Kampanye #benderaputih gencar di Malaysia untuk membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan selama masa karantina wilayah di tengah pandemi Covid-19 di negara itu.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Berat bagi Hadijah Neamat (73) menjalani hidup selama masa karantina wilayah akibat pandemi Covid-19 yang diberlakukan Pemerintah Malaysia sejak 1 Juni lalu. Suaminya, Mohd Rusni Kahman, kehilangan pekerjaan sejak tahun lalu. Keduanya kini hanya bisa bergantung pada sang anak, tetapi jelas tak cukup. Akhirnya Hadijah memasang secarik kain putih di luar jendelanya untuk meminta bantuan.
Tak berapa lama kemudian, beberapa tetangga datang membawakan makanan dan beberapa kebutuhan pokok lain. Hadijah kaget. Ia semula berharap ada orang kaya, pejabat, atau orang penting yang datang. "Tetapi, tetangga saya yang datang. Katanya, kita ini bertetangga. Siapapun yang memasang bendera putih, pasti akan dibantu," kata Hadijah, warga di permukiman padat penduduk di Distrik Petaling Jaya, Negara Bagian Selangor, barat daya Kuala Lumpur.
Perbincangan tentang fenomena memasang bendera putih di luar jendela, dengan tagar #benderaputih, ramai di media sosial Negeri Jiran sejak pekan lalu. Ini gerakan untuk mendorong masyarakat agar saling membantu sesama yang sedang membutuhkan selama masa karantina wilayah.
Mohamad Nor Abdullah (29) juga memasang bendera putih di luar jendelanya di malam hari. Ia melihat kampanye #benderaputih di Facebook dan memutuskan untuk mencobanya. Keesokan paginya, tiba-tiba puluhan orang datang ke rumahnya sambil membawakan makanan, uang, dan semangat. Ia tidak menduga sama sekali akan banyak orang yang mau membantu.
Kasus Covid-19 di Malaysia telah mencapai sedikitnya 785.000 kasus, sekitar 5.400 orang di antaranya tewas. Ini menjadikan Malaysia negara ketiga dengan kasus terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Jumlah ini naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun lalu. Untuk menekan penyebaran Covid-19, Malaysia memberlakukan kebijakan karantina wilayah. Warga tidak diperbolehkan keluar rumah kecuali untuk membeli makanan atau kebutuhan pokok lainnya.
Guna mendukung kampanye #benderaputih, banyak warga, pelaku bisnis, politikus, dan bahkan selebritas ikut menyumbang. "Butuh keberanian untuk memasang bendera putih karena itu jelas menunjukkan seseorang sudah tak mampu bertahan. Pemerintah tidak bisa membantu semua orang. Kasih tahu saja kalau butuh bantuan, kami akan datang," kata anggota parlemen, Maria Chin Abdullah.
Banyaknya warga yang membutuhkan bantuan menunjukkan pandemi Covid-19 menekan warga kelas menengah ke bawah dan kelas bawah. Seperti Mohamad Nor yang sudah di titik putus asa karena tidak bisa berjualan nasi lemak atau nasi santan dengan bumbu dalam kemasan lagi. Semula ia mencari nafkah dengan berjualan nasi lemak di pinggir jalan setiap pagi. Tetapi, kini itu tak bisa dilakukannya lagi, sementara bantuan pemerintah tak mencukupi.
"Banyak orang yang membantu dan memberi dukungan pada saya," kata Mohamad Nor yang terlahir tanpa lengan itu.
Tekanan ekonomi
Selain bantuan makanan seperti biskuit, beras, minyak goreng, dan air minum, ada juga yang akan membantu membayarkan uang sewa kamar yang digunakan Mohamad Nor hingga beberapa bulan. Kampanye #benderaputih ini dimulai setelah meningkatnya kasus bunuh diri di Malaysia yang diduga terkait dengan kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Setidaknya ada 468 kasus bunuh diri selama lima bulan awal tahun ini atau rata-rata empat kasus per hari.
Dengan kekuatan media sosial, kampanye ini disebarkan. Siapa saja yang membutuhkan bantuan segera diminta untuk memasang kain atau bendera putih tanpa harus mengemis atau merasa malu. Banyak warga yang kemudian berpatroli keliling daerah masing- masing untuk mencari bendera putih. Banyak orang kehilangan pekerjaan sejak karantina dan saat Malaysia menyatakan negara dalam keadaan darurat, Januari lalu.
Banyak warga penerima bantuan sangat bersyukur, masih banyak orang mau membantu. Ada ibu dan anak yang akhirnya bisa tetap makan setelah dibantu tetangga-tetangga. Ada penjual makanan yang hampir bunuh diri karena putus asa dan terselamatkan berkat bantuan uang untuk memulai usahanya lagi. Ada juga keluarga pengungsi Myanmar miskin yang mendapat bantuan makanan-makanan instan.
Namun, tak semua setuju dengan kampanye ini. Seorang anggota parlemen dari salah satu partai bagian dari koalisi berkuasa membuat publik marah karena ia menyuruh orang berdoa saja kepada Tuhan daripada sekadar mengibarkan bendera putih. Bahkan, ada seorang menteri besar negara bagian menuding kampanye itu sebagai propaganda melawan pemerintahan Perdana Menteri, Muhyiddin Yassin.
Muhyiddin, yang mengambil alih kekuasaan pada Maret 2020, menghadapi tantangan berat dari kubu oposisi dan dalam koalisinya sendiri. Dukungan untuk kepemimpinan Muhyiddin belum teruji karena parlemen belum bisa bekerja menyusul status darurat Malaysia. Rencananya, DPR baru akan mulai bersidang 26 Juli mendatang. Status darurat akan dicabut, 1 Agustus.
Pakar Asia di University of Tasmania, Australia, James Chin, menilai gerakan #benderaputih itu bisa memicu kemarahan publik karena beranggapan pemerintah tidak mampu mengelola krisis. "Kampanye bendera putih ini pasti akan dimanfaatkan sebagai senjata politik untuk menunjukkan pemerintah sudah gagal total," ujarnya.
Semestinya, di tengah situasi krisis yang sangat sulit dan menekan, seperti sekarang, hasrat, ambisi, dan manuver politik diketepikan dulu. Semua harus fokus pada upaya menjaga dan membantu sesama dari penderitaan akibat pandemi. (REUTERS/AP)