Lompatan Teknologi ”Sang Naga”
Pada Tiangong tecermin pencapaian serta kemandirian China dalam teknologi roket, telekomunikasi, metalurgi, dan tentu saja sistem operasi komputer. Kemajuan itu dimanfaatkan untuk sipil dan militer China.
Tiangong tidak hanya membuat China menjadi satu dari tiga negara yang punya stasiun luar angkasa sendiri. Stasiun antariksa itu menunjukkan kemandirian dan pencapaian teknologi China yang dapat digunakan untuk keperluan militer dan sipil.
Pengakuan atas laju kemajuan teknologi China, antara lain, berupa Rancangan Undang-Undang Inovasi dan Kompetisi Amerika Serikat (USICA). RUU itu mengusulkan subsidi hingga Rp 2.400 triliun pada sektor teknologi AS agar bisa menandingi kemajuan teknologi China.
Baca juga: Tandingi Ambisi Teknologi China, AS Siapkan Subsidi Rp 2.400 Triliun
RUU itu disahkan setelah stasiun luar angkasa China, Tiangong, mulai menunjukkan wujud. Tiangong atau Istana Surga mulai berwujud kala modul intinya, Tianhe atau Keselarasan Surga, dikirim ke luar angkasa pada April 2021. Beijing akan mengirim modul tambahan secara bertahap sampai 2022 untuk melengkapi Tiangong yang berat totalnya akan mencapai 100 ton.
Berat Tiangong akan setara dengan Mir, stasiun antariksa yang pernah dioperasikan Uni Soviet-Rusia. Selain China dan Rusia, ada AS yang pernah punya stasiun antariksa sendiri, yakni Skylab. Kini, AS, Rusia, dan sejumlah negara bersama-sama mengelola Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) yang diperkirakan akan beroperasi sampai 2030.
Tiangong disokong aneka upaya yang sudah berlangsung puluhan tahun. Pada Tiangong tecermin pencapaian serta kemandirian China dalam teknologi roket, telekomunikasi, metalurgi, dan tentu saja sistem operasi komputer.
China mengembangkan roket sejak Mao Zedong masih memimpin Partai Komunis China. Di masa Mao, China mulai mengembangkan teknologi nuklir dan antariksa yang dikenal sebagai Liǎngdàn Yīxīng atau ”Dua Bom Satu Satelit”. Uji coba pada dekade 1960-an itu menjadi lompatan penting kemajuan teknologi China, bangsa yang pernah dikenal lewat ”Empat Inovasi Besar”, yakni penemuan mesiu, percetakan, kertas, dan kompas.
Memang, di masa Mao pula ada kemunduran serius pada pengembangan teknologi China. Sebab, ribuan ilmuwan masuk pusat kerja paksa di masa Revolusi Kebudayaan. China kehilangan banyak intelektual di masa itu, termasuk para ilmuwan roket. Sebagian selamat karena dilindungi Zhou Enlai. Selepas masa Mao, China perlahan membangun lagi teknologinya.
Sistem komputer
Pada 2001, Universitas Pertahanan China memulai proyek pengembangan sistem operasi komputer. Proyek itu diluncurkan sembilan tahun setelah proyek 921-2 dimulai pada 1992. Proyek 921-2 adalah program antariksa China.
Media China, seperti CGTN, Xinhua, dan Global Times, menulis bahwa tujuan awal proyek 921-2 adalah mengirimkan taikonot, sebutan untuk astronot China, ke orbit Bumi. Kini, proyek 921-2 berkembang menjadi pengiriman taikonot ke Bulan dan selanjutnya ke Mars. China ingin mengirimkan taikonot ke Bulan pada 2030 dan terus mengirimkan misi tanpa awak ke Mars sampai dua dekade mendatang.
Baca juga: ”Istana Surga” China Semakin Dekat
Seluruh proyek itu membutuhkan komputer untuk mengendalikan misi yang kompleks. Para pemimpin dan penyusun strategi China tahu, mereka tidak bisa bersandar pada sistem operasi komputer buatan negara lain untuk proyek strategis, seperti program 921-2.
Presiden China Xi Jinping pernah menyebut, membangun program antariksa dengan sistem operasi komputer milik negara lain ibarat membangun rumah indah dan besar di tanah orang lain. Rumah itu sewaktu-waktu bisa digusur dan ambruk.
Oleh karena itu, China mengembangkan sistem operasi komputer berbasis Linux. Sistem itu dikenal sebagai Kylin, sesuai nama salah satu hewan terkuat dalam mitologi China. Kylin kini dipakai di hampir seluruh komputer militer dan lembaga sipil China. Untuk proyek antariksa, dibuat program khusus yang lebih cepat dan ringkas.
