Solidaritas Diaspora untuk Pencari Suaka dari Hong Kong
Iklim politik yang makin represif di Hong Kong membuat warganya hijrah ke Kanada dan Inggris. Diaspora Hong Kong membentuk solidaritas untuk membantu para pencari suaka yang baru-baru ini lari dari Hong Kong.
Alison memilih meninggalkan Hong Kong untuk mencari kehidupan baru yang sesuai dengan diri dan pandangan politiknya di Kanada. Keputusan berat ini diambil setelah banyak kawan, sahabat, dan teman seperjuangannya ditangkap otoritas keamanan Hong Kong akibat memrotes penerapan Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong.
Kini, setelah hampir 1,5 tahun berada di Kanada, Alison dan beberapa pendatang baru lainnya dari Hong Kong berinisiatif membentuk Institut Soteria. Lembaga itu bertujuan membantu para pencari suaka politik dari Hong Kong di Kanada. Programnya, antara lain, adalah pelajaran bahasa Inggris secara daring, lokakarya penulisan resume, dan dukungan psikologis. Semuanya gratis.
”Kami mengerti apa yang mereka alami. Kami mencoba menggunakan pengalaman kami untuk membantu lebih banyak orang buangan dari Hong Kong,” kata Alison.
Berada di Kanada tidak membuat Alison merasa aman. Sekalipun secara geografis Kanada jauh dari Hong Kong sebagai pusat konflik. Demi keselamatan diri, Alison bahkan meminta agar hanya nama depan saja yang ditulis.
”Kami sedang dalam pertempuran. Mereka adalah rekan-rekan saya yang memiliki nilai yang sama. Siapa yang akan memberi uluran tangan jika saya, kami, tidak mau,” kata seorang pria yang meminta dikenali sebagai Ho.
Setelah satu dekade Hong Kong beralih dari jajahan Inggris menjadi daerah otonom di bawah China, pemberlakuan Undang-Undang (UU) Keamanan Nasional Hong Kong membuat ruang demokrasi dan ruang kebebasan berekspresi menyempit. UU Keamanan Nasonal Hong Kong yang bersifat represif itu efektif melarang kegiatan politik sekaligus mengakhiri protes warga.
Banyak aktivis dan politisi prodemokrasi, termasuk aktivis muda Joshua Wong serta Jimmy Lai (pemilik media Apple Daily), ditangkap menggunakan undang-undang tersebut. Kekangan demi kekangan yang kini muncul, membuat banyak warga Hong Kong memilih pindah negara, meninggalkan tanah kelahiran mereka.
Baca juga : UU Keamanan Nasional China Mulai Berdampak bagi Hong Kong
Pemerintah Hong Kong dan China menyatakan, undang-undang itu diperlukan untuk memulihkan stabilitas menyusul protes masa berujung kekerasan pada 2019. Mereka berdalih, undang-undang yang telah berjalan efektif sekitar setahun itu tetap mempertahankan kebebasan warga.
”Hukum keamanan nasional Hong Kong menjunjung tinggi hak dan kebebasan rakyat Hong Kong. Setiap tindakan penegakan hukum yang diambil terhadap seseorang atau entintas oleh lembaga penegak hukum Hong Kong didasarkan pada bukti dan secara ketat sesuai hukum,” kata juru bicara Biro Keamanan Hong Kong.
Inggris dan Kanada adalah dua tujuan paling populer warga Hong Kong setelah UU Keamanan Nasional Hong Kong berlaku. Menurut Observatorium Migrasi di Universitas Oxford, Inggris, hanya dalam dua bulan sejak undang-undang itu diberlakukan, 34.000 orang mendaftar untuk tinggal di Inggris. Derasnya arus perpindahan penduduk itu sejalan dengan aturan khusus yang menyediakan jalur cepat bagi warga Hong Kong untuk migrasi.
Sementara menurut Pemerintah Kanada, 20 persen dari pendaftar telah mengajukan permohonan tempat tinggal sementara dan permanen sepanjang triwulan I-2021. Walau begitu, jumlah total warga Hong Kong yang pindah ke Kanada kemungkinan lebih besar dari data tercatat. Sebab, mereka sudah banyak memegang paspor Kanada dari gelombang emigrasi sebelumnya, periode 1980-an hingga 1990-an.
Baca juga : Kepolisian Hong Kong Tangkap 8 Aktivis dengan Jerat UU Keamanan Nasional
Kanada melonggarkan pembatasan penerimaan warga Hong Kong. Pemerintah setempat memberikan peluang bagi warga Hong Kong yang masih muda dan memiliki gelar diploma atau sarjana untuk mendapatkan visa kerja sekaligus jalur mendapatkan izin tempat tinggal permanen.
Namun, pandemi memperumit masalah bagi pendatang bagu. Berdasarkan kebijakan pembatasan perjalanan terbaru dari Pemerintah Kanada, warga Hong Kong yang telah memperoleh izin tinggal atau bekerja baru diizinkan masuk ke Kanada jika mereka telah memiliki tawaran pekerjaan.
