Pemerintah Nigeria kini juga menghadapi kelompok bandit yang menculik demi tebusan. Warga negara China, yang mengerjakan proyek pembangunan di Nigeria, jadi sasaran empuk bandit-bandit itu.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
ABUJA, JUMAT — Pemerintah Nigeria menghadapi banyak kasus penculikan, tidak hanya oleh para jihadis yang ingin mendirikan negara Islam dan pemberontak separatis, tetapi juga oleh para bandit bersenjata yang menginginkan uang tebusan. Terhitung sejak Desember 2020 sudah ada 700 murid sekolah yang diculik.
Kasus penculikan terakhir terjadi pada hari Kamis (17/6/2021) di Negara Bagian Kebbi yang berada di barat laut Nigeria. Ada tiga guru dan sejumlah murid yang diculik. Aparat penegak hukum tidak menginformasikan jumlah pasti murid yang diculik dan rentang usia mereka. Seorang polisi tewas ditembak dan seorang murid terluka.
Penculikan dilakukan oleh sekelompok bandit bersenjata. Modus operandi mereka biasanya menjarah kampung-kampung, merampok rombongan ternak, dan juga menjarah sekolah. Bahkan, pekan lalu, di Negara Bagian Zamfara sekelompok bandit menembak mati 53 warga kampung demi merampas ternak mereka. Akhir-akhir ini, kelompok bandit yang tersebar di sejumlah negara bagian mulai menculik anak-anak sekolah untuk minta uang tebusan.
Pemerintah Nigeria menghadapi permasalahan kriminal yang serius. Sejak tahun 2009, mereka berhadapan dengan kelompok yang hendak mendirikan negara Islam di wilayah timur laut Nigeria, yaitu Boko Haram. Pada 2016 kelompok ini pecah. Saingan Boko Haram ini kemudian menyebut organisasi mereka dengan nama Provinsi Negara Islam Afrika Barat (ISWAP). Selama 12 tahun keberadaan kelompok yang menginginkan negara Islam ini, sudah 40.000 orang tewas dan 2 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Pada saat yang sama, di wilayah Tenggara juga muncul pemberontakan separatis yang ingin memerdekakan diri dari Nigeria. Akibat konflik berkepanjangan ini kemiskinan tidak kunjung selesai. Bank Dunia menghitung dampak ketiadaan lapangan kerja, konflik, dan pandemi Covid-19 akan membuat 100 juta penduduk Nigeria masuk ke dalam kategori miskin pada tahun 2022 atau terjadi peningkatan kemiskinan sebanyak 11 juta orang. Jumlah total penduduk negara ini ialah 200 juta jiwa.
Kelompok bandit bersenjata pun bermunculan. Mereka mengikuti jejak Boko Haram, ISWAP, dan pemberontak yang menggunakan penculikan sebagai cara cepat memperoleh uang. Korbannya tidak hanya penduduk lokal, tetapi juga warga negara asing. Kekerasan ini menyebar sampai ke perbatasan dengan negara Kamerun, Niger, dan Chad. Mereka mengalami eksodus pengungsi dari Nigeria dan militernya juga harus berjaga-jaga di perbatasan jika ada gerombolan pengacau yang berusaha menyusup.
Sasaran empuk
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengegolkan proyek pembangunan rel kereta api sepanjang 157 kilometer dengan biaya 2,5 miliar dollar Amerika Serikat. Berbagai proyek pertambangan minyak bumi dan mineral juga dibuka dengan China sebagai penanam modal. Oleh sebab itu, para ekspatriat dari China yang mengawasi berjalannya proyek kini menjadi sasaran empuk para penculik.
Pada Kamis, di Desa Alaagba, Negara Bagian Ogun di tenggara, ada empat pekerja rel kereta api dari China diculik. Polisi yang menjadi pengawal mereka ditembak mati. Belum ada kabar persisnya kelompok penculik dan tebusan yang mereka minta. Bulan April lalu, dua pekerja tambang dari China juga diculik dan pengawal mereka ditembak mati. Keduanya dibebaskan empat hari kemudian.
Pada 16 Juni, ISWAP membebaskan 10 sandera yang mereka culik pada kurun Desember 2020 sampai dengan April 2021. Semua sandera itu adalah pekerja kemanusiaan, termasuk dari Palang Merah Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam pernyataan resmi Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), penculikan para pekerja kemanusiaan semakin melukai rakyat Nigeria, terutama pengungsi.
Dilansir dari kantor berita nasional Nigeria, NANN, Menteri Informasi dan Kebudayaan Alhaji Lai Mohammed mengatakan bahwa penculikan dan kejahatan oleh bandit bukan urusan pemerintah federal. ”Ini harusnya tanggung jawab setiap negara bagian untuk memastikan sekolah-sekolah dan permukimannya aman. Pemerintah federal mengurusi kejahatan berskala nasional seperti kelompok pemberontak,” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Negara Bagian Zamfara Bello Matawalle mengaku kesulitan untuk mengatasi bandit-bandit ini, apalagi polisi dan militer federal sibuk mengurusi Boko Haram, ISWAP, dan pemberontak di tenggara. ”Kami menganjurkan agar masyarakat mempersenjatai diri agar bisa melawan bandit,” katanya. (AFP/REUTERS)