Covid-19 Melonjak, Brasil Tembus 500.000 Kasus Meninggal
Angka kematian di Brasil per hari Sabtu (19/6/2021) tembus 500.000 kasus menyusul jumlah kematian harian di atas 2.000 jiwa. Hal ini memicu gelombang unjuk rasa warga yang menilai pemerintah lamban bertindak.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
BRASILIA, MINGGU — Jumlah pasien Covid-19 meninggal di Brasil per hari Sabtu (19/6/2021)mencapai 500.800 jiwa menyusul angka kematian harian di atas 2.000 jiwa. Negara di Amerika Selatan ini diduga tengah memasuki gelombang ketiga pandemi Covid-19 akibat pemerintahnya dinilai terlalu cepat melonggarkan karantina.
Menteri Kesehatan Brasil Marcelo Quieroga dalam pengumumannya, menyatakan, terdapat 2.301 kematian dalam 24 jam terakhir. Ini merupakan angka kematian terbanyak yang pernah dialami negara itu sejak Mei. Dari 27 negara bagian, 19 negara bagian tengah mengalami krisis akibat pandemi. Tingkat keterisian unit perawatan khusus (ICU) di atas 80 persen. Bahkan, di sembilan negara bagian keterisiannya mencapai 90 persen.
”Proses penyuntikan vaksin lamban sekali. Kita sudah telanjur memasuki gelombang ketiga,” kata epidemiolog Universitas Espirito, Santo Ethel Maciel.
Menurut dia, gelombang kedua terjadi pada Januari-April 2021. Sekarang, dengan munculnya varian virus SARS-Cov-2 Beta, Delta, dan Alpha, penularan menjadi semakin cepat. Apalagi, di Brasil, terdapat varian endemik dari wilayah Manaus yang terletak di utara dan menjadi varian mayoritas untuk kasus-kasus positif terkini, yakni Gamma.
Sementara itu, pakar kesehatan dari Universitas Sao Paolo, Alexandre da Silva, malah lebih pesimistis. Menurut dia, ini bukan gelombang ketiga melainkan masih bagian dari gelombang pertama yang tidak ditangani dengan baik oleh pemerintah federal maupun negara bagian. Kota-kota besar terlalu cepat melonggarkan karantina. Restoran, bar, kelab malam, dan tempat-tempat umum, sudah dipenuhi pengunjung yang tidak memakai masker ataupun menjaga jarak.
Menurut kantor berita nasional Agencia Brasil, jumlah total kasus positif sejak pandemi Covid-19 melanda Brasil di Maret 2020 adalah 17.883.750 kasus. Dari 213 juta jiwa penduduk Brasil, baru 11,4 persen yang telah disuntik vaksin. Sebanyak 60,38 juta orang baru menerima satu dosis suntikan dan 24,03 juta orang sudah menerima dosis lengkap. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer-BioNTech.
Presiden Jair Bolsonaro yang memiliki sikap politik ultrakanan menjanjikan seluruh rakyat Brasil akan selesai diimunisasi pada akhir 2021. Guna meyakinkan rakyat, pemerintah federal memvaksinasi 2,5 juta penduduk dalam 24 jam dan menyebarkan 109 juta dosis vaksin ke 26 negara bagian. Namun, rakyat meragukan target akan tercapai karena proses distribusi vaksin berjalan lamban selama ini.
Pakar kesehatan Gonzalo Vecina menjelaskan, upaya itu tidak akan bisa langsung menurunkan jumlah kasus karena penularan sudah telanjur terjadi. ”Butuh beberapa pekan, bahkan bulan bagi vaksin bekerja membentuk daya tahan tubuh. Hingga saat itu tiba, kita sudah kehilangan 700.000-800.000 penduduk,” ujarnya.
Bolsonaro dikritik oleh berbagai pihak akibat kekacauan dalam menangani pandemi. Saat ini, ia tengah menghadapi penyelidikan dari senat terkait seluruh kebijakan dan program kerjanya selama pandemi Covid-19.
Masyarakat di 22 negara bagian juga menggelar unjuk rasa menuntut pengunduran dirinya. Mereka umumnya adalah anak muda. Para pengunjuk-rasa membawa spanduk serta plakat bertuliskan ”500.000” sebagai penanda jumlah korban meninggal akibat Covid-19. Sambil berjalan di jalan-jalan utama, mereka menyerukan, ”Bolsonaro mundur”.
Pada awal pandemi, Bolsonaro menolak mengakui tentang adanya Covid-19 yang telah menyebar di Brasil. Beberapa bulan kemudian, bukannya mempromosikan karantina dan protokol kesehatan, ia malah menganjurkan rakyat meminum obat hidroklorokuin. Padahal, obat itu terbukti tidak bisa mengobati Covid-19. Pihak oposisi, terutama sayap kiri, menuduh Bolsonaro sebagai penyebar hoaks nomor satu di negara tersebut. (AP/AFP/REUTERS)