Mantan Guru Kalahkan Anak Mantan Presiden di Pilpres Peru
Pedro Castillo (51), mantan guru dan anak dari petani sederhana yang mewakili sayap kiri sosialis, mengalahkan Keiko Fujimori (46), putri Presiden Peru periode 1990-2000, Alberto Fujimori, pada pemilihan umum Peru.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
LIMA, SELASA — Pedro Castillo (51), mantan guru dan anak petani sederhana, berhasil memperoleh suara lebih banyak dalam pemilihan umum presiden Peru per 6 Juni. Kandidat yang mewakili sayap kiri sosialis itu mengalahkan Keiko Fujimori (46), kandidat dari sayap kanan yang merupakan putri Presiden Peru periode 1990-2000, Alberto Fujimori. Namun, menyusul gugatan kecurangan, penetapan presiden terpilih harus menunggu keputusan akhir Juri Pemilu Nasional.
Oleh sebab itu, rakyat Peru masih menantikan sosok yang akan menjadi pemimpin mereka untuk empat tahun ke depan. Semestinya, pengumuman kandidat pemenang pemilihan umum presiden atau pilpres diumumkan pada perayaan hari kemerdekaan ke-200 tahun Peru pada Senin (28/6/2021).
Juri Pemilu Nasional atau JNE masih melakukan penghitungan ulang suara untuk memastikan pemenang yang akan memimpin negara di Pegunungan Andes itu. Proses penghitungan suara sempat terkendala karena salah satu anggota JNE, Luis Arce, mengundurkan diri dari jabatan itu akibat tidak tahan menghadapi kekacauan pemilu. Penggantinya, Victor Raul Rodriguez, diambil sumpah jabatannya pada Sabtu pekan lalu. Penghitungan suara baru bisa dilanjutkan hari Senin kemarin.
Pihak oposisi mengkritik keikutsertaan Keiko Fujimori di pilpres kali ini karena sesungguhnya ia sedang menghadapi gugatan dugaan kasus korupsi. Ayahnya, Alberto, kini tengah mendekam di penjara akibat kasus pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi.
Sebanyak 25,2 juta rakyat Peru mencoblos dalam pilpres 6 Juni lalu. Berdasarkan penghitungan suara, Castillo memperoleh 50,12 persen suara atau setara dengan 44.000 suara lebih banyak dari Fujimori. Namun, pihak sayap kanan menuduh Castillo curang. Oleh sebab itu, mereka menggugat ke JNE agar dilakukan penghitungan suara ulang. Kubu Castillo menuding bahwa Fujimori curang.
Para pendukung kedua kubu turun ke jalan-jalan di tengah ancaman pandemi Covid-19. Pendukung Castillo meminta agar jagoan mereka segera dilantik. Sebaliknya, pendukung Fujimori meminta diadakan pilpres ulang. Selain itu, Fujimori juga mendatangi Istana Negara dan meminta Pejabat Presiden Sementara Francisco Sagasti agar mendatangkan lembaga independen internasional untuk memeriksa kembali pemilu tersebut.
Sejumlah pengamat politik Peru menganalisis, permintaan penghitungan ulang itu adalah akal-akalan Fujimori untuk menunda pengumuman hasil pilpres. Apabila dinyatakan kalah, Fujimori akan segera masuk pengadilan untuk menghadapi gugatan korupsi. Jika terpilih sebagai presiden, gugatan korupsi itu baru bisa dibahas seusai masa jabatan memimpin negara.
Menghadapi situasi ini, para sekutu Fujimori mulai mundur satu per satu. Salah satunya adalah surat kabar El Comercio yang konservatif dan selama ini mendukung ideologi sayap kanan. Dalam tajuk rencana mereka per Senin, El Comercio menyatakan penghitungan ulang ini justru mencederai demokrasi Peru. Padahal, negara-negara di Benua Amerika memuji pilpres Peru yang mereka nilai jujur, terbuka, dan tertib.
”Tujuan dari penghitungan ulang ini bukan demi memberi rakyat Peru klarifikasi atas masalah, melainkan murni politik dan menunda rakyat memperoleh hak mereka atas pemimpin yang mereka pilih,” kata tajuk tersebut, seperti dikutip oleh kantor berita Andina.
Kemenangan Castillo yang sosialis ini cukup mengejutkan bagi pengamat politik di Peru. Ketika kampanye, ia berjanji akan mengubah undang-undang dasar negara tersebut agar persentase bagi hasil bumi yang dikeruk oleh perusahaan lebih besar untuk rakyat. Akibatnya, sejumlah perusahaan pertambangan dan perhutanan ketar-ketir.
Menanggapi reaksi itu, Castillo mengatakan bahwa dirinya bukan komunis seperti yang dicemaskan banyak orang. ”Saya dan jajaran pemerintahan tidak akan mencaplok tanah rakyat dan menjadikannya milik negara. Ada berbagai pendekatan ekonomi yang lebih adil tanpa harus agresif,” ujarnya.
Ia juga bertemu dengan Gubernur Bank Sentral Peru Julio Velarde dan berjanji, apabila terpilih sebagai presiden, ia tidak akan mengganti posisi Velarde yang sejak 2006 menduduki jabatan sebagai gubernur bank. Velarde dikenal sebagai sosok yang menjaga kestabilan ekonomi Peru. (AFP/REUTER/DNE)