Sebelum KTT Putin-Biden, Rusia Beri Dukungan Militer kepada Iran
Beberapa hari jelang pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden, Pemerintah Rusia memberikan dukungan kepada Pemerintah Iran. Biden mengingatkan Kremlin bahwa AS akan merespons tindakan Rusia yang ”membahayakan”.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Hanya beberapa hari sebelum pertemuan puncak antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rusia melakukan langkah politis. Pemerintah Rusia tengah bersiap mengirimkan satelit canggih yang memungkinkan untuk melacak target militer potensial di Timur Tengah.
Direncanakan, Pemerintah Rusia akan mengirimkan satelit Kanopus-V, yang dilengkapi kamera resolusi tinggi yang dapat diluncurkan dari Rusia, dalam beberapa bulan.
Laporan tentang rencana pengiriman satelit itu pertama kali keluar di media Amerika Serikat, The Washington Post, Jumat (11/6/2021). Laporan itu mengutip sejumlah pejabat dan mantan pejabat pemerintahan Amerika Serikat serta pejabat senior di Timur Tengah yang tidak disebutkan namanya.
Sumber-sumber tersebut mengungkapkan bahwa satelit Kanopus V memiliki kemampuan untuk melakukan pemantauan terus-menerus terhadap berbagai fasilitas, mulai dari kilang minyak Teluk Persia, pangkalan militer Israel, hingga barak-barak militer di Irak yang digunakan anggota pasukan AS. Sumber-sumber itu juga mengungkapkan bahwa para pemimpin Korps Garda Revolusi Iran telah beberapa kali melakukan perjalanan ke Rusia sejak 2018 untuk membantu merundingkan pembelian satelit tersebut.
Menurut informasi yang diperoleh The Post dari para narasumber, satelit itu menampilkan perangkat keras Rusia, termasuk di dalamnya kamera dengan resolusi tinggi, sebuah peningkatan signifikan atas kemampuan Iran saat ini. Meski begitu, menurut para sumber, kualitas dan kemampuan satelit tersebut masih jauh dibandingkan dengan satelit mata-mata AS.
Mengutip laman Badan Antariksa Eropa (European Space Agency), satelit yang bernama lengkap Kanopus-Vulcan N1 merupakan misi minisatelit pengamatan Bumi yang diluncurkan Badan Antariksa Rusia, Roskosmos dan Roshydromet/Planeta. Fungsi awal satelit ini adalah memantau permukaan Bumi, atmosfer, ionosfer, dan magnetosfer, serta untuk mempelajari kemungkinan terjadinya gempa. Selain itu, satelit ini juga berfungsi untuk mendeteksi kebakaran hutan, emisi polutan lingkungan yang besar, hingga pemantauan pemanfaatan lahan dan sumber daya air.
Meskipun tidak setara dengan kemampuan satelit mata-mata AS, The Post menulis bahwa Iran bisa menugaskan satelit baru ini dengan memata-matai lokasi tertentu. Dengan tambahan teknologi tersebut, ada kekhawatiran bahwa Teheran akan berbagi citra satelit dan informasi yang dimilikinya dengan sejumlah proksinya di Yaman, Irak, dan Lebanon, yang selama ini kontra atau bersikap bermusuhan dengan Amerika Serikat.
Penjualan satelit itu, diyakini para sumber, bisa menambah daftar panjang keluhan Washington terhadap Rusia jelang pertemuan Putin-Biden, mulai dari campur tangan Kremlin saat pemilihan umum di AS hingga peretasan.
Pesan Biden
Biden, yang kini tengah memulai lawatan ke luar negeri untuk pertama kali semenjak menjabat sebagai presiden, memperingatkan Kremlin untuk tidak bertindak sembrono dan bersiap untuk menerima konsekuensi yang tegas dan bermakna jika terlibat dalam kegiatan yang membahayakan.
Pesan itu disampaikan Biden di hadapan sekitar 1.000 tentara dan anggota keluarganya di sebuah pangkalan udara Inggris.
”Kami tidak mencari konflik dengan Rusi. Kami menginginkan hubungan yang stabil dan dapat diprediksi. Namun, sikap saya sudah jelas, Amerika Serikat akan merespons dengan cara yang tegas dan bermakna jika Pemerintah Rusia terlibat dalam kegiatan berbahaya,” katanya.
Sikap Biden terhadap Rusia sebenarnya sudah tergambar dengan jelas ketika dia menyebut Putin sebagai pembunuh, yang membuat gusar Kremlin. Namun, pencabutan sanksi atas jalur pipa Nordstream 2 menggambarkan keinginan AS untuk membangun relasi yang lebih baik dengan Rusia.
Michael Kimmage, profesor sejarah pada Catholic University of America, dalam tulisannya di laman Foreign Affairs mengatakan, harapan terhadap hasil pertemuan Biden-Putin rendah. Namun, beberapa hal bisa mengawali perbaikan hubungan di antara kedua negara, seperti dibukanya kembali perwakilan diplomatik kedua negara setelah Washington dan Kremlin mengusir diplomat masing-masing.
Salah satu hal lain yang bisa dicoba adalah membicarakan soal pengurangan senjata yang sudah dimulai dengan memperbarui perjanjian New Start. Kalaupun pengurangan senjata, khususnya senjata pemusnah massal dan nuklir, belum bisa dilakukan, pembentukan kelompok kerja untuk membahas kemungkinan-kemungkinan rencana pengurangan senjata di masa yang akan datang, termasuk melibatkan banyak pihak, hal itu dinilai Kimmage sebagai sebuah langkah maju. (Reuters/AFP)