Pengembangan Kylin dipacu Beijing setelah Edward Snowden, mantan pegawai badan intelijen Amerika Serikat, NSA, mengungkap fakta mengejutkan pada 2013. Snowden menyebut, sistem operasi komputer buatan AS dilengkapi akses tersembunyi untuk lembaga intelijen AS. Seluruh perangkat yang menggunakan sistem operasi buatan AS bisa diakses diam-diam oleh aneka lembaga intelijen AS.
Dari Kylin, China kini punya Harmony yang dikembangkan Huawei untuk aneka gawai buatannya dan COS yang dikembangkan untuk aneka gawai dan komputer umum. Kylin dan COS berbasis Linux, sementara Harmony berbasis Android.
Kini, tantangan utama Kylin adalah menyesuaikan sistem operasi itu dengan aneka perangkat buatan luar China. Sebagian perangkat dalam misi antariksa China ataupun proyek teknologi lain memang masih buatan asing. China belum bisa sepenuhnya mandiri di sektor ini meski telah mengucurkan miliaran dollar AS untuk memacu industri terkait.
Baca juga: Xi Bicara dengan Tiga Astronot di Luar Angkasa, Tegaskan Ambisi Antariksa China
Industri komputer China masih tertinggal dan mengandalkan pasokan asing. Meski punya banyak pabrik, China lebih berstatus sebagai perakit dibandingkan dengan pembuat. Karena itu, kini China mendorong program designed in China untuk memacu peningkatkan produksi aneka perangkat yang dikembangkan dan dibuat di China. Program itu melampaui Made in China yang selama ini fokus pada produksi aneka barang di berbagai pabrik di China.
China juga fokus mengembangkan industri semikonduktor yang menjadi otak bagi komputer kecil hingga komputer super-rumit di perangkat antariksa dan perangkat perang modern. Xi menyebut semikonduktor sebagai jantung teknologi bangsa. Selamanya teknologi bangsa tidak mandiri jika masih bergantung pada semikonduktor buatan asing.
Satelit
Sembari mengembangkan industri perangkat keras komputer, Kylin juga terus dikembangkan. Ada versi khusus untuk mengendalikan aneka satelit dan perangkat antariksa China. Dalam misi luar angkasa, aneka satelit penting untuk komunikasi antara stasiun pengendali di Bumi dengan awak dan stasiun atau pesawat antariksa. Para awak di Tianhe yang kini sedang berada di orbit bisa berkomunikasi lancar dengan orang di Bumi karena jaringan satelit Tianlian atau Rantai Langit.
Bagi China, komunikasi stasiun pengendali dengan Tianhe sekaligus menjadi penelitian dan pengembangan pengiriman data dalam jumlah besar ke jarak jauh secara cepat. Cepat dalam arti komunikasi bisa dilakukan secara langsung dengan nyaris tanpa waktu tunda.
Hal itu penting dalam misi antariksa berikutnya. Perintah kepada kendaraan penjelajah di Bulan atau Mars bisa dijalankan seketika begitu perintah diberikan dari stasiun di Bumi.
Kemampuan komunikasi dalam misi antariksa juga penting untuk kehidupan sehari-hari di Bumi. Otomatisasi secara luas semakin mendekati kenyataan. Kendaraan nirawak, robot pekerja, dan komunikasi pasar keuangan bisa dikendalikan dalam jumlah besar dari jarak jauh karena telekomunikasi semakin mangkus.
Baca juga: Persaingan AS-China ”Mengorbit” hingga Luar Angkasa
Dalam teknologi, semakin otomatis perangkat, maka semakin banyak serta rumit data harus diolah dan dikirimkan. Selain komputer berdaya proses besar, butuh jaringan telekomunikasi berkapasitas besar untuk mengirimkan perintah berisi aneka olahan data.
Di pasar keuangan, kecepatan pengiriman data amat penting. Selisih sekian mikrodetik bisa membuat penawar kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan. Sebab, ia kalah cepat dengan penawar lain.
Oleh karena itu, dengan proyek antariksa, China sekaligus bisa memacu pengembangan telekomunikasi seluler generasi kelima atau 5G. Meski dihambat AS dan sekutunya, China kini menjadi salah satu pemain terkemuka dalam pengembangan 5G global.
Hasil lainnya adalah produsen China merajai penjualan gawai secara global karena harga lebih terjangkau dengan teknologi yang tidak terlalu jauh berbeda dari pabrikan lain. Produsen China mengalahkan penjualan produsen Korea Selatan dan AS yang lebih dulu masuk ke pasar gawai. AS sampai harus membuat aneka hambatan dagang untuk menekan laju kemajuan perusahaan teknologi China.
