Korban Gelombang Panas di Kanada dan AS Terus Bertambah
Gelombang panas yang dalam seminggu terakhir mengempas Kanada dan Amerika Serikat terus memakan korban. Selain itu, gelombang panas juga menyebabkan puluhan ribu hektar lahan dan hutan terbakar.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
VANCOUVER, SABTU — Gelombang panas yang mengempas sebagian wilayah Kanada dan Amerika Serikat telah menewaskan lebih dari 700 orang di Kanada serta puluhan lainnya di AS. Selain itu, hingga Sabtu (7/3/2021) waktu Indonesia, gelombang panas telah memicu 152 kebakaran di British Columbia, provinsi paling barat di Kanada. Sebagian besar kebakaran itu disebabkan oleh sambaran petir.
Menurut Jonathan Bau, ahli meteorologi, lingkungan, dan perubahan iklim Kanada, tingginya jumlah sambaran petir disebabkan oleh gelombang panas. Gelombang panas itu menciptakan tingkat kelembaban yang tinggi di atmosfer dalam bentuk pencairan salju dan penguapan air dari tumbuh-tumbuhan. Kelembaban lantas memicu badai petir yang luar biasa ganas.
Meskipun saat ini kawasan itu belum memasuki musim panas, Bau memprakirakan pada akhir pekan akan terjadi lebih banyak sambaran petir. Menurut sejumlah ahli, gelombang panas yang menghantam Kanada dan AS disebabkan oleh pemanasan global.
Menyikapi kondisi terkini, otoritas setempat telah menyiagakan sejumlah pesawat militer dan perangkat lain untuk melakukan evakuasi warga.
Dalam pertemuan dengan sejumlah menteri, pejabat daerah, hingga kepala suku, yang digelar Jumat petang waktu Kanada, Perdana Menteri Justin Trudeau menegaskan Pemerintah Kanada siap sedia membantu. Dalam jumpa pers yang digelar pada Jumat, Trudeau juga menyampaikan ucapan dukacita untuk keluarga korban empasan gelombang panas itu.
Tim respons akan mendirikan pos komando di Edmonton. Angkatan bersenjata akan mendukung operasi tersebut dengan memberikan dukungan logistik, termasuk pengerahan sejumlah pesawat militer.
”Sebelumnya, belum pernah terjadi cuaca kering dan panas ekstrem di British Columbia,” kata Menteri Keamanan Publik Bill Blair. ”Kebakaran hutan ini menunjukkan bahwa kita berada di tahap awal dari apa yang diprakirakan akan menjadi musim panas yang panjang.”
British Columbia
Dari British Columbia dikabarkan, lebih dari 1.000 warga mengungsi setelah terjadi kebakaran hutan di sejumlah tempat di wilayah tersebut. Pihak berwenang tengah mencari sejumlah orang yang dikabarkan hilang.
Rabu lalu, di sebuah desa di timur laut Vancouver, yaitu Lytton, terjadi kebakaran besar. Hampir 90 persen wilayah Lytton terbakar. Warga desa itu telah dievakuasi.
Sehari sebelum desa itu terbakar, suhu udara di wilayah itu mencapai rekor tertinggi, yaitu hingga 49,6 derajat celsius. Menteri Utama British Columbia John Horgan mengatakan, kondisi cuaca di wilayah itu sangat ekstrem dan risiko kebakaran bisa terjadi di hampir setiap bagian British Columbia. ”Saya mendesak warga British Columbia untuk mendengarkan dengan saksama arahan para pejabat di komunitas Anda dan mengikuti arahan itu,” kata John Horgan.
Selain di British Columbia, gelombang panas juga menyebar ke wilayah Kanada bagian tengah.
Kepala tim koroner di British Columbia, Lisa Lapointe, mengatakan, cuaca ekstrem yang terjadi seminggu terakhir diduga kuat menjadi faktor peningkatan jumlah kematian warga. Kepada media setempat, CBC, seorang penduduk Lytton, Jeff Chapman, mengatakan, kedua orangtuanya meninggal dalam kebakaran yang melanda kota itu.
Selain British Columbia, gelombang panas juga menerjang Washington dan Oregon yang berada di Amerika Serikat. Gelombang panas diduga telah memicu kebakaran hutan di California. Setidaknya lahan seluas 40.000 hektar ludes terbakar. Selain itu, sebanyak 40 bangunan dikabarkan hancur.
Di Negara Bagian Washington tercatat ada sekitar 30 warga meninggal dan diduga kuat terkait cuaca panas itu. ”Menurut saya, seiring waktu, kita akan mengerti bahwa jumlahnya akan terus meningkat,” kata Dr Steve Mitchell, Direktur Departemen Pengobatan Darurat Harborview Medical Center di Seattle.
Sejak akhir Juni lalu, setidaknya tercatat ada 1.792 pasien dirawat di unit gawat darurat karena sejumlah keluhan terkait gelombang panas. Menurut Dinas Kesehatan Washington, sekitar 21 persen dari total pasien itu diharuskan dirawat di rumah sakit.
Mitchell menggambarkan, situasi yang dihadapi saat ini mirip dengan situasi saat pertama kali pandemi Covid-19 menghantam wilayah itu. (AP/AFP/REUTERS)