Investor Global Tunggu Hasil Pertemuan The Fed Pekan Ini
Banyak investor memperkirakan The Fed akan kebijakan-kebijakannya yang moderat. Namun, tekanan inflasi yang terus menanjak di Amerika Serikat tidak dapat dikesampingkan begitu saja.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Indeks saham-saham di kawasan Asia dan Australia bergerak menguat dalam rentang tipis pada perdagangan awal pekan ini, Senin (14/6/2021). Pada saat yang sama, imbal hasil surat utang negara Amerika Serikat mendekati posisi terendah dalam kurun tiga bulan terakhir. Pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed, pada tengah pekan ini, akan menjadi obyek antisipasi sekaligus dasar keputusan investor global.
Indeks Nikkei Jepang naik 0,35 persen di saat indeks MSCI dari indeks-indeks saham Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,1 persen. Aktivitas di lantai bursa dibatasi dengan tutupnya pasar-pasar terbesar di kawasan, seperti pasar saham China, Hong Kong dan Australia, karena bertepatan dengan hari libur. Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia juga bergerak mendatar di awal-awal perdagangan awal pekan ini.
Namun secara global, pasar ekuitas menikmati prospek pemulihan ekonomi yang meluas seiring gencarnya vaksinasi Covid-19 dan berlanjutnya kebijakan moneter moderat The Fed. Indeks ekuitas dunia MSCI semua negara, Indeks S&P 500 AS, dan indeks pan-regional STOXX Europe 600, semuanya ditutup pada rekor tertinggi pada Jumat (11/6/2021) pekan lalu.
Reli indeks-indeks saham itu bahkan terjadi pada saat data inflasi AS per Kamis (10/06/2021) telah melebihi ekspektasi pasar. Inflasi yang meningkat sebelumnya secara umum telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. ”Salah satu faktor besar adalah The Fed telah mengatakan inflasi akan bersifat sementara dan (The Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter yang longgar. Tetapi faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah pasar hanya dibanjiri uang tunai,” kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
Reli indeks-indeks saham itu bahkan terjadi pada saat data inflasi AS pada Kamis sebelumnya telah melebihi ekspektasi pasar. Inflasi yang meningkat sebelumnya secara umum telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar.
Banyak dana global mengalir ke pasar surat utang negara. Imbal hasil surat utang negara AS dengan tenor 10 tahun berada di level 1,465 persen menjelang pertemuan The Fed pekan ini. Pada Jumat pekan lalu, imbal hasilnya sempat jatuh ke level terendah dalam tiga bulan terakhir, yakni di level 1,428 persen.
”Ini menyakitkan dan saya yakin imbal hasil (surat utang negara AS) 10 tahun akan turun menjadi 1,25 persen atau bahkan 1 persen," kata Akira Takei, manajer pengelolaan dana di Asset Management One.
Akira juga memperkirakan pemulihan ekonomi AS akan melambat dalam beberapa bulan mendatang. ”Tingkat pekerjaan AS adalah 61 persen sebelum pandemi. Saat ini, tingkatnya sudah mencapai 58 persen, tetapi saya memperkirakan pemulihannya akan melambat. Setelah krisis keuangan yang hebat (tahun 2008), angkanya tidak pernah pulih ke tingkat sebelum krisis,” katanya.
Data otoritas pengawas keuangan AS mencatat, para pelaku pasar mengambil posisi beli atas surat utang AS. Adapun posisi beli bersih berada di level tertinggi sejak Oktober 2017.
Regulator utama keuangan AS pada Jumat lalu berjanji mendorong reformasi di pasar keuangan AS. Hal itu akan didukung The Fed dan Departemen Keuangan setelah kontraksi ekonomi negara itu akibat pandemi Covid-19 sepanjang tahun lalu. Anggota Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan AS membahas reformasi pasar pendanaan jangka pendek. Hal itu mencakup reksa dana pasar uang yang memiliki dana kelolaan triliunan dollar AS.
Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan AS adalah kelompok antarlembaga di AS yang dipimpin Menteri Keuangan Janet Yellen. Dewan mengatakan, krisis ekonomi 2020 akibat pandemi Covid-19 telah mendorong The Fed melakukan intervensi kebijakan ekstrem. Tindakan itu semata-mata diambil guna memulihkan ekonomi keuangan secara umum dan sekaligus ketertiban di pasar keuangan.
Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang juga salah satu anggota dewan pengawas itu, mengatakan, krisis ekonomi 2020 yang dipicu ”perburuan uang” mendorong The Fed turun tangan dengan pembiayaan cadangan. The Fed menciptakan Fasilitas Likuiditas Reksa Dana Pasar Uang dengan dukungan dana senilai 10 miliar AS dari Departemen Keuangan.
”Penebusan dana pasar uang yang cepat dihasilkan dari dan pada gilirannya memperburuk tekanan likuiditas,” katanya kepada panel. Ia menyatakan bahwa setelah langkah diambil dewan, maka kekacauan mereda, kondisi di pasar pendanaan jangka pendek membaik, dan akses ke kredit meningkat.
Banyak investor memperkirakan, The Fed akan mengulangi pandangan moderat atas kebijakan-kebijakannya pada pertemuan dua hari pekan ini. Pertemuan akan dimulai Selasa (15/6) waktu AS. Sejumlah anggota dewan The Fed dikabarkan mengatakan bahwa bank harus mulai membahas pengurangan pembelian surat utang. Adapun sebagian besar investor berpikir mayoritas pembuat kebijakan keuangan AS masih lebih memilih untuk menunggu lebih lama.
”Mungkin tidak akan ada kejutan dari The Fed pada pekan ini, Namun dalam jangka panjang, jelas ada risiko dari stimulus Fed yang berlebihan. Ada sedikit pembenaran untuk membeli hipotek surat utang ketika pasar perumahan menjadi sedemikian panas,” kata Fujito dari Mitsubishi UFJ. (AFP/REUTERS/BEN)