Serangan udara terbaru Israel terjadi setelah para aktivis yang dimobilisasi kelompok Hamas di Gaza menerbangkan balon pembakar ke Israel di hari ketiga berturut-turut.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
JERUSALEM, JUMAT — Israel melancarkan serangan udara kedua di Gaza, Kamis (17/6/2021) malam atau Jumat dini hari WIB, sejak gencatan senjata mengakhiri perang 11 hari bulan lalu. Serangan terjadi setelah para aktivis yang dimobilisasi Hamas menerbangkan balon-balon api atau pembakar ke Israel di hari ketiga berturut-turut.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan detail mengenai korban dari serangan terbaru Israel. Suara dari ledakan bom dalam serangan itu terdengar hingga ke Kota Gaza. Sebelumnya, Rabu pagi, Israel melakukan serangan udara untuk menarget fasilitas Hamas dan mengklaim tanpa membunuh atau melukai siapa pun.
Tidak lama setelah serangan udara terbaru, sejumlah sirene pengingat adanya serangan roket membahana di lingkungan komunitas Israel di dekat Gaza. Namun, tidak ada laporan resmi yang segera menjelaskan tentang adanya proyektil yang ditembakkan Gaza ke komunitas Israel tersebut.
Militer Israel mengatakan, jet tempur telah menarget beberapa kompleks militer dan tempat peluncuran roket Hamas, Kamis malam. Serangan itu sebagai balasan untuk merespons peluncuran balon pembakar atau balon api oleh kelompok Islamis Hamas. Pasukan Israel, dikabarkan, sedang mempersiapkan berbagai skenario, termasuk kemungkinan dimulainya pertempuran babak baru.
Ketegangan antara Israel dan kelompok Hamas tetap tinggi sejak gencatan senjata pada pekan ketiga Mei lalu. Meski Mesir, selaku mediator, telah bertemu dengan para pejabat Israel dan petinggi Hamas guna mempertahankan gencatan senjata, ketegangan Israel-Hamas malah pecah lagi.
Israel dan Hamas telah berperang selama empat kali dan dengan ”pertempuran kecil” yang tak terhitung jumlahnya sejak kelompok Hamas merebut kekuasaan dari pasukan Palestina pada 2007. Israel dan Mesir sudah memblokade Hamas di Gaza, yang merupakan rumah bagi lebih dari 2 juta warga Palestina.
Keributan
Sebelumnya, polisi Israel melemparkan granat kejut dan menembakkan meriam air untuk membubarkan massa pengunjuk rasa Palestina dari Gerbang Damaskus, Jerusalem Timur. Kawasan itu sering menjadi pusat aksi protes dan bentrokan selama berminggu-minggu sejak Perang Gaza 2008-2009.
Setelah massa dibubarkan, warga Palestina melemparkan batu dan botol air ke arah warga ultra-Ortodoks Yahudi yang berjalan di sekitar Gerbang Damaskus.
Seruan telah beredar luas di kalangan warga Palestina yang intinya mengajak para pengunjuk rasa berkumpul di Gerbang Damaskus. Langkah itu untuk membalas aksi kaum ekstremis Yahudi dari sejumlah partai politik dan organisasi di dekat Kota Lama, Jerusalem, Selasa lalu, untuk pawai bendera.
Pawai ini menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan baru pimpinan Perdana Menteri Naftali Bennett yang baru mendapat pengesahan parlemen Israel atau Knesset, Minggu. Dalam pawai itu kaum ultranasionalis Yahudi meneriakkan slogan-slogan kebencian.
Dalam insiden terpisah, seorang remaja Palestina meninggal pada Kamis kemarin setelah ditembak oleh pasukan Israel di Tepi Barat. Wilayah itu diduduki selama protes terhadap sebuah pos permukiman, demonstran keempat yang terbunuh sejak pos terdepan didirikan bulan lalu.
Militer Israel mengatakan, seorang tentara yang ditempatkan di dekat pos terdepan di Tepi Barat melihat sekelompok orang Palestina mendekat. Seorang di antaranya ”melemparkan benda mencurigakan ke arahnya, yang meledak di sebelah tentara itu.” Militer mengatakan, tentara itu telah menembak ke udara, lalu menembak orang Palestina yang melemparkan benda itu.
Pemukim mendirikan pos terdepan, yang mereka sebut sebagai Eviatar, di dekat kota Nablus di Tepi Barat utara bulan lalu. Mereka juga mengatakan, wilayah itu sekarang menjadi rumah bagi puluhan keluarga. Warga Palestina mengatakan, pos dibangun di atas tanah pribadi dan khawatir itu akan bergabung dengan permukiman besar lainnya di dekatnya.
Hampir 500.000 pemukim Yahudi tinggal di sekitar 130 pemukiman di Tepi Barat yang diduduki. Warga Palestina dan sebagian besar komunitas internasional memandang permukiman itu sebagai pelanggaran hukum internasional, ilegal, dan menjadi penghambat terbesar bagi perdamaian Timur Tengah.
Warga Palestina dari desa terdekat di Beita menggelar sejumlah aksi protes. Para demonstran melemparkan batu dan dibalas pasukan Israel dengan tembakan gas air mata dan peluru tajam. Empat warga Palestina telah tewas sejak pertengahan Mei, termasuk Shamsa dan remaja lainnya.
Militer Israel juga menembak dan membunuh seorang perempuan Palestina pada Rabu lalu. Dikatakan, korban telah mencoba untuk menabrakkan mobilnya ke sekelompok tentara yang berjaga lokasi pembangunan Tepi Barat.
Dalam beberapa tahun terakhir, di Israel telah terjadi serangkaian penembakan, penusukan, dan serangan dengan menabrakkan mobil terhadap tentara Israel dan warga sipil di Tepi Barat yang diduduki. Sebagian besar diduga dilakukan oleh warga Palestina.
Palestina dan kelompok HAM Israel mengatakan, aparat Israel sering menggunakan kekuatan berlebihan untuk menghentikan pelaku penyerangan. Dalam beberapa kasus, mereka mengatakan, orang yang tidak bersalah telah diidentifikasi sebagai penyerang.
Warga Palestina menginginkan kembali Tepi Barat, di mana Otoritas Palestina menerapkan pemerintahan sendiri yang terbatas, sebagai bagian dari negara masa depan bersama dengan Jalur Gaza dan Jerusalem Timur. Israel merebut ketiga wilayah itu dalam Perang 1967, dan mengatakan Jerusalem tidak dapat dibagi. Tidak ada pembicaraan damai yang substantif selama lebih dari satu dekade. (AP/REUTERS/AFP)