Raih Suara Mayoritas Pilpres Iran, Ebrahim Raisi Banjir Ucapan Selamat
Ucapan selamat mengalir untuk Ebrahim Raisi, kandidat Presiden Iran dari kubu ultranasionalis. Salah satu ulama terkemuka di Iran itu disebut telah memenangi pemilihan presiden di Iran.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
TEHERAN, SABTU — Hingga Sabtu siang (19/6/2021), ulama ultrakonservatif Iran, Ebrahim Raisi meraih 62 persen suara pemilih. Ia meraup 17,8 juta suara dari 28,6 juta suara sah. Kepala Kantor Pemilihan Iran, Jamal Orf – dalam pengumuman di televisi pemerintah – mengatakan, posisi kedua untuk sementara diraih oleh Mohsen Rezai yang meraup 3,3 juta suara pemilih.
Sebagai catatan, tercatat ada 59 juta warga Iran memiliki hak suara. Namun dalam pemilihan presiden kali ini belum diketahui berapa banyak warga turut aktif memberikan suara mereka. Hingga saat ini belum ada pengumuman resmi tentang kemenangan Raisi, namun sejumlah pihak telah memberikan ucapan selamat.
Tanpa menyebutkan siapa yang terpilih, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, penggantinya telah terpilih. Pemungutan suara dilakukan sehari sebelumnya.
”Saya mengucapkan selamat kepada rakyat atas pilihan mereka,” kata Rouhani. ”Karena belum diumumkan secara resmi, saya akan menunda ucapan selamat resmi. Tetapi, kita tahu siapa yang mendapat cukup suara dalam pemilihan ini dan siapa yang dipilih hari ini oleh rakyat.”
Dua kandidat dari kelompok ultrakonservatif lainnya, Mohsen Rezai dan Amirhossein Ghazizadeh Hashemi, secara eksplisit memberi selamat kepada Raisi. ”Saya mengucapkan selamat, Raisi, dipilih oleh bangsa,” kata Ghazizadeh-Hashemi sebagaimana dikutip media Iran.
Rezai dalam akun Twitter-nya menyatakan harapannya agar Raisi dapat membangun pemerintahan yang kuat, terutama untuk menyelesaikan beragam persoalan yang dihadapi Iran. Ucapan selamat juga dilayangkan oleh satu-satunya kandidat dari kelompok reformis, Abdolnasser Hemmati.
”Saya berharap pemerintahan Anda, di bawah kepemimpinan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, akan membuat Republik Islam bangga, meningkatkan peluang kerja serta memastikan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,” kata Abdolnasser yang pernah duduk sebagai Gubernur Bank Sentral Iran dalam sebuah pernyataan tertulis.
Raisi adalah seorang hakim dari kelompok garis keras. Ia masuk dalam daftar individu yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat. Nama Raisi masuk dalam daftar itu karena dituduh terlibat dalam kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Kasus yang dituduhkan kepadanya, antara lain, mengawasi eksekusi ribuan tahanan politik pada 1988.
Pemilihan presiden di Iran dibayang-bayangi oleh minimnya pemilih. Banyak warga yang marah pada situasi ekonomi dan pembatasan kebebasan—baik di dalam maupun luar negeri—enggan keluar rumah untuk memberikan suara. Kendala lain adalah minimnya kandidat dari kelompok reformasi dan oposisi.
Sebelumnya, lembaga pemilihan melarang kandidat dari kelompok moderat dan konservatif mencalonkan diri. Dari sebuah jajak pendapat disebutkan bahwa jumlah pemilih yang turut memberikan suara hanya 44 persen dari total warga pemilik suara, lebih sedikit daripada para pemilihan presiden pada tahun 2017.
Pemungutan suara diperpanjang hingga Sabtu pukul 02.00. ”Suara saya tidak akan mengubah apa pun dalam pemilihan ini, jumlah orang yang memilih Raisi sangat besar dan Hemmati tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk ini,” kata Hediyeh (25) sambil bergegas menuju ke Lapangan Haft-e Tir setelah memilih untuk tidak memberikan suara. ”Saya tidak punya kandidat.” (AP/AFP/REUTERS)