/2021) malam waktu Teheran, Iran, atau Jumat (9/7/2021) dini hari WIB, delegasi Kabul-Taliban mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka sepakat, perang tidak akan menyelesaikan masalah Afghanistan. Semua pihak harus berusaha mencari solusi damai. Oleh karena itu, kedua belah pihak akan terus berunding melalui mekanisme yang disepakati di kemudian hari demi tercipta perdamaian di negara mereka.
”Kedua belah pihak mengecam serangan terhadap rumah warga, masjid, rumah sakit, dan kerusakan lain. Kedua belah pihak juga mengecam perusakan lembaga publik dan mendorong pelaku dihukum,” demikian pernyataan itu.
Delegasi perwakilan Taliban dan Pemerintah Afghanistan tiba di Teheran pada Selasa (6/7/2021) malam. Setelah berunding pada Rabu dan Kamis, mereka membuat pernyataan bersama.
Perundingan dimulai kala milisi Taliban menyerbu Qala-e-Nau, ibu kota Provinsi Baghdis. Juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Fawad Aman, mengumumkan kota itu sudah sepenuhnya dikendalikan pasukan pemerintah.
Kabul menerjunkan pasukan komando ke Baghdis dan beberapa provinsi lain.
Fawad juga mengumumkan serangan udara pasukan pemerintah terhadap milisi Taliban di sejumlah kota. Serangan antara lain dilancarkan di Kandahar dan Helmand yang merupakan kubu utama Taliban.
Dalam video yang disiarkan Fawad melalui media sosial, terlihat sejumlah bangunan dibom Angkatan udara Afghanistan. Pasukan Komando dan AU Afghanistan juga dinyatakan merebut kembali beberapa distrik yang diduduki Taliban.
Selama ini, Taliban kuat di pasukan darat. Sementara pasukan pemerintah mengandalkan dukungan serangan udara dari Amerika Serikat dan koalisinya.
Sejak AS dan koalisinya mulai keluar Afghanistan pada April 2021, Taliban menggencarkan upaya merebut berbagai distrik di Afghanistan. Upaya terbaru dilancarkan di Qala-e-Nau. Setelah beberapa jam mengepung kota itu, milisi Taliban dipukul mundur oleh pasukan dan milisi pendukung pemerintah.
Peran tetangga
AS dan Inggris mendesak negara-negara tetangga Afghanistan membantu Kabul mewujudkan perdamaian. Desakan disampaikan setelah Washington dan koalisinya menarik pasukan selepas 20 tahun menduduki Afghanistan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, London akan terus terlibat dalam upaya perdamaian di Kabul. ”Perlu peran banyak negara, termasuk tetangga Afghanistan, membantu warga Afghanistan membangun masa depan mereka,” katanya.
Juru bicara Kemenlu AS, Ned Price, mengatakan, tetangga Afghanistan berkepentingan pada masa depan negara itu. Ia memuji upaya Iran memfasilitasi perundingan Taliban dan Kabul.
Sementara Presiden AS Joe Biden menegaskan, AS tidak bertanggung jawab atas masa depan Afghanistan. Pembangunan negara itu sepenuhnya tanggung jawab pemerintah dan warganya.
Biden menyampaikan itu setelah hampir seluruh pasukan AS ditarik dari Afghanistan. ”Kami tidak ke Afghanistan untuk membangun negara. Tanggung jawab warga Afghanistan untuk memutuskan masa depan dan cara mereka mengelola negara,” ujarnya.
Ia menegaskan, tujuan Washington ke Kabul untuk memburu Osama bin Laden dan menghancurkan Al Qaeda. Tujuan-tujuan itu sudah tercapai dan AS sebenarnya sudah tidak punya alasan untuk terus di Afghanistan setelah Bin Laden tewas pada 2011.
Meski menarik pasukan, Biden membantah AS meninggalkan Afghanistan sepenuhnya. Washington telah menghabiskan miliaran dollar AS untuk melatih dan melengkapi aparat Afghanistan dengan aneka persenjataan dan keterampilan tempur. ”Kami akan terus menyediakan dana dan peralatan. Kami akan memastikan mereka bisa menjaga kemampuan angkatan udara,” ujarnya.
Biden juga menyebut, Washington tengah memperbaiki proses penerbitan visa untuk warga Afghanistan yang pernah membantu pasukan koalisi. Orang-orang itu merasa terancam jika terus di Afghanistan setelah pasukan koalisi keluar. Mereka bisa jadi buruan Taliban.
Pemerintah dan parlemen AS dinyatakan sedang berusaha mempercepat proses penerbitan visa untuk mereka. Sementara visa diproses, orang-orang tersebut bisa tinggal di berbagai lokasi aman milik AS dan sekutunya di luar Afghanistan. Begitu visa terbit, mereka bisa masuk AS.
Iran dan India
Menlu Iran Javad Zarif menyampaikan pesan senada dengan Biden. Menurut dia, warga dan pemimpin Afghanistan harus membuat keputusan atas masa depan bangsa mereka. Ia mendorong pihak bertikai untuk terus berunding. ”Komitmen pada solusi politik adalah pilihan terbaik bagi Afghanistan,” ujarnya.
Teheran semakin aktif memfasilitasi para pihak di Afghanistan selepas AS memastikan akan segera mundur. Iran amat berkepentingan pada perdamaian Afghanistan. Perdamaian di tetangga yang berbagi perbatasan hampir 1.000 kilometer itu berarti peluang pengungsian dan gangguan keamanan ke Iran bisa ditekan. Selama ini, jutaan warga dan aparat Afghanistan mengungsi ke Iran dan jumlah pengungsi terus bertambah.
Arus terbaru terjadi di Islam Qala, salah satu pintu perbatasan Iran-Afghanistan. Pada Kamis, puluhan aparat dan ratusan warga Afghanistan lari ke sisi Iran setelah milisi Taliban menyerbu pos perbatasan di sana. Penjaga perbatasan Iran mengizinkan pengungsi masuk. Walakin, mereka tidak dapat berbuat apa-apa kala milisi Taliban menduduki pos perbatasan di sisi Afghanistan. Sebab, mereka tidak punya kewenangan di sana.
Selain Iran, tetangga Afghanistan yang berkepentingan pada perdamaian Kabul adalah India. Sejak akhir 2020, New Delhi diketahui semakin aktif berkomunikasi dengan Taliban dan Kabul. Lembaga-lembaga intelijen India sebenarnya sudah lama berkomunikasi diam-diam dengan Taliban. Namun, baru tahun lalu Kementerian Luar Negeri India mengakui ada komunikasi dengan Taliban. Perwakilan Taliban di Pakistan dan Qatar mengakui komunikasi itu.
New Delhi berkepentingan menjaga Taliban tidak berkomunikasi dengan kelompok bersenjata di Kashmir. Wilayah itu diperebutkan India-Pakistan. Selama bertahun-tahun, Islamabad diketahui menyokong Taliban dan berbagai kelompok bersenjata di Afghanistan. New Delhi tidak mau kelompok bersenjata di Kashmir sampai dekat dengan Taliban dan mendapat tempat untuk menyerang India dari Afghanistan. (AFP/REUTERS)