Misi Kembalinya Amerika dalam Tur Pertama Luar Negeri Presiden Biden
Misi mengembalikan kepemimpinan AS secara global sudah dicanangkan oleh Biden sejak terpilih melalui pemilu November tahun lalu. Pemulihan global dari krisis pandemi Covid-19 sebagai misi utama yang diusung Washington.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengusung pesan kembalinya kepemimpinan Amerika Serikat kala memulai tur luar negeri pertamanya sebagai presiden, Rabu (9/6/2021). Berkebalikan dari pendahulunya, Donald Trump, Biden mengatur ulang hubungan diplomatik Washington dengan misi mendorong kolaborasi dan konsensus global, termasuk dalam upaya bangkit bersama dari pandemi Covid-19.
Biden (78) dan Ibu Negara Jill Biden tiba di London dalam kunjungan sepekan di Eropa. Mereka disambut sejumlah personel angkatan bersenjata AS yang ditempatkan di pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Inggris Mildenhall di Inggris timur. Secara maraton Biden dijadwalkan, antara lain, ambil bagian dalam pertemuan para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam kelompok G-7, konferensi tingat tinggi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa, serta pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Misi mengembalikan kepemimpinan AS secara global sudah dicanangkan oleh Biden sejak terpilih sebagai presiden lewat pemilihan umum pada November tahun lalu. Menjelang kunjungannya ke London, ia menyinggung pemulihan global dari krisis pandemi Covid-19 sebagai hal utama yang harus diupayakan bersama. Ia mengutip puisi ”Easter, 1916” karangan penyair Irlandia WB Yeats— tentang pemberontakan Irlandia melawan pemerintahan Inggris—untuk menyimpulkan bagaimana dunia telah ”berubah sepenuhnya” oleh krisis kesehatan global.
Ia menyatakan, menyatukan ”negara-negara yang berpikiran sama” adalah kunci untuk memulihkan kondisi seperti saat-saat ini. ”Pada setiap titik di sepanjang jalan, kita akan memperjelas bahwa Amerika Serikat telah kembali dan negara-negara demokrasi di dunia berdiri bersama untuk mengatasi tantangan terberat. Masalah yang paling penting bagi masa depan, kami berkomitmen untuk memimpin dengan kekuatan, mempertahankan nilai-nilai kami, dan memberikannya bagi warga kami.”
Diplomasi vaksin Covid-19 adalah salah satu pesan misi utama Biden. Hal itu dinyatakan Penasihat Keamanan Nasional Biden Jake Sullivan kepada media di pesawat kepresidenan Air Force One dalam perjalanannya ke London dari Washington. Sullivan tidak memberikan perincian lengkap, tetapi laporan media AS menyebutkan pemerintahan Biden akan membeli 500 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech dan didistribusikan secara internasional. Sebanyak 100 negara ditargetkan akan dibagi vaksin itu dengan target pembagian selama dua tahun.
Sullivan tidak akan memberikan perincian lengkap, tetapi laporan media AS menyebutkan pemerintahan Biden akan membeli 500 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech dan didistribusikan secara internasional. Sebanyak 100 negara ditargetkan akan dibagi vaksin itu dengan target pembagian selama dua tahun.
Sullivan menyebutkan, vaksin-vaksin itu terutama akan disalurkan ke negara-negara berkembang. Dia menyebutkan inisiatif Biden itu sebagai sebuah hal yang benar untuk dilakukan oleh sebuah negara seperti AS. ”Demikianlah yang dilakukan warga Amerika pada saat dibutuhkan,” kata Sullivan. ”Kami adalah gudang senjata demokrasi dalam Perang Dunia II. Kini kami akan menjadi gudang vaksin.”
Misi vaksin AS itu seiring dengan apa yang direncanakan oleh G-7. Kelompok negara termapan dari sisi ekonomi itu akan membuat deklarasi bersama lebih lanjut tentang ”rencana komprehensif untuk membantu mengakhiri pandemi ini secepat mungkin”. Biden akan menghadiri pertemuan G-7 pada Jumat (11/6) hingga Minggu (13/6), bersama para pemimpin Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang.
Kamis (10/6) ini Biden akan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Kedua pemimpin akan menyetujui versi baru ”Piagam Atlantik”. Pakta tahun 1941 yang ditandatangani Winston Churchill dan Franklin D Roosevelt menetapkan tujuan pascaperang bagi demokrasi, perdagangan, dan aneka kesempatan. Biden juga dijadwalkan mengunjungi Ratu Elizabeth II di Istana Windsor.
Selanjutnya Biden dan rombongan akan terbang ke Brussels untuk pertemuan puncak dengan aliansi militer NATO pada Senin (14/6) pekan depan. Pertemuan puncak dengan Uni Eropa dijadwalkan digelar pada Selasa keesokan harinya. Kunjungan luar negeri Biden akan dipungkasi dengan pertemuannya dengan Putin pada Rabu (16/6) mendatang di Geneva.
Misi dalam kunjungan luar negeri pertama Biden sebagai Presiden AS memang menandai kembalinya diplomasi tradisional AS. Ini berkebalikan dengan masa empat tahun kepemimpinan Trump yang cenderung menutup diri dari multilateralisme. Pada pertemuannya dengan Putin, secara diplomatis Biden mengatakan dirinya akan ”memberi tahu dia (Putin) apa yang saya ingin dia ketahui”.
Namun, beberapa mitra AS di Eropa, yang dahulu disengat oleh Trump, mungkin skeptis tentang janji Biden. Komisaris perdagangan UE, Valdis Dombrovskis, meminta AS untuk benar-benar serius ketika harus menyelesaikan sengketa perdagangan era Trump yang masih ada. Telah muncul gesekan antara UE dan AS, yakni pada bulan lalu, ketika Washington memblokade upaya Perancis di PBB untuk menuntut gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza.
Pertemuan Biden di sela-sela pertemuan tingkat tinggi NATO dengan mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, diperkirakan juga dinamis. Biden telah membuat jengkel Erdogan, yang terkadang menjadi sekutu Trump. Biden telah menyoroti situasi hak asasi manusia Turki yang dinilainya mengerikan dan mengakui genosida Kekaisaran Ottoman terhadap orang-orang Armenia. Washington berisiko ”kehilangan teman yang berharga,” demikian Erdogan memperingatkan.
Harapan yang tidak muluk-muluk juga melingkupi pertemuan Biden-Putin. Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan pejabat Gedung Putih lainnya mengatakan, membuat hubungan AS-Rusia ”lebih stabil” akan dianggap sukses. Gedung Putih melihat perpanjangan perjanjian senjata nuklir New START pada Februari sebagai contoh hal yang dapat dilakukan. Biden juga membutuhkan Kremlin untuk membuat kemajuan dengan Iran, yang dekat dengan Rusia. (AP/AFP)