Mereka yang memilih pindah itu memiliki kekhawatiran yang lebih kurang sama, yakni kehilangan harta dan kekayaan serta kebebasan berpendapat apabila China mengambil alih Hong Kong, sebagaimana terjadi pasca-pengambilalihan tahun 1997. Namun, saat itu, ketika Hong Kong berhasil mempertahankan sejumlah kebebasannya, banyak warga Hong Kong yang awalnya pergi akhirnya kembali lagi.
Saat ini, jaringan diaspora Hong Kong memainkan peran penting. Mereka membantu rekan, saudara, dan kerabat untuk bisa masuk ke rumah baru. Imigran membantu imigran lainnya. Mereka saling menjaga. Ini adalah sebuah hal yang biasa.
Namun, di Kanada, solidaritas ini menjadi lebih kental karena negara ini memiliki konsentrasi diaspora Hong Kong terbesar di dunia. Apalagi sekarang situasinya mendesak karena Pemerintah China dan Hong Kong mengincar orang-orang yang dicap sebagai pembangkang.
Jaringan ini terbentuk dari kelompok aktivis yang terbentuk setelah tindakan keras Beijing terhadap pengunjuk rasa di Lapaangan Tiananmen pada 1989, atau 1997-1998, saat Hong Kong diserahkan ke China oleh Inggris. Kelompok-kelompok tersebut sudah memiliki kontak dengan lembaga sosial, seperti Community Family Services of Ontario atau York Support Services Network, atau dengan gereja dan profesional yang bersedia membantu. Mereka menawarkan segala sesuatu kepada para pendatang baru, mulai dari pekerjaan, akomodasi, hingga layanan hukum dan kesehatan mental.
Ho, yang kini mengelola sebuah sekolah memasak di dekat Toronto, pernah merasakan hal yang sama dengan para aktivis pr-demokrasi Hong Kong saat ini. Ho, yang datang ke Kanada sebelum peralihan wilayah itu ke China, adalah bagian dari jaringan kelompok pendukung yang ada di Toronto, Vancouver, Calgary, dan Edmonton.
Baca juga : Lindungi Aktivis Prodemokrasi, Warga Kanada di Hong Kong Terancam
Baca juga : Otoritas Hong Kong dan China Diserukan untuk Menghormati Hak Rakyat
Baca juga : Tekanan Barat terhadap China Menguat
Beberapa waktu lalu, menurut Ho, dirinya menghubungi seorang ajudan dari politisi demokratis di Hong Kong untuk mempromosikan bisnisnya secara daring. Baru-baru ini dia menerima asisten yang pernah ambil bagian dalam protes pro-demokrasi pada 2019.
”Ini tugas alami saya. Jika saya di Hong Kong, saya akan berada dalam posisi putus asa. Jika ada uluran tangan, saya akan memegangnya,” katanya.
Uluran tangan juga diberikan jaringan lain. Sebuah grup yang menamakan diri Grup Induk Hong Kong-Toronto sejauh ini telah membantu 40 orang asal Hong Kong untuk tinggal dan menetap di Kanada. Eric Li, salah satu pendiri, mengatakan, separuh dari jumlah tersebut telah mendapatkan izin tinggal dan bekerja selama tiga tahun.
Li, mantan Presiden Canada-Hong Kong Link, sebuah organisasi advokasi hak warga Hong Kong, mengatakan, kelompoknya mendorong 20 pengusaha untuk menawarkan pekerjaan kepada para pendatang baru. Termasuk di dalamnya adalah sekolah memasak milik Ho, restoran, perusahaan jasa konstruksi, hingga keluarga yang membutuhkan guru bahasa Kanton untuk anak-anak mereka.
Kelompok itu memiliki juru bahasa, pengacara, hingga psikoterapis untuk membantu para pendatang baru. Mereka juga menyediakan akomodasi gratis sampai para pendatang memiliki tempat tinggal permanen.
Sukarelawan di Calgary mengatakan bahwa mereka telah membantu sedikitnya 29 pencari suaka. Sebagian besar dijemput langsung dari bandara dan kemudian diantar ke klinik, supermarket, dan bank.
Vancouver Parent Group (VPG), didukung oleh Masyarakat Vancouver dalam Mendukung Gerakan Demokratik yang dibentuk pada 1989, telah mengumpulkan lebih dari 80.000 dollar Kanada atau sekitar 65.963 dollar Amerika Serikat. Dana itu biasa digunakan untuk membantu para aktivis pro-demokrasi Hong Kong saat menetap di Kanada. Selain untuk membantu biaya hidup, dana itu bisa diakses untuk membantu para pendatang apabila membutuhkan bantuan hukum.
Ken Tung, salah satu sukarelawan VPG, mengatakan, tugas mereka adalah membantu para pendatang beradaptasi dengan lingkungan barunya, mulai dari masalah transportasi umum, mendapatkan kartu perpustakaan, maupun membantu menyediakan pakaian musim dingin dan peralatan dapur bagi mereka. Tung mengatakan, tujuan mereka adalah untuk memberi mereka batu loncatan untuk maju. (Reuters/MHD)