Konsolidasi Hadapi AS-Eropa, Beijing-Moskwa Perpanjang Perjanjian Kerja Sama
China-Rusia perpanjang perjanjian kerja sama kedua negara. Hal ini menjadi langkah konsolidasi kedua negara di tengah tekanan dari Amerika Serikat dan Eropa yang terus mereka hadapi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
MOKSWA, SENIN — Pemimpin China dan Rusia, Xi Jinping dan Vladimir Putin, Senin (28/6/2021), mengumumkan perpanjangan perjanjian persahabatan kedua negara. Hal ini menjadi konsolidasi perdana kedua negara setelah sejumlah tekanan dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa melalui beberapa pertemuan tingkat tinggi di triwulan II-2021.
Perpanjangan perjanjian persahabatan itu ditandatangani lewat pertemuan secara virtual antara Xi dan Putin. Pernyataan bersama yang dirilis Kremlin menyebutkan, kedua negara sepakat memperpanjang sekaligus menandai dua dekade perjanjian kerja sama.
Putin memuji kesepakatan itu sebagai dokumen hukum internasional yang mendasar dan mengatakan bahwa kerja sama Rusia-China menstabilkan urusan global. Perjanjian tahun 2001 itu ditandatangani Putin dan pendahulu Xi, yakni Presiden Jiang Zemin.
Beberapa tahun terakhir, kerja sama Moskwa dan Beijing semakin intensif. Kedua negara sama-sama mengalami ketegangan hubungan dengan AS. Rusia dan China telah mengembangkan hubungan ekonomi, militer, dan energi. Pada saat yang sama, kedua kekuatan global itu juga saling mendukung dalam sejumlah masalah, terutama ketika menghadapi kritik dari Barat. Putin bahkan mengatakan, perjanjian persahabatan Rusia-China mutakhir itu telah membawa hubungan ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perjanjian kerja sama kedua negara akan diperpanjang lima tahun sejak berakhir pada Februari 2022 mendatang. “Ketika dunia telah memasuki periode turbulensi dan perubahan, dan umat manusia menghadapi berbagai risiko, kerja sama erat China-Rusia membawa energi positif bagi komunitas internasional,” kata Xi, menurut transkrip yang dirilis oleh Kremlin. Xi juga mengatakan hubungan antara Rusia dan China "menjadi contoh untuk pembentukan model baru hubungan internasional".
Pertemuan virtual Xi-Putin digelar hanya tiga hari menjelang peringatan seratus tahun Partai Komunis China (PKC).
Pertemuan virtual Xi-Putin digelar hanya tiga hari menjelang peringatan seratus tahun Partai Komunis China (PKC). Putin mengucapkan selamat pada PKC dan mengatakan Rusia menghargai aneka kerja sama dengan PKC selama ini dan berharap dapat meningkatkan hubungan kedua pihak. Putin juga menyampaikan harapan bahwa di bawah kepemimpinan PKC, China akan membuat prestasi baru dalam pembangunan sosial dan memainkan peran yang lebih penting dalam urusan internasional.
Media Pemerintah China, Global Times, menyebutkan, perpanjangan perjanjian kerja sama China-Rusia menciptakan momentum positif kepada komunitas internasional ketika dunia sedang mengalami perubahan besar dan umat manusia tengah menghadapi berbagai krisis dalam pembangunan. Mengutip Xi, perjanjian itu selaras dengan kepentingan fundamental kedua negara, menggemakan tema-tema zaman bagi perdamaian dan pembangunan, dan merupakan contoh nyata dalam membangun jenis hubungan dan komunitas internasional baru dengan masa depan bersama bagi warga global.
Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, per 1 Juni, mengatakan bahwa perjanjian kerja sama China-Rusia itu telah membentuk model baru hubungan kekuatan besar antara kedua negara dalam 20 tahun terakhir. "Kedua belah pihak selalu mengambil sikap untuk saling mendukung sebagai cara mendasar dalam bergaul satu sama lain, saling menguntungkan sebagai prinsip inti kerja sama. Persahabatan China-Rusia adalah hal yang paling berharga untuk diwariskan dari generasi ke generasi. Menjaga perdamaian merupakan tanggung jawab internasional mereka yang tak terelakkan," kata Wang.
Pada saat penandatanganan perjanjian, Rusia dan China menghadapi masalah transisi dalam hubungan internasional yang rumit. Jauh sebelum peristiwa 9/11, perang terjadi di Timur Tengah, termasuk Perang Teluk. Setelah 9/11, AS dan Barat meningkatkan campur tangan di Timur Tengah dan menyebabkan kekacauan regional. Rusia telah menghadapi tekanan besar dari Barat, termasuk perluasan NATO ke Timur serta perebutan pengaruh di Eropa Tengah dan Timur, kata Yang.
Sementara, China menghadapi tantangan dalam pembangunan dan keamanan. Di bidang keamanan, Beijing berupaya untuk mempertahankan wilayah baratnya dan menghadapi dinamika di Laut China Selatan.
Di bawah latar belakang itu dan berdasarkan kebutuhan bersama, Cina dan Rusia menandatangani perjanjian itu. Kesetaraan itu tidak hanya berisi saling menghormati posisi politik masing-masing, tetapi juga saling menghormati pilihan masing-masing. "Semua ini telah berkontribusi pada perkembangan China-Rusia yang lancar dan stabil,” kata Yang seraya yakin kedua negara telah memberikan contoh yang baik untuk membangun jenis baru hubungan kekuatan besar dengan komunitas internasional. (AFP/REUTERS/BEN)