Kekacauan di Haiti Meningkat Pasca-pembunuhan Presiden Moise
Presiden Haiti Jovenel Moise tewas ditembak oleh kelompok tak dikenal di kediamannya. Ibu Negara Martine Moise juga ditembak dan kini dirawat di rumah sakit.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
PORT AU PRINCE, RABU — Sejumlah tokoh dunia menyatakan terguncang oleh insiden penembakan Presiden Haiti Jovenel Moise hingga tewas, Rabu (7/7/2021) dini hari waktu setempat, dalam serbuan di kediamannya oleh kelompok bersenjata tak dikenal. Istri Moise, Martine, juga ditembak dan kini dirawat di rumah sakit.
Penjabat Perdana Menteri Haiti Claude Joseph menyebut bahwa Moise tewas dalam serangan di kediamannya. ”Sekelompok orang tak dikenal, sebagian berbicara dalam bahasa Spanyol, menyerang kediaman pribadi Presiden dan melukai kepala negara,” ujarnya.
Joseph menyebutkan, Martine kini dirawat di rumah sakit, tetapi tidak mengungkapkan kondisi terakhirnya. ”Ini serangan penuh kebencian, kekejian, dan barbar,” ujarnya.
Peristiwa tersebut membuat Haiti terguncang. Sejak beberapa waktu terakhir, Haiti sudah direpotkan oleh kekerasan kelompok kriminal serta pertarungan politik antara Moise dan kelompok oposisi.
Joseph mengklaim situasi tetap terkendali selepas penembakan itu. Aparat mengaku telah mengamankan negara yang terletak di timur Kuba dan berbagi pulau dengan Dominika itu. ”Polisi dan tentara telah mengendalikan situasi,” ujarnya.
Meski Joseph mengklaim keadaan aman, Dominika berpendapat berbeda. Pemerintah Dominika memerintahkan perbatasan dengan Haiti ditutup karena khawatir atas keamanan di Haiti.
Dewan Keamanan PBB menyatakan ”sangat terkejut” atas pembunuhan Presiden Haiti di kediamannya. Washington menyebut insiden itu sebagai ”kejahatan yang mengerikan”. Presiden Kolombia Ivan Duque meminta Organisasi Negara Amerika (OAS) mengirimkan tim darurat ke Haiti demi menjaga ketertiban dan demokrasi selepas pembunuhan Moise.
”Kami mengecam pembunuhan keji atas Presiden Haiti Jovenel Moise. Tindakan pengecut, barbar, terhadap seluruh warga Haiti,” ujar Duque.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell juga menyatakan ”terguncang” oleh pembunuhan Moise.
Situasi rentan
Kematian Moise membuat Haiti tidak mempunyai pemimpin yang jelas. Beberapa hari lalu, Moise menunjuk Ariel Henry menjadi PM dan dijadwalkan dilantik pada Rabu ini. Beberapa jam sebelum Henry dilantik, Moise tewas.
Joseph mengklaim dirinya kini menjadi pemimpin Haiti. Mantan Duta Besar Perancis untuk Haiti Didier le Bret menyebut bahwa situasi politik di Haiti amat rentan. ”Sekarang tidak jelas siapa yang memimpin negara,” ujarnya seraya mengungkapkan keprihatinan bahwa keadaan itu akan memicu kekerasan lebih lanjut.
Selama beberapa waktu terakhir, praktis Haiti dalam kondisi kacau. Kelompok bersenjata menguasai jalanan. Mereka menculik banyak orang, termasuk pelajar dan pastor yang tengah memimpin ibadah di gereja.
Kemiskinan dan kelaparan terus naik di tengah tuduhan pejabat terus memperkaya diri. Sumber korupsi, antara lain, dana rekonstruksi selepas gempa 11 tahun lalu. Meski donor telah mengucurkan dana besar, praktis tidak banyak pembangunan ulang di Haiti.
Perpecahan politik
Sebelumnya, politik di Haiti sudah dipenuhi perpecahan. Moise berkeras berhak menjabat presiden sampai 2022. Sebab, masa jabatannya baru dimulai setahun setelah pemilu 2016. Masa jabatannya tertunda dimulai karena ada tudingan kecurangan pemilu.
Sementara oposisi berpendapat masa jabatan Moise berakhir pada 7 Februari 2021 atau lima tahun setelah Michel Martelly turun dari kursi presiden. Karena Moise tidak mau turun dari kursi presiden, ribuan orang terus berunjuk rasa menuntut pengunduran dirinya. Beberapa waktu lalu, Moise menuding sekelompok orang berusaha membunuh dirinya dan menjatuhkan pemerintahan.
Selain menolak mundur, Moise juga mengusulkan amendemen konstitusi. Salah satu isinya adalah kekebalan hukum bagi pemimpin Haiti selama menjabat.
Ia beralasan, kekhawatiran terjerat masalah hukum menyebabkan banyak kebijakan tidak berjalan. Selama empat tahun terakhir, Haiti mempunyai tujuh perdana menteri. Joseph baru menjabat dalam tiga bulan terakhir.
Amendemen juga mengusulkan pembubaran senat. Dengan demikian, parlemen hanya akan terdiri atas DPR. Jabatan PM juga akan dihapus sehingga Haiti hanya mempunyai presiden dan wakil presiden. Selama ini PM dan presiden sering bersitegang sehingga pemerintahan tidak berfungsi optimal.
Sebagian warga Haiti mau ada perubahan konstitusi. Menurut rencana, ada referendum pada September 2021 untuk menentukan sikap warga ada amendemen konstitusi. Konstitusi sekarang ditulis pada 1987. Dalam konstitusi sekarang ada klausul yang melarang upaya perubahan konstitusi.
Amerika Serikat mendesak Haiti segera menggelar pemilihan presiden dan parlemen pada 2021. AS juga menentang amendemen yang diupayakan Moise. Selama ini, sokongan AS pada Haiti amat penting. Selepas gempa 11 tahun lalu, ribuan warga Haiti mengungsi ke AS. Di sana, mereka bekerja dan mengirimkan sebagian penghasilan ke kampung halaman. Kiriman itu salah satu yang menjadi penggerak perekonomian Haiti.
Untuk meredakan kemarahan oposisi, Moise menunjuk Henry menjadi PM. Henry merupakan dokter yang dekat dengan oposisi dan selama ini aktif dalam penanganan Covid-19 di Haiti. Namun, oposisi tak menanggapi penunjukan Henry. (AP/AFP/REUTERS)