Taiwan Belum Terima AstraZeneca di Tengah Kekacauan Distribusi di Thailand
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan partai politiknya menghadapi kritik dari partai oposisi Kuomintang dan masyarakat awam karena lamban dalam pengadaan vaksin Covid-19.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
TAIPEI, SENIN — Krisis ketersediaan vaksin Covid-19 di Taiwan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Thailand, negara pembuat vaksin AstraZeneca di Asia Tenggara, dituding Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menumpuk vaksin tersebut dan tidak mau membaginya ke negara lain meskipun telah dipesan dan dibayar.
”Taiwan sudah membeli 10 juta dosis AstraZeneca. Seharusnya, awal Juni sudah tiba, tetapi kenyataannya belum (datang) karena Thailand mementingkan diri sendiri,” kata Presiden Tsai Ing-wen, Senin (14/6/2021) di Taipei.
Sebelumnya, Tsai menuduh China menggunakan kekuasaan mereka untuk menghalangi Taiwan membeli vaksin dari Pfizer-BioNTech. Hak edar vaksin Covid-19 untuk China, Hong Kong, Taiwan, dan Makau dipegang oleh Fosun Pharmaceuticals Co.
Tsai bersikukuh tidak mau membeli dari perusahaan farmasi milik China tersebut. Akibatnya, sejumlah kepala daerah kesal. Mereka memotong jalan dengan meminta izin tertulis dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan Taiwan agar pemerintah kota bisa secara mandiri membeli dari Fosun Co tanpa perlu campur tangan pusat.
Di kalangan publik Taiwan mulai ada yang menilai bahwa tindakan Tsai keras kepala dan tidak sesuai untuk krisis selama pandemi Covid-19. Tsai dan partai politiknya menghadapi kritik dari partai oposisi Kuomintang dan masyarakat awam karena lamban dalam pengadaan vaksin Covid-19.
Hingga kini, Taiwan baru menerima 1,24 juta dosis AstraZeneca sumbangan dari Jepang dan 500.000 dosis Moderna yang diperoleh dari program vaksin Perserikatan Bangsa-Bangsa, Covax. Sejatinya, Taiwan telah membayar untuk 10 juta dosis AstraZeneca, sebanyak 5,5 juta dosis Moderna, dan 4,6 juta dosis vaksin dari berbagai merek lain melalui Covax.
Amerika Serikat turut menyumbangkan 750.000 dosis AstraZeneca, tetapi tidak diketahui jadwal pasti kedatangannya. Dari 23,8 juta penduduk Taiwan, baru 3 persen yang memperoleh imunisasi Covid-19 dosis pertama.
Tiga hari terakhir jumlah kasus harian di Taiwan menurun, yaitu 180-200 kasus positif. Total Taiwan memiliki 11.547 kasus positif Covid-19 dan sebanyak 5.802 di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Adapun jumlah kematian 15 orang.
Keterbatasan jumlah vaksin membuat Taiwan memprioritaskan menyuntik warga yang berusia di atas 85 tahun. Mereka meminjam sistem dari Jepang yang disebut ”Umi-hachi”. Menurut kantor berita nasional, Central News Agency, warga lansia yang hendak disuntik tidak perlu mendatangi petugas. Mereka duduk di kursi-kursi yang telah disediakan dan para petugas kesehatan yang berkeliling untuk menyuntik mereka.
Kacau
Di Asia, produksi vaksin Covid-19 merek AstraZeneca dilakukan oleh Siam Bioscience, perusahaan milik Raja Thailand. Mereka memenangi tender memproduksi 200 juta dosis vaksin untuk disebarkan ke negara-negara di Asia Pasifik.
Salah satu juru bicara Pemerintah Thailand, Traisuree Taisaranakul, melalui keterangan pers mengatakan bahwa negara itu tidak menahan vaksin AstraZeneca. Produksi mengalami pelambatan karena banyaknya permintaan. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut soal kemungkinan ada permasalahan di sistem pembuatan, distribusi, atau perizinan negara. Negara-negara lain, seperti Malaysia dan Filipina, juga mengumumkan bahwa dosis AstraZeneca pesanan mereka akan tiba terlambat.
Kenyataannya, Thailand sendiri juga tengah mengalami kekacauan pemberian vaksin Covid-19. Bahkan, sejumlah rumah sakit di ibu kota Bangkok mengumumkan penghentian sementara vaksinasi Covid-19 akibat kehabisan stok vaksin. Bukannya mengurai benang kusut, pemerintah pusat dan daerah malah saling melempar kesalahan.
Dilansir dari surat kabar Bangkok Post, Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul menuduh pemerintah kota Bangkok tidak mampu mengatur pembagian vaksin. Pemerintah kota Bangkok berbalik menuduh pemerintah pusat lalai terhadap janji penyediaan vaksin.
Anutin mengatakan, Bangkok meminta 1 juta dosis AstraZeneca kepada Kementerian Kesehatan yang kemudian mengirimkan 500.000 dosis. Akan tetapi, pemerintah kota Bangkok ketika dimintai keterangan justru mengatakan bahwa pemerintah pusat menjanjikan mereka 2,5 juta dosis AstraZeneca. Berdasarkan informasi ini, Bangkok mengumumkan kepada warganya untuk segera mendaftarkan diri agar diimunisasi.
Akan tetapi, ternyata baru 350.000 dosis AstraZeneca yang dikirim oleh Kementerian Kesehatan Thailand ke Bangkok, ditambah dengan 150.000 dosis Sinovac. Akibatnya, orang-orang yang sudah mendaftar tidak memperoleh vaksin.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Thailand, Opas Karnkawinpong mengatakan bahwa bulan Juni pemerintah pusat menyediakan 6,3 juta dosis vaksin dari segala merek. Sebanyak 1,16 juta dosis akan diberikan kepada kota Bangkok dan 3,22 juta dosis disebar di 76 provinsi. Beberapa provinsi dengan kasus Covid-19 rendah akan ditunda pemberiannya. Thailand saat ini memiliki 199.264 kasus positif Covid-19. Sebanyak 80 persen kasus muncul di bulan April. (REUTERS)