Liverpool Andalkan Tes Cepat untuk Pantau Penyebaran Covid-19
Penelitian Universitas Liverpool, Inggris, terkait uji usap massal mancatat temuan positif. Tes massal tersebut meningkatkan kemampuan deteksi virus hingga 18 persen dan menurunkan kasus positif hingga 21 persen.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
LIVERPOOL, RABU — Program percobaan tes Covid-19 massal berbasis tes cepat antigen di kota Liverpool dinilai sukses mendeteksi penyebaran virus SARS-CoV-2 dan menurunkan jumlah kasus positif. Penerapannya mirip dengan tes cepat di Indonesia, yaitu apabila tes antigen menunjukkan hasil positif, harus dilanjutkan dengan tes reaksi berantai polimerase atau PCR.
Tes cepat massal yang di Indonesia bukan hal baru, di Inggris ternyata belum menjadi norma. Bahkan, Liverpool adalah satu-satunya kota yang menerapkannya. Itu pun sebagai bagian dari penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Liverpool yang didukung oleh pemerintah daerah setempat.
Tes massal ini dilakukan sejak November 2020. Sebanyak 57 persen penduduk Liverpool berusia di atas 5 tahun atau setara dengan 283.338 orang mengikuti tes ini secara sukarela. Pemerintah daerah menyediakan 50 lokasi pengetesan.
Metode tes cepat berbasis antigen, yaitu pengambilan sampel lendir dari tenggorokan dan hidung dengan cara diusap. Hasil tes keluar dalam kurun waktu 20-30 menit. Apabila hasil menunjukkan positif, individu tersebut segera diarahkan menjalani tes PCR yang lebih akurat karena melalui pengolahan di laboratorium dan melakukan isolasi mandiri.
”Kami mengetes semua orang, baik yang memiliki gejala Covid-19 maupun yang tampak sehat. Tes ini sangat membantu kami memantau perkembangan virus korona, apalagi sekarang ada galur Alfa yang penyebarannya sangat cepat,” kata ketua tim Universitas Liverpool Iain Buchan, Selasa (6/7/2021).
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa 2,1 persen orang yang mengikuti tes terbukti mengidap Covid-19 meskipun tidak bergejala. Deteksi ini memungkinkan mereka segera diobati sebelum kondisi memburuk.
Hasil temuan dari penelitian itu adalah tes cepat massal ini berhasil meningkatkan kemampuan deteksi virus hingga 18 persen dan menurunkan kasus positif hingga 21 persen. Bahkan, pemerintah daerah Liverpool juga meminta agar tes cepat ini dikembangkan untuk mendeteksi penyakit-penyakit lain.
Sejumlah kritik
Penemuan ini dipuji oleh para ilmuwan dan pakar kesehatan, tetapi tetap secara skeptis. Kritik yang diberikan ialah pemakaian tes cepat rawan menimbulkan euforia di masyarakat. Pasalnya, tes cepat tidak seakurat tes PCR dalam mendeteksi Covid-19. Kemungkinan terjadinya hasil positif atau negatif palsu tinggi dengan tes antigen.
”Kuncinya ada di pemerintah. Harus ada ketegasan aturan agar protokol kesehatan dijalankan meskipun hasil tes cepat menunjukkan negatif. Jika tidak, orang akan terlena dan tidak menjalankan protokol kesehatan,” kata analis Covid-19 dari Universitas Loughborough, Duncan Robertson, ketika diwawancara oleh harian Daily Mail.
Sementara itu, media lokal Liverpool Echo mengkritisi bahwa tes cepat ini belum bisa menjangkau penduduk di pinggiran kota atau di wilayah Liverpool Raya. Kemiskinan dan gagap teknologi digital menjadi kendala akses. Apalagi, wilayah itu merupakan permukiman padat dengan kemungkinan kasus positif lebih tinggi. Jika tes cepat juga masif di daerah tersebut, diduga kasus positif di Liverpool secara keseluruhan akan bertambah.
Di tengah gelombang kedua ini, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berencana menghentikan semua karantina wilayah per 19 Juli. Ia berpendapat dengan perkembangan imunisasi Covid-19 masyarakat bisa kembali hidup seperti sedia kala.
Kafe, bar, restoran, dan kelab malam akan kembali dibuka. Kantor-kantor tidak menerapkan bekerja dari rumah dan pemakaian masker hanya disarankan jika berada di dalam ruangan yang padat. Partai Buruh yang merupakan oposisi pemerintah dan para pakar kesehatan menilai rencana Johnson ini gegabah dan akan membuat Inggris mengalami lonjakan kasus. (REUTERS)