Implikasi Kejutan The Fed Jadi Perhatian Investor Global
Pasar keuangan global menunggu sejumlah data ekonomi mutakhir menyusul bank sentral Amerika Serikat pekan lalu yang mengirimkan sinyal akan menaikkan suku bunga acuan lebih awal dan lebih cepat dari perkiraan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Bursa saham di kawasan Asia dan Australia turun pada awal perdagangan Senin (21/6/2021). Investor mempertimbangkan implikasi dari pergeseran kebijakan yang mengejutkan pekan lalu oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed. Sejumlah data ekonomi terbaru pekan ini akan menjadi perhatian investor.
Indeks Nikkei Jepang memimpin penurunan dengan anjlok sebesar 3,3 persen awal pekan ini. Indeks Nikkei turun di bawah level 28.000 untuk pertama kalinya dalam sebulan. Adapun indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1 persen pada awal perdagangan.
Saham-saham unggulan di bursa saham China dibuka 0,4 persen lebih rendah dan indeks-indeks serupa di bursa saham Australia turun 1,8 persen di awal perdagangan. Imbal hasil surat utang negara (SUN) Amerika Serikat bertenor sepuluh tahun turun ke level terendah sejak awal Maret di level 1,41 persen. Pada saat yang sama, imbal hasil SUN AS bertenor 30 tahun turun ke level 1,99 persen, level yang tertembus pertama kalinya dalam lebih dari empat bulan terakhir.
Sementara itu, indeks dollar AS melayang di dekat level tertingginya dalam kurun waktu sepuluh pekan, level yang terjadi pada Jumat (18/6/2021). Arah penguatan dollar AS seiring dengan kenaikan mingguan terbesarnya dalam kurun waktu lebih dari setahun terakhir.
”Bisa dibilang, cerita pada pekan lalu adalah soal pergerakan satu arah dollar AS yang konsisten turun melalui pasar ekuitas di mana bagian nilai dari pasar benar-benar menjadi hancur,” kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Markets Ltd, broker valuta asing yang berbasis di Melbourne, dalam catatan kepada klien-kliennya.
Ketiga indeks utama di Wall Street ditutup turun pada Jumat (18/6/2021). Hal itu telah menjadi sinyal kewaspadaan investor terhadap sikap yang lebih hawkish dari The Fed. Pada saat yang sama, nilai tukar dollar AS membukukan kenaikan terkuat dalam lebih dari setahun dan harga minyak juga terus naik dengan stabil.
Ketiga indeks utama di Wall Street ditutup turun pada Jumat (18/6/2021). Hal itu telah menjadi sinyal kewaspadaan investor terhadap sikap yang lebih hawkish dari The Fed.
Indeks-indeks saham utama di AS memulai pekan lalu di dekat level tertingginya. Namun, kemudian langsung melorot sejak tengah pekan, terutama setelah pejabat The Fed memproyeksikan pada Rabu (16/6/2021) bahwa suku bunga mungkin naik lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Menutup perdagangan pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average turun 533,37 poin (1,58 persen), indeks S&P 500 melemah 55,41 poin (1,31 persen), dan indeks Nasdaq Composite melempem 130,97 poin (0,92 persen). Penurunan indeks-indeks itu menandai pekan terburuk pasar saham AS sejak Januari tahun ini.
Pergeseran sikap The Fed menjadi hawkish telah memaksa investor untuk mengevaluasi kembali reli saham-saham pilihan. Di pasar saham AS, saham-saham bank, perusahaan energi, dan perusahaan lain yang cenderung sensitif terhadap fluktuasi ekonomi telah jatuh setelah pertemuan The Fed tengah pekan lalu. Intinya The Fed mengirimkan sinyal antisipatif lewat dua kali kenaikan suku bunga sampai dengan 2023 di tengah kenaikan inflasi baru-baru ini.
Melalui kebijakan itu, The Fed tampak lebih fokus mencegah agar ekonomi tidak terlalu ”panas” selama proses pemulihan ekonomi berlangsung. Untuk itu, The Fed, lebih cepat dari perkiraan, mulai mengurangi kebijakan moneter longgarnya. Pimpinan The St Louis, James Bullard, Jumat lalu, mengatakan, pergeseran sikap bank sentral adalah respons ”alami” terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang bergerak lebih cepat dari yang diharapkan.
”Nilai saham telah naik tinggi, terutama dalam sektor energi dan keuangan, serta orang-orang yang terjebak hal itu mulai melepaskan kepemilikan saham mereka,” kata Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group. Penurunan saham pasca-pertemuan The Fed telah disertai dengan turunnya beberapa harga komoditas, lonjakan dollar AS, dan reli pada SUN AS. Imbal hasil patokan SUN AS turun ke level 1,44 persen per akhir pekan lalu.
Data menunjukkan, investor memburu saham-saham pilihan mereka pada paruh kedua tahun lalu. Hal itu terjadi seiring adanya tanda-tanda terobosan dalam pengembangan vaksin Covid-19 sehingga mendukung pemulihan ekonomi pada 2021. Nilai indeks-indeks saham di AS mengungguli pertumbuhan hampir 7 poin persentase sejak awal November 2020. Hal itu sekaligus melawan tren di mana sektor teknologi dan sektor pertumbuhan lainnya secara teratur unggul dalam satu dekade terakhir.
Investor akan mencermati data ekonomi terbaru pekan ini. Data itu akan menjadi petunjuk apakah lonjakan inflasi baru-baru ini, khususnya yang membuat harga konsumen berakselerasi pada laju tercepatnya dalam 12 tahun bulan lalu, akan bertahan. Penjualan rumah baru dan aplikasi hipotek akan keluar pada 23 Juni. Sementara angka belanja konsumen sepanjang Mei diharapkan dirilis pada 25 Juni. (AFP/REUTERS)