Buntut Insiden Laut Hitam, Rusia Panggil Dubes Inggris
Rusia mengklaim telah melepaskan tembakan peringatan dan menjatuhkan bom di jalur perjalanan kapal Inggris, HMS Defender, di lepas pantai Semenanjung Crimea. Inggris membantah dan menolak laporan Rusia soal insiden itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
MOSKWA, KAMIS — Kementerian Luar Negeri Rusia, Kamis (24/6/2021), memanggil duta besar Inggris di Moskwa sebagai buntut insiden sehari sebelumnya di Laut Hitam, tepatnya di lepas pantai Semenanjung Crimea. Rusia mengklaim telah melepaskan tembakan peringatan dan menjatuhkan bom di jalur perjalanan kapal Inggris, HMS Defender. Inggris membantah dan menolak laporan Rusia soal insiden itu.
Pemanggilan Dubes Inggris untuk Rusia Deborah Bronnert disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia, Maria Zakharova, di Moskwa. Pemerintah Rusia menilai Inggris telah berbohong dalam reaksinya terhadap insiden itu dalam komentar yang disiarkan di televisi pemerintah. Inggris sebaliknya menuduh Rusia memberikan laporan yang tidak akurat tentang insiden tersebut.
Kemlu Rusia, seperti dikutip kantor berita Interfax dan RIA, mengatakan bahwa insiden dengan kapal perang Inggris itu dapat berakibat konsekuensi serius dan bahwa wilayah Laut Hitam menjadi daerah konfrontasi militer. Rusia menuduh Inggris menyebarkan kebohongan atas konfrontasi kapal perang di Laut Hitam dan memperingatkan London bahwa mereka akan merespons dengan tegas tindakan provokatif lebih lanjut oleh Angkatan Laut Inggris di lepas pantai Crimea.
Kemlu Rusia menyebutkan, pelayaran kapal perang Inggris melalui wilayah itu sebagai tindakan ”provokasi terang-terangan”. Rusia mencaplok Semenanjung Crimea dari Ukraina pada 2014 dan menganggap wilayah di sekitar pantai semenanjung itu sebagai perairan Rusia. Negara-negara Barat menganggap Crimea bagian dari Ukraina dan menolak klaim Rusia atas laut sekitarnya.
Kementerian Pertahanan Rusia menambahkan, kapal perusak Inggris telah meninggalkan perairan Rusia segera setelah Rusia melepaskan tembakan peringatan. Pesawat pengebom Rusia menjatuhkan empat bom berdaya ledak tinggi di jalur pelayaran kapal Inggris itu. Dikatakan juga bahwa kapal Inggris itu telah berlayar sejauh 3 kilometer (2 mil) ke perairan Rusia dekat Cape Fiolent, tenggara pesisir selatan Crimea di dekat Pelabuhan Sevastopol, markas besar armada Laut Hitam Angkatan Laut Rusia.
”Kapal itu telah diperingatkan bahwa senjata akan digunakan jika melewati perbatasan Federasi Rusia. Kapal itu tidak bereaksi terhadap peringatan tersebut,” kata Kemhan Rusia.
Kapal itu telah diperingatkan bahwa senjata akan digunakan jika melewati perbatasan Federasi Rusia.
Keterangan tersebut dibantah Inggris. London menyatakan, pihaknya yakin setiap tembakan yang dilepaskan adalah bagian dari latihan militer Rusia yang telah diumumkan sebelumnya. Pemerintah Inggris juga menyatakan tidak ada bom yang dijatuhkan. Pemerintah Inggris hanya membenarkan bahwa kapal HMS Defender telah berlayar melalui wilayah yang digambarkan sebagai perairan milik Ukraina.
”Kapal itu melintas secara damai melalui perairan teritorial Ukraina sesuai dengan hukum internasional,” kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan.
Hal itu dipertegas oleh juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson. ”Tidak benar jika dikatakan bahwa ada penembakan atau bahwa kapal itu berada di perairan Rusia,” ujarnya.
Koresponden BBC, Jonathan Beale, yang berada di kapal HMS Defender saat insiden terjadi, melaporkan, lebih dari 20 jet Rusia dan dua kapal penjaga pantai membayang-bayangi HMS Defender. Dua kapal Rusia itu berusaha menekan HMS Defender agar mengubah jalur. ”Dalam satu kesempatan, satu kapal Rusia itu berjarak sekitar 100 meter,” sebut Beale.
HMS Defender, kapal perusak Tipe 45, adalah bagian dari armada serbu kapal induk Inggris, UK Carrier Strike Group (UKCSG). Situs AL Inggris menyebutkan, kapal itu menjalankan misi di Laut Hitam. Kedutaan Besar Inggris di Ukraina menyebutkan, awal pekan ini kapal itu berada di Pelabuhan Odessa, Ukraina. Kapal tersebut berlayar menuju Georgia.
Latihan militer
Pada akhir Juni ini hingga pertengahan Juli mendatang, negara-negara Barat akan menggelar latihan militer bertajuk Sea Breeze di Laut Hitam. Latihan bersama itu akan diikuti 32 negara, 5.000 tentara, 32 kapal, dan 40 pesawat tempur. Beberapa jam sebelum insiden di Laut Hitam terjadi, Kedutaan Rusia di Washington telah meminta Amerika Serikat dan sekutunya untuk membatalkan latihan bersama itu.
Pengamat keamanan maritim dan purnawirawan marinir Kerajaan Inggris, Mark Gray, menilai insiden itu untuk menguji tekad Rusia atas Crimea. ”Rusia sedang mencoba menciptakan fakta di lapangan dan membuat mereka dihormati secara internasional, dengan maksud pencaplokan agar otomatis diakui oleh dunia,” kata Gray.
Ia membandingkan klaim perairan Laut Hitam oleh Moskwa dengan klaim Beijing di Laut China Selatan yang juga ditolak oleh negara-negara Barat. ”Meskipun demikian, respons Rusia luar biasa kuat, sedikit tidak diplomatis, dan terlalu berlebihan,” lanjut Gray.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, insiden itu menunjukkan bahwa ”kebijakan agresif dan provokatif” Rusia di Laut Hitam dan Laut Azov di dekatnya merupakan ”ancaman berkelanjutan bagi Ukraina dan sekutunya”. Dalam sebuah cuitan di Twitter, Kuleba menyerukan lebih banyak kerja sama antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Ukraina di Laut Hitam. (AFP/REUTERS)