Israel Buka Kedutaan Besar dan Konsulat di Uni Emirat Arab
Sebelum UEA, Israel lebih dulu punya kedutaan besar di Jordania dan Mesir. UEA lebih dulu membuka kedutaan di Tel Aviv, Israel, dan telah menunjuk duta besar. Israel baru membuka kedutaan dan belum menunjuk duta besar.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
ABU DHABI, RABU — Israel menambah perwakilan diplomatiknya di tanah Arab. Secara berturut-turut pada Selasa (29/6/2021) dan Rabu (30/6/2021), Israel membuka kedutaan besar dan konsulat di Uni Emirat Arab. Israel belum menunjuk duta besar untuk negara Arab itu.
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid meresmikan kedutaan besar di Abu Dhabi pada Selasa. Sementara konsulat di Dubai diresmikan pada Rabu. ”Timur Tengah rumah kami dan kami tidak akan ke mana-mana. Kami mengajak negara lain untuk mengakui dan berbicara dengan kami,” kata Lapid.
Pembukaan kedua fasilitas diplomatik itu dihadiri Duta Besar UEA untuk Israel Mohammed al-Khaja dan Utusan Khusus Israel untuk UEA Eitan Na’eh.
UEA memang lebih dulu membuka kedutaan di Tel Aviv dan menunjuk duta besar untuk Israel. Sementara Israel belum menunjuk duta besar sejak kedua negara meneken Perjanjian Ibrahim di Washington, Amerika Serikat, pada September 2020. Untuk sementara waktu, Kedubes UEA di Tel Aviv menempati salah satu ruangan di bursa efek Tel Aviv.
Sebelum UEA, Israel lebih dulu punya kedutaan besar di Jordania dan Mesir. Negara-negara itu lebih dulu berdamai dengan Israel dan menjalin hubungan diplomatik. Bahrain dan Sudan juga sudah berdamai walau belum meresmikan hubungan diplomatik dengan Israel.
Lapid mengakui mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berperan dalam pembukaan kedutaan besar di UEA dan perdamaian dengan negara-negara Arab. Ia menyebut Netanyahu sebagai arsitek Perjanjian Abraham atau dikenal dengan sebutan Abraham Accords. ”Perdamaian yang kita rayakan hari ini bukan di antara pemimpin, melainkan di antara kedua bangsa dan anak cucu di masa depan,” katanya.
Netanyahu sebenarnya ingin meresmikan kedutaan yang terletak di Menara Etihad itu. Sejak Januari, Israel telah menyewa salah satu ruangan di sana dan Na’eh sudah berbulan-bulan berkantor di sana. Akan tetapi, Netanyahu tidak kunjung mendapat kesempatan bertandang ke UEA. Pandemi Covid-19 dan kemelut politik Israel menjadi penyebab utama Netanyahu gagal ke UEA.
Sejumlah media Israel melaporkan, Netanyahu juga mencegah mantan Menlu Israel Gabi Ashkenazi ke UEA. Ia tidak mau Ashkenazi memanfaatkan kesempatan untuk meraih suara di pemilu yang mungkin terjadi sebelum Lapid akhirnya bisa membentuk koalisi beberapa waktu lalu.
Lapid sukses membentuk koalisi besar yang mengakhiri kekuasaan Netanyahu dan kini malah bisa meresmikan hasil kerja Netanyahu. Sebagai mantan penyiar televisi, Lapid tahu cara mengoptimalkan lawatannya di UEA.
Kerja sama
Konsulat di Dubai, kata Lapid, adalah tempat dialog di antara orang-orang berbakat yang bisa berkontribusi satu sama lain. ”Ini adalah tempat yang melambangkan kemampuan berpikir bersama, membangun bersama, untuk membangun dunia bersama. Kita tidak menerima kenyataan, kita membentuknya. Bangsa kita menciptakan hal luar biasa,” kata Lapid.
Ia mengatakan, putranya pernah bertandang ke UEA dan bercerita semangat kedua bangsa. ”Sekarang saya paham maksudnya,” ujarnya.
Dalam peresmian konsulat, Lapid didampingi Menteri UEA Bidang Kecerdasan Buatan Omar al-Olama. Peluang kerja sama Israel-UEA, menurut Olama, amat besar dan luas. Kerja sama teknologi dan ekonomi akan menjadi prioritas.
Lapid dan Menlu UEA Abdullah bin Zayed dijadwalkan mengikuti pertemuan tertutup. Iran menjadi salah satu bahasan pertemuan kedua menlu itu. Abu Dhabi dan Tel Aviv sama-sama menganggap Iran sebagai musuh di kawasan.
Meski pemerintahan berganti, sikap Israel soal Iran memang tidak berubah.
Beberapa saat setelah dilantik, PM Israel Naftali Bennett secara terbuka menentang Kesepakatan Nuklir Iran dihidupkan lagi. Kesepakatan yang juga dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan on Action (JCPOA) itu kini praktis mati suri. Penyebabnya, Amerika Serikat keluar secara sepihak dari JCPOA pada Mei 2018, lalu menerapkan serangkaian sanksi pada Iran. Sebagai balasan, Iran mengurangi aneka komitmen pada JCPOA.
Kini, para pihak di JCPOA sedang berunding di Vienna, Austria, untuk menghidupkan lagi perjanjian itu. Di bawah Joe Biden, AS ingin kembali masuk ke kesepakatan itu.
Teheran mengajukan syarat, AS mencabut seluruh sanksi untuk Iran sebelum bergabung lagi dengan JCPOA. Iran akan menilai sejauh mana pencabutan itu dilaksanakan sebelum kembali memenuhi komitmen pada JCPOA. Sebaliknya, AS meminta Iran mematuhi dulu semua komitmen pada JCPOA sebelum AS mencabut sanksi-sanksi.
Netanyahu berkali-kali menyatakan, Israel akan melakukan apa pun untuk mencegah Iran bisa membuat bom nuklir. Kini, Iran bisa memperkaya uranium di aras 60 persen. Untuk bisa membuat bom nuklir, uranium harus diperkaya mendekati 99 persen.
Iran menuding Israel terlibat dalam berbagai serangan terhadap fasilitas dan ilmuwan nuklirnya. Israel tidak menyangkal tudingan yang beberapa kali disertai bukti itu. (AFP/REUTERS)