Milisi Dukungan Iran Balas Serangan Amerika Serikat
Pasukan Amerika Serikat yang bertugas menjaga ladang minyak Al-Omar di Suriah mendapat serangan dari milisi setempat. Serangan balasan ini terjadi setelah AS mengebom markas milisi dukungan Iran tersebut.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
DAMASKUS, SELASA — Pasukan Amerika Serikat yang bertugas menjaga ladang minyak Al-Omar di Suriah mendapat serangan dari milisi di Suriah bagian timur. Ini terjadi setelah sehari sebelumnya pesawat AS mengebom lokasi milisi dukungan Iran di perbatasan Suriah dan Irak.
Juru bicara pasukan koalisi AS di Suriah, Kolonel Wayne Marotto, menyebut bahwa beberapa roket ditembakkan penyerang. Tidak ada korban jiwa atau cedera akibat serangan itu. ”Pasukan membalas dan menangkis,” ujarnya pada Senin (28/6/2021) malam waktu setempat atau Selasa dini hari WIB.
Serangan terjadi setelah AS mengebom sejumlah lokasi di kawasan perbatasan Suriah dan Irak pada Minggu. Dalam serangan Minggu, AS menyasar sejumlah gudang senjata milik milisi di Irak dan Suriah. Mereka dituding terkait serangkaian serangan dengan pesawat nirawak terhadap pasukan dan pangkalan AS di Irak.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, serangan pada Minggu tersebut sebagai pesan penggentar. ”Kami mengambil langkah layak, perlu, dan sengaja dirancang untuk membatasi risiko ketegangan sekaligus untuk menyampaikan pesan jelas dan membawa penggentar,” katanya.
Dengan serangan pada Minggu itu, sudah dua kali Biden memerintahkan serbuan ke Suriah. Perintah pertama diberikan pada Februari 2021.
Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada adalah faksi militer sokongan Iran. Mereka termasuk kelompok yang sering menyasar pangkalan dan pasukan AS di Irak dan Suriah. Oleh karena itu, mereka diserang pada Minggu lalu.
Meski Blinken dan Kirby menyebut serangan dirancang untuk membatasi risiko, tetap saja ada laporan korban warga sipil, yakni seorang anak tewas dan tiga lainnya terluka.
Menangapi serangan AS, Iran mendesak AS untuk tidak menciptakan krisis di kawasan. Tindakan AS justru mengacaukan keadaan di kawasan sekaligus menunjukkan bahwa Washington masih salah arah dalam kebijakan di kawasan. ”AS masih meneruskan langkah yang salah. Hal yang kita lihat hari ini bukan hanya sanksi, melainkan juga kebijakan salah yang masih diteruskan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh.
Irak dan Suriah sama-sama menyebut serangan itu sebagai pelanggaran kedaulatan serius. ”Kami mengecam serangan udara AS yang menyasar target di perbatasan Irak-Suriah, (serangan) yang menunjukkan pelanggaran jelas dan tidak bisa diterima terhadap kedaulatan dan keamanan nasional Irak,” demikian pernyataan Kantor Perdana Menteri Irak.
Mantan Wakil Menteri Pertahanan AS Lawrence Korb menyebut serangan itu dapat dilihat sebagai peringatan Biden di tengah upaya perundingan nuklir Iran. ”Hal ini bukan kesengajaan. Fakta dia (Biden memerintahkan serangan) melakukan sekarang sementara mereka (AS-Iran) tengah di putaran ketujuh perundingan JCPOA adalah cara dia mengatakan, hanya karena kami di sana (perundingan), tidak berarti kami akan mengabaikan hal lainnya,” katanya.
Delegasi AS, Iran, dan sejumlah negara sedang berunding untuk keterlibatan kembali AS di Kesepakatan Nuklir Iran. Kesepakatan yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Action on Plan (JCPOA) itu ditinggalkan AS secara sepihak pada 2018. Setelah keluar, AS menerapkan serangkaian sanksi kepada Iran. Sebagai balasan, Teheran mengurangi komitmennya pada JCPOA.
Di masa Biden, AS mau masuk lagi ke JCPOA. Iran mau AS mencabut dulu seluruh sanksi sebelum masuk lagi ke kesepakatan. Sementara Washington menuntut Teheran memenuhi dulu komitmen pada JCPOA sebelum AS mencabut sanksi.
Karena dua perbedaan keinginan itu, delegasi para pihak di JCPOA sudah berbulan-bulan berunding di Vienna, Austria. AS tidak hadir langsung di lokasi perundingan walau ada di Vienna. Pesan AS-Iran disampaikan oleh pihak lain di JCPOA. (AFP/REUTERS/RAZ)