Lantaran aneka instrumen antariksa butuh otomatisasi, maka diperlukan pengembangan program kecerdasan buatan. Manfaat riset kecerdasan buatan tidak hanya diterapkan di langit.
Di berbagai penjuru China, semakin banyak perangkat otomatis berbasis kecerdasan buatan. Robot pengantar paket, bus nirawak, hingga sepeda tanpa penunggang menjadi hal lazim di China. Semua membutuhkan kecerdasan buatan untuk operasionalnya.
Sumber daya
Dalam berbagai kesempatan, China mengungkap motivasinya dalam penjelajahan luar angkasa bukan sekadar soal penguasaan teknologi. Beijing secara terbuka berminat menambang helium-3 (He-3) di Bulan. Senyawa itu terdeteksi dalam jumlah amat terbatas di Bumi, tetapi di Bulan jumlahnya jauh lebih banyak.
Lihat juga: Astronot Pasang Panel Surya Baru di Stasiun Antariksa
Senyawa itu disebut bisa menjadi jawaban atas kebutuhan energi masa depan China. Oleh karena itu, China sangat berambisi bisa mengirimkan taikonot ke Bulan dan membentuk koloni, lalu menambang He-3 di sana. Tidak seperti bahan bakar nuklir lain, He-3 bisa menghasilkan reaksi fisi tanpa menyebabkan materi di sekitarnya mengandung radioaktif.
Para peneliti China juga mulai mengembangkan kemungkinan pembuatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di antariksa. Sejumlah riset menunjukkan, energi yang bisa ditangkap di PLTS antariksa jauh lebih besar dibandingkan dengan energi yang ditangkap PLTS di permukaan Bumi. Keampuhan PLTS antariksa sudah dibuktikan ribuan satelit yang dilengkapi panel surya dan kini mengorbit di luar angkasa. Satelit-satelit itu mendapat tenaga dari panel surya.
Masalahnya, paling sedikit ada dua tantangan utama untuk PLTS antariksa. Pertama, pembangunan PLTS antariksa akan rumit karena harus mengirimkan panel surya dan baterai penyimpan energinya ke luar angkasa. Kedua, belum diketahui cara paling efektif untuk mengirimkan energi dari PLTS antariksa ke Bumi. PLTS antariksa menjadi sia-sia jika energinya tidak bisa dikirimkan ke Bumi.
Militer
Selain untuk keperluan sipil, aneka kemajuan teknologi antariksa China tentu dimanfaatkan militer. Jaringan satelit memungkinkan militer China bisa mengembangkan pusat kendali operasi modern. Rudal, pesawat nirawak, aneka peralatan perang China bisa dikembangkan secara cepat karena ada jaringan satelit yang bisa menjadi penghubung perangkat perang itu dengan pusat komando.
Selain komunikasi, sumbangan program antariksa China pada perkembangan militer adalah roket. Bersamaan dengan pengembangan roket dan pesawat untuk misi antariksa, China sekaligus mengembangkan roket untuk aneka rudal.
Dalam perayaan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China, dunia dikejutkan dengan pameran aneka persenjataan China. Untuk pertama kali pada Oktober 2019, dunia menyaksikan China memamerkan peluncur hipersonik yang bisa membawa beberapa hulu ledak nuklir. Peluncur bernama DF-17 itu bisa melaju hingga lima kali kecepatan suara. Dengan demikian, serpihannya sekalipun tetap bisa merusak target jika peluncur itu dicegat dan dihancurkan.
China juga memamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dapat diluncurkan dari darat dan kapal selam. Kemampuan meluncurkan dari kapal selam meningkatkan jangkauan ICBM China. Kapal selam bisa berada di mana saja sehingga ICBM China praktis bisa menjangkau daratan mana pun di permukaan Bumi. Punya satelit dan teknologi persenjataan buatan sendiri praktis membuat China lebih kebal terhadap upaya penyadapan komunikasi militernya.
Baca juga: Tiga Astronot China Mulai Bekerja di Stasiun Luar Angkasa Tiangong
Riset metalurgi untuk mencari bahan terbaik bagi roket dan aneka perangkat antariksa juga dimanfaatkan untuk bahan terbaik bagi rudal dan aneka perangkat perang China.
Program antariksa ”Negeri Naga” tidak hanya mengantarkan China ke langit. Program itu membawa aneka kemajuan teknologi untuk dimanfaatkan di Bumi. Pemanfaatan inilah yang membuat jajaran Partai Komunis China begitu percaya diri kala memperingati satu abad partai itu pada 1 Juli 2021. (AFP/REUTERS)