Tiga Astronot China Mulai Bekerja di Stasiun Luar Angkasa Tiangong
Ketiga astronot China itu memulai misi antariksa selama tiga bulan sebagai bagian dari lompatan pencapaian ambisius China dalam penjelajahan luar angkasa.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·5 menit baca
JIUQUAN, KAMIS — Tiga astronot China tiba di Stasiun Luar Angkasa Tiangong, Kamis (17/6/2021), setelah sekitar enam jam lepas landas dari pusat peluncuran Jiuquan, Provinsi Gansu, China barat laut. Mereka memulai misi selama tiga bulan di luar angkasa sebagai bagian dari lompatan pencapaian ambisius China dalam bidang luar angkasa.
”Ini untuk pertama kali China memasuki stasiun luar angkasanya sendiri,” demikian penyiar televisi China, CCTV, dalam laporannya.
Stasiun Luar Angkasa Tiangong, yang akan selesai dibangun pada akhir tahun 2022, merupakan satu-satunya stasiun luar angkasa alternatif selain Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Masa operasi ISS bisa berakhir tahun 2024. Jika ISS—yang didukung AS, Rusia, Jepang, Eropa, dan Kanada—dinon-aktifkan, China bakal menjadi operator satu-satunya stasiun luar angkasa.
Ketiga astronot China, yakni Komandan Misi Nie Haisheng (56), Liu Boming (54), dan Tang Hongbo (49), meluncur meninggalkan Bumi menuju Stasiun Luar Angkasa Tiangong dengan menggunakan pesawat antariksa Shenzhou-12, yang diluncurkan dengan roket Long March-2F Y12, Kamis pukul 09.22 waktu setempat. Cuaca di pusat peluncuran yang terletak di tepi Gurun Gobi itu cerah.
Pesawat Shenzhou-12 tersambung dengan modul Tiangong, sekitar enam jam kemudian. Tiga jam berselang, Nie, disusul Liu dan Tang membuka pintu pesawat dan melayang di modul tempat tinggal di Tianhe-1. Dari tayangan televisi, mereka terlihat membuka perlengkapan. Ketiganya akan berada di stasiun itu selama tiga bulan ke depan.
Misi luar angkasa China tidak hanya menunjukkan kemampuan mereka menguasai teknologi keantariksaan, tetapi juga mengarah kepada kolaborasi dengan Rusia dan negara-negara lain demi membangun situasi antariksa yang tidak didominasi oleh Amerika Serikat. China menyebut astronot mereka dengan istilah ”taikonot”. Istilah "taikonot" diambil dari bahasa mandarin, “taikong”, yang berarti "antariksa".
Bagi Komandan Misi Nie Haisheng (56), ini merupakan misi ketiga kalinya melanglang antariksa. Adapun bagi Liu Boming (54), ini misi keduanya. Sedangkan Tang Hongbo (49) adalah pendatang baru. Mereka semua adalah mantan pilot Angkatan Udara Tentara Pembebasan China yang memiliki latar belakang pendidikan pascasarjana sains.
Stasiun televisi nasional China, CCTV, melaporkan bahwa 10 menit setelah diluncurkan, Shenzhou-12, memisahkan diri dari Long March dan memasuki orbit. Menurut Wakil Komandan Misi Gao Xu, butuh waktu empat hingga enam jam bagi pesawat itu untuk mencapai Stasiun Tiangong.
”Ini inovasi karena sebelumnya butuh waktu satu sampai dua hari. Selain menghemat waktu, para awak juga bisa lebih banyak beristirahat,” tuturnya.
Wakil Kepala Biro Teknik Luar Angkasa Berawak China Ji Qiming mengatakan, sampai akhir tahun 2022 akan ada delapan misi lagi ke luar angkasa. Pengiriman awak ke Tiangong ini adalah misi yang ketiga dari total 11 misi. Terakhir kali China mengirim astronot ke antariksa adalah tahun 2016. Dengan demikian, sejak tahun 2003 sudah 14 astronot China pernah bertolak ke luar angkasa. Di antaranya juga ada perempuan.
Ji menjelaskan, ke depannya, para perempuan astronot juga akan dikirim ke Tiangong. Programnya adalah akan ada enam atronot untuk tinggal di stasiun berbobot 70 ton itu selama enam bulan dan, setelah itu, akan berganti giliran. Program ini juga akan dibuka kepada antariksawan dari negara-negara lain yang berminat berkolaborasi.
NASA ucapkan selamat
China mengalami perkembangan pesat di bidang kajian dan proyek antariksanya dalam 40 tahun terakhir. Sebelumnya, mereka dianaktirikan dari program Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang dikembangkan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Rusia Roscosmos. Kedua negara meluncurkan ISS, 20 tahun lalu, dan kini telah berkolaborasi selama 25 tahun.
Terkait peluncuran misi luar angkasa China dengan tiga astronotnya itu, Administratur NASA Bill Nelson mengucapkan selamat kepada China atas peluncuran tersebut. ”Saya menunggu munculnya temuan-temuan ilmiah ke depan," kata Nelson melalui pernyataan tertulis.
AS memblokade China dari keanggotaan ISS karena menilai proyek luar angkasa China tidak transparan dan terlalu dekat dengan militer. Pada tahun 2007, China menembakkan rudal balistik untuk menghancurkan satelit cuaca mereka yang telah mati. Puing-puingnya masih berceceran di antariksa dan menuai kritik dari AS serta negara-negara lain.
Akan tetapi, hubungan antara AS dan Rusia memburuk beberapa tahun ini. Berbagai sanksi ekonomi dari AS terhadap Rusia berakibat Negara Beruang Merah tidak bisa memperoleh sejumlah cip dan piranti lunak yang diperlukan untuk meluncurkan roket serta pesawat antariksa mereka. Apalagi, dengan kemungkinan berakhirnya masa operasional ISS di tahun 2024, Rusia telah mengemukakan niat untuk keluar dari proyek ISS di tahun 2025.
Kepada media Komsomolskaya Pravda bulan Juli 2020, Kepala Roscosmos Dmitry Rogozin mengutarakan, pihaknya sudah tidak tahan dengan cara AS mengelola kemitraan luar angkasa. Sejatinya, AS mengembangkan proyek stasiun di Bulan bernama Artemis. Rusia hanya diizinkan menjadi anggota karena semua program dan misinya akan dikelola AS.
”AS memperlakukan luar angkasa secara politis, seolah ini NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) versi antariksa. Rusia tidak tertarik mengikuti,” ujar Rogozin.
Hal ini mendorong Roscosmos pada Maret 2021 menandatangi perjanjian kerja sama dengan Badan Nasional Luar Angkasa China untuk membangun Stasiun Ilmiah Internasional Bulan. Sistemnya adalah kemitraan setara dengan janji akan terbuka kepada badan-badan antariksa negara lain dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dilansir dari NBC News, pakar astrofisika dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, Jonathan McDowell menerangkan, sistem keantariksaan China dan Rusia tidak lagi meniru AS dan negara-negara Barat seperti di masa awal pasca-Perang Dingin. ”Mereka punya pendekatan, teknologi, dan agenda tersendiri yang akan menarik untuk dilihat,” katanya. (AP/REUTERS/AFP)