Cerita Sepotong Senja di Negeri Pulau Sejuta Kucing
Di Nicosia, ibu kota Siprus, populasi kucing melebihi kapasitas. Sedemikian banyaknya, kucing-kucing itu membuat sukarelawan pemberi makan kucing kewalahan. Pemerintah setempat sampai membuat program sterilisasi kucing.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
Nicosia
Setiap senja, di salah satu sudut kota Nicosia, Siprus, kucing-kucing bermunculan dari balik pusara sebuah pemakaman. Pemandangan ini terjadi setiap hari saat truk kecil milik Dinos Ayiomamitis tiba. ”Ambil ini, Bourekka mou,” ujar Ayiomamitis dengan sapaan kasih sayang dalam bahasa Siprus, sambil memberi makan kucing-kucing itu di bak truknya.
Ayiomamitis adalah salah satu sukarelawan pemberi makan kucing yang kini bersusah-payah memberi makan kucing-kucing penghuni negeri pulau di Laut Tengah itu. Ia mengaku tak tahu pasti berapa jumlah kucing-kucing di Nicosia, ibu kota Siprus.
”Tak ada angka resmi (jumlah kucing-kucing itu), tetapi menurut perkiraan kami setidaknya sama dengan jumlah warga,” ujarnya.
Ayiomamitis mengungkapkan, dirinya memberi makan pada kucing-kucing tersebut hingga 200 ekor di berbagai lokasi ibu kota Siprus, Nicosia. ”Kami lihat, populasi kucing liar mendekati satu juta, ini perkiraan kasar,” ujar Ayiomamitis, yang juga Ketua Cat PAWS.
Di tempat pemeliharaan kucing, sekitar 80 kilometer dari Nicosia, para sukarelawan tiap hari menemukan kucing atau anak kucing dibuang di luar pagar rumah pemiliknya. Malcolm’s Cats, tempat pemeliharaan kucing yang diberi nama pendirinya, Malcolm CP Stevenson, menampung sekitar 200 kucing. Mereka dirawat di tempat yang aman, lingkungan yang bersih dengan akses bagus pada makanan dan dokter hewan.
Setiap tahun sekitar 100 kucing dipulangkan ke rumah asalnya. Tapi, jumlah kucing yang datang jauh lebih banyak. ”Banyak kucing tidak dikebiri, tidak disterilisasi, yang artinya banyak lahir anak-anak kucing setiap tahun. Warga terus-menerus menelepon, memberitahu kami bahwa mereka membuang kucing,” tutur David Fender, Manajer Operasi dan Ketua Malcolm Cat Protection Society.
Saking banyaknya populasi kucing, dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Siprus mengalokasikan 75.000 euro per tahun untuk sterilisasi kucing agar kucing-kucing itu tak beranak pinak. Tahun ini, program sterilisasi kucing dimulai pada 1 Juni lalu. Namun, dengan jumlah kucing yang semakin banyak, Fender dan Ayiomamitis menyebut upaya pemerintah itu bak ”setetes air di tengah samudra”.
”Jumlah kucing harus dikendalikan, dan mereka (kucing-kucing itu) harus dikendalikan secara manusiawi dengan cara yang dirancang oleh pemerintah,” kata Fender.
Keberadaan kucing di Siprus berakar sejarah panjang. Konon tahun 400 SM Permaisuri Helena dari Konstantinopel disebutkan mengirim kapal penuh kucing ke Siprus untuk memburu ular-ular berbisa. Menurut sejumlah arkeolog Perancis, itu merupakan catatan sejarah paling awal mengenai domestifikasi atau upaya menjadikan kucing sebagai hewan piaraan di lokasi pemakaman berusia 9.500 tahun lamanya.
Kedekatan Siprus dengan kucing juga bisa dilihat di sebuah biara, tak jauh dari tempat pemeliharaan kucing, Malcolm’s Cats, di ujung selatan Siprus. Biara itu dibangun untuk didedikasikan kepada ”St Nicholas of the Cats”. Disebutkan pula, biara itu mempunyai dua bel: satu bel untuk panggilan ibadah dan satu bel lainnya untuk memanggil kucing-kucing. (REUTERS)