Hampir 250 juta dosis dijanjikan akan disumbangkan sejumlah negara kaya. Beberapa pihak mendesak sumbangan ditambah dan dipercepat agar tidak terlambat menangani pandemi Covid-19.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
CORNWALL, JUMAT — Inggris menyusul sejumlah negara melontarkan janji menyumbangkan vaksin Covid-19 untuk negara berpendapatan menengah dan rendah. London akan menyumbang 5 juta dosis pada 2021 dan 95 juta dosis lagi pada 2022.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan sumbangan itu di sela pertemuan G-7, Jumat (11/6/2021), di Cornwall, Inggris. ”Sebagai hasil kesuksesan program vaksinasi Inggris, sekarang kami siap berbagi kelebihan dosis kepada mereka yang membutuhkan. Dengan demikian, kami membuat langkah besar untuk mengalahkan pandemi ini selamanya,” katanya.
Ia berharap enam mitra Inggris di G-7 bisa menyumbang total 1 miliar dosis vaksin. ”Saya berharap para rekan pemimpin membuat janji serupa. Bersama, kita bisa memvaksinasi dunia pada akhir tahun depan dan membangun kembali lebih baik dari virus korona,” ujarnya.
Sebelum ini, Inggris dikritik karena tidak kunjung mengumumkan rencana menyumbang vaksin. Di antara seluruh anggota G-7, hanya Kanada dan Inggris yang belum mengungkapkan rencana menyumbangkan vaksin. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) menyebut, tujuh negara dengan populasi 10 persen penduduk dunia itu mempunyai cadangan 33 persen vaksin Covid-19 global.
Beberapa hari lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan rencana menyumbangkan 500 juta dosis vaksin. Sekitar 200 juta dosis vaksin akan dikirimkan sampai akhir tahun 2021. Sisanya dikirimkan pada 2022.
Vaksin sumbangan AS direncanakan mulai dikirim pada Agustus. Selain menyumbangkan vaksin, AS juga menjanjikan 4 miliar dollar AS untuk mendanai Covax. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah pihak membentuk Covax sebagai mekanisme mengumpulkan dana untuk mengembangkan, membeli, dan mengirimkan vaksin serta obat Covid-19.
Presiden Perancis Emmanuel Macron gembira dengan komitmen AS. Ia mengatakan, Eropa harus melakukan hal yang sama. Paris berjanji menyumbangkan 30 juta dosis pada 2021. Sejauh ini, Perancis telah mengirimkan 628.800 dosis kepada tujuh negara Afrika. Sebanyak 250.000 dosis dikirimkan ke Senegal yang pernah dijajah Perancis.
Bersama Jerman dan Italia, Perancis menjanjikan sumbangan 75 juta dosis vaksin Covid-19. Seluruh Uni Eropa juga berjanji menyumbangkan 100 juta dosis vaksin Covid-19 untuk negara berpendapatan menengah dan rendah.
Reaksi
Meski sudah ada janji sumbangan vaksin, sejumlah pihak tetap cemas dengan upaya penanggulangan pandemi Covid-19. ”Kami berharap komitmen yang terkoordinasi, ambisius, dan tepat waktu dimulai pada Juni sampai akhir tahun,” kata Kepala Advokasi Vaksin Covid-19 di Unicef, Lily Caprani.
Ia khawatir vaksin terlambat tiba di negara-negara miskin. Hal itu bisa berdampak pada layanan kesehatan. Sebab, para pekerja kesehatan telanjur terinfeksi.
Kekhawatiran keterlambatan juga diungkap oleh organisasi amal Inggris, Wellcome. ”Kabar komitmen AS dan Inggris sudah benar. Masalahnya, dunia butuh vaksin sekarang, bukan lebih lambat lagi. Kami mendesak pemimpin G-7 menaikkan ambisi,” kata Direktur Hubungan Pemerintah Wellcome Alex Harris.
Sementara Manajer Kebijakan Kesehatan Oxfam Anna Marriott menyebut bahwa janji sumbangan 1 miliar dosis vaksin akan menjadi kegagalan. Sebab, dunia membutuhkan total 11 miliar dosis. Hal itu berdasarkan asumsi mayoritas vaksin harus disuntikkan dua kali dan penduduk Bumi hampir 8 miliar jiwa.
Oxfam juga mendesak G-7 mendukung penghapusan sementara paten obat dan vaksin Covid-19. ”Nyawa jutaan orang di negara berkembang seharus tidak tergantung pada niat baik negara kaya dan perusahaan farmasi yang haus laba,” kata Marriott.
Sejauh ini, Biden dan Macron mendukung penghapusan itu walau caranya berbeda. Macron cenderung hanya mendukung pelonggaran aturan soal paten. Sementara Biden mendukung penghapusan penuh untuk sementara waktu.
Inggris dan mayoritas negara anggota UE menolak wacana penghapusan sementara paten. London lebih memilih mekanisme produksi dengan biaya sesungguhnya. Inggris berkeras, penghapusan sementara paten tidak diperlukan.
Di Uni Eropa, ada perbedaan sikap di antara parlemen dan komisi Eropa. Parlemen Eropa mengesahkan mosi mendukung penghapusan sementara. Sementara komisi Eropa menolak penghapusan sementara. (AFP/REUTERS)