China kini tengah membangun total 145 lokasi penyimpanan dan peluncuran baru rudal. Lokasi peluncuran di Yumen untuk menyimpan rudal DF-41 yang bisa menjangkau sampai 15.000 km dan membawa beberapa hulu ledak nuklir.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — China diduga tengah membangun 119 lokasi baru untuk penyimpanan dan peluncuran rudal balistik antarbenua. Sebagian lokasi diduga akan tetap kosong dan difungsikan sebagai pengecoh.
Dugaan dilontarkan dua peneliti dari James Martin Center for Nonproliferation Studies di California, Amerika Serikat (AS), yakni Jeffrey Lewis dan Decker Eveleth. Dalam laporan Washington Post pada Kamis (1/7/2021) waktu Washington, disebut bahwa Lewis dan Eveleth memeriksa citra satelit di sekitar Kota Yumen, Provinsi Gansu.
Di kota yang terletak hampir 1.500 kilometer di barat Beijing itu tengah berlangsung pembangunan di area seluas hampir 1.000 kilometer (km) persegi. Setiap lokasi terpisah hampir 3 kilometer dari lokasi lain. Sebagian lokasi juga dibangun sebagai pusat kendali peluncuran.
Lewis menduga sebagian lokasi akan tetap dikosongkan dan difungsikan sebagai pengecoh. Praktik ini pernah diterapkan AS selama Perang Dingin. Meski punya banyak lokasi penyimpanan dan peluncuran, Washington mengosongkan sebagian lokasi untuk membuat Uni Soviet bingung menentukan sasaran ke arsenal nuklir AS.
Beijing, menurut Lewis, sudah bertahun-tahun membangun jaringan terowongan untuk penyimpanan rudal balistik antarbenua (ICBM). Selain untuk memudahkan mobilitas peluncur bergerak, jaringan terowongan itu juga akan menyulitkan musuh mencari lokasi penyimpanan ICBM China.
Proyek di Yumen diketahui dimulai pada awal 2021. Dengan proyek itu, China kini tengah membangun total 145 lokasi penyimpanan dan peluncuran baru. Saat ini, China telah memiliki beberapa lusin tempat penyimpanan dan peluncuran ICBM. Sebagian ICBM juga disiagakan di peluncur bergerak.
Lewis menduga lokasi peluncuran di Yumen akan dipakai untuk menyimpan rudal DF-41. Rudal ini bisa menjangkau sampai 15.000 km dan mampu membawa beberapa hulu ledak nuklir. China diduga mempunyai hingga 350 hulu ledak nuklir, jauh di bawah Rusia dan AS. AS diduga punya hampir 4.000 hulu ledak nuklir. Di antara semua hulu ledak nuklir AS, hampir 2.000 hulu ledak dalam status siap diluncurkan sewaktu-waktu.
Dalam berbagai kesempatan, Beijing menegaskan kebijakan untuk tidak menjadi penembak pertama. Dengan kata lain, China hanya akan menggunakan bom nuklir jika diserang dengan bom nuklir. Jumlah hulu ledak dijaga sekadar sebagai penggentar minimal. ”Kami yakin China mengembangkan kekuatan nuklirnya untuk penggentar dalam posisi bertahan jika AS menyerang duluan,” kata Lewis.
Selama bertahun-tahun, China cenderung menolak terlibat dalam perlombaan senjata nuklir yang mahal di antara AS-Rusia. Beijing cenderung menjaga persenjataan nuklirnya pada aras bisa membalas jika diserang.
Meski China tidak menunjukkan minat pada perlombaan senjata, Lewis melanjutkan, pembangunan di Yumen akan dimaknai berbeda oleh Washington. Kementerian Pertahanan AS akan menjadikan proyek Yumen sebagai alasan tambahan untuk terus meningkatkan dan mengembangkan kekuatan nuklir Washington.
Kementerian Pertahanan AS menolak berkomentar banyak soal dugaan Lewis dan Eleveth. Juru bicara Pentagon, John Supple, hanya menyebut bahwa laporan dan analisis Pentagon sebelum ini telah menunjukkan kekhawatiran atas perkembangan peluncuran rudal China. ”Pemimpin kementerian pertahanan telah berbicara secara terbuka soal perkembangan kemampuan nuklir China, yang mungkin akan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam beberapa dekade ke depan,” ujarnya.
Pada April 2021, Panglima Komando Nuklir AS Laksamana Charles Richard mengatakan, perkembangan besar-besar kekuatan nuklir China sedang berlangsung. Perkembangan itu termasuk penambahan ICBM dan peluncur bergerak yang mudah disembunyikan dari satelit. Angkatan laut China juga mengoperasikan kapal selam yang bisa membawa rudal dan hulu ledak nuklir.
Pada Februari 2021, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, pemerintahan Joe Biden mengupayakan pengendalian senjata untuk mengurangi bahaya perkembangan kekuatan nuklir China. Blinken tidak menyebut bagaimana cara Washington meyakinkan Beijing agar terlibat dalam pengendalian senjata nuklir. Dalam berbagai kesempatan, Beijing menegaskan tidak berminat terlibat dalam perundingan pengendalian senjata antara AS dan Rusia.
Dalam laporan pada September 2020, Pentagon menyimpulkan kekuatan militer China mengalahkan AS di beberapa sisi. Militer China tidak hanya memiliki teknologi terbaru, tetapi juga merombak struktur komando agar selaras dengan tujuan menjadikan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai militer kelas dunia. Beijing menargetkan modernisasi PLA tuntas pada 2035 dan kekuatannya melebihi militer AS pada 2049.
Pentagon menaksir Beijing punya 1.250 rudal menengah dan rudal jelajah yang dapat diluncurkan dari darat dengan jangkauan hingga 5.500 km. AS mengklaim tidak punya rudal jelajah yang dapat diluncurkan dari darat. Bersama Rusia, China menjadi negara yang sudah memiliki senjata hipersonik.
Menurut Pentagon, China mengubah kebijakan kesiagaan nuklir dari kesiagaan masa damai menjadi siap meluncur kapan pun. Perubahan kebijakan membuat China bisa menembakkan nuklir jika mendeteksi ada serangan.
PLA, menurut Washingon, menjadi AL terbesar dengan 350 kapal perang dan kapal selam. AS hanya punya 293 kapal perang dan kapal selam. (AFP/REUTERS)