Otoritas Bangladesh bakal menerapkan karantina ketat di ibu kota Dhaka mulai Kamis (1/7/2021). Langkah itu memicu eksodus para pekerja migran kembali ke desa asal.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
DHAKA, SENIN — Puluhan ribu orang, terutama pekerja migran, terjebak di Dhaka, ibu kota Bangladesh, Senin (28/6/2021), beberapa hari menjelang dimulainya karantina ketat akibat Covid-19. Mereka memadati jalan-jalan kota memburu angkutan umum untuk pulang kampung.
Namun, transportasi umum antarkota telah dilarang beroperasi sejak 22 Juni. Orang-orang terpaksa naik bajaj, sepeda motor, dan menyewa ambulans atau truk agar bisa pulang ke desanya. Banyak yang kebingungan karena kesulitan mendapatkan angkutan dan biaya sewa yang mahal.
Bangladesh, Minggu (27/6/2021), melaporkan 119 kasus kematian baru akibat Covid-19, angka kematian harian tertinggi. Infeksi baru rata-rata sekitar 5.000 kasus per hari dalam beberapa hari terakhir.
Para pejabat menyebutkan, lonjakan kasus ini terjadi karena penyebaran Covid-19 varian Delta yang sangat menular. Selain itu, perilaku warga yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan juga menjadi soal utama yang turut mempercepat penularan.
Pemerintah telah mengumumkan bahwa karantina ketat akan dimulai pada Kamis (1/7/2021). Mayoritas dari 168 juta warga Bangladesh diwajibkan tinggal di rumah saja.
Ledakan kasus itu mendorong pemerintah menerapkan pembatasan secara bertahap mulai Senin, dengan aktivitas ekonomi, termasuk toko, pasar, transportasi, dan kantor, ditutup total mulai Kamis untuk dua pekan ke depan. Hanya kegiatan penting dan jasa layanan darurat serta beberapa pabrik produk ekspor yang diizinkan beroperasi.
Pengumuman penguncian itu memicu eksodus pekerja migran ke desa asal. Ribuan orang memadati feri untuk menyeberangi sungai. Sebagian tidak terangkut. Puluhan ribu orang yang tidak mendapatkan angkutan dan kesulitan sewa kendaraan berinisiatif jalan kaki ke pinggiran kota.
Menyeberangi sungai
Seorang pejabat senior di badan usaha milik negara, Bangladesh Inland Water Transport Corporation, mengatakan, sedikitnya 50.000 orang telah menyeberangi sungai dengan feri, Minggu. Feri beroperasi sekali dalam 24 jam, dengan jumlah penumpang melebihi kapasitas, yakni hingga 1.000 orang.
Jumlah orang yang telah menyeberang dengan feri itu belum termasuk puluhan ribu orang yang sedang bersiap meninggalkan kota Dhaka. Di sebuah dermaga di Sreenagar, sekitar 70 kilometer selatan Dhaka, ribuan orang mengantre sejak Minggu pagi hingga Senin sore untuk menyeberangi Padma, anak Sungai Gangga.
”Kami tidak punya pilihan selain meninggalkan kota,” kata seorang warga saat menunggu feri yang belum juga datang.
Ribuan pekerja dan pegawai kantor di Dhaka juga terpaksa harus berjalan kaki jauh ke tempat kerja mereka, Senin. Mereka bahkan berjalan berjam-jam di tengah musim panas yang terik untuk bisa mencapai tempat kerjanya. Kantor, tempat kerja, dan usaha ditutup penuh mulai Rabu (30/6/2021).
”Saya mulai berjalan sejak pukul 07.00. Saya tidak bisa mendapatkan bus atau kendaraan lain. Saya tidak mampu naik becak,” kata Shefali Begum (60) yang akan pergi ke rumah putrinya di pusat kota Dhaka kepada AFP.
”Selama lockdown, tidak ada pekerjaan. Jika kami tidak bekerja, bagaimana kami membayar sewa kos? Jadi kami terpaksa harus kembali ke desa kami,” katanya.
Mohammad Masum (30), pedagang kaki lima di Dhaka, mengatakan lebih baik pulang ke desa dan ”menghabiskan waktu bersama keluarga” daripada terkurung tanpa penghasilan di Dhaka.
Pembatasan kegiatan dan pergerakan sudah diberlakukan di seluruh Bangladesh sejak pertengahan April ketika kasus infeksi dan kematian melonjak ke level tertinggi sejak awal pandemi. Kasus infeksi menurun pada Mei, tetapi meningkat lagi bulan ini, memicu pembatasan yang lebih ketat.
Bangladesh hingga kini melaporkan lebih dari 880.000 kasus infeksi dan lebih dari 14.000 kematian akibat Covid-19. Namun, para ahli mengatakan, jumlah kasus yang dilaporkan itu kemungkinan besar lebih kecil dari fakta sebenarnya karena minimnya pelaporan dari daerah.
Pejabat kesehatan di seluruh dunia sudah mengetahui bahwa penyebaran varian Delta sangat cepat. WHO juga telah mencatat, varian Delta telah menyebar ke sedikitnya 85 negara.
Studi baru-baru ini oleh Pusat Penelitian Penyakit Diare Internasional yang berbasis di Dhaka melaporkan, lebih dari dua pertiga kasus virus baru di Dhaka adalah akibat varian Delta. (AFP/REUTERS)