AS Siap Bantu Kepulauan Pasifik di Tengah Persaingan dengan China
Amerika Serikat ingin menghidupkan kembali Forum Kepulauan Pasifik setelah mengalami ”perpecahan” untuk memungkinkan berjalannya kerja sama bilateral dan institusional di masa depan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Pemerintah Amerika Serikat ingin bekerja sama dengan beberapa negara sekutu di Indo-Pasifik untuk membantu negara-negara kecil kepulauan di Pasifik. Kerja sama itu untuk membuat kemajuan di berbagai bidang penting, seperti perikanan, kegiatan penjaga pantai, dan bantuan vaksin.
Kepala Kebijakan Indo-Pasifik Gedung Putih Amerika Serikat (AS) Kurt Campbell, Rabu (9/6/2021), mengatakan, Washington ingin tetap bekerja sama dengan Jepang, Selandia Baru, Australia, dan negara lain untuk membantu negara-negara kepulauan di Pasifik. Di kawasan itu, AS melihat adanya persaingan strategis yang terus meningkat dengan China.
Lima negara Mikronesia di Pasifik, awal Februari lalu, mengumumkan bahwa mereka akan mulai menarik diri dari Forum Pulau Pasifik (PIF) setelah kekacauan pasca-pemilihan sekretaris jenderal PIF. Perpecahan organisasi kerja sama antarnegara Pasifik itu membuat ketidakstabilan di kawasan dan membuka peluang bagi China menanamkan pengaruhnya.
Kelima negara Mirkonesia itu adalah Palau, Kepulauan Marshall, Kiribati, Nauru, dan Negara Federasi Mikronesia. Mereka berpendapat bahwa—seharusnya—saat ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendapat giliran menunjuk pejabat sekretaris jenderal PIF, yang bertugas melaksanakan kerja-kerja organisasi.
Lima negara Mikronesia saat itu mengajukan Gerald Zakios, diplomat dari Negara Kepulauan Marshall, sebagai calon sekjen PIF. Calon yang diusung Mikronesia itu kalah dari Henry Puna, mantan Perdana Menteri Kepulauan Cook, dalam memperebutkan jabatan tersebut.
Menurut Campbell, Washington ingin menghidupkan kembali forum tersebut setelah mengalami ”perpecahan”. Pemulihan kembali forum Pasifik Selatan akan memungkinkan berjalannya kerja sama bilateral dan institusional di masa yang akan datang.
”Di kawasan ini, kami memiliki kepentingan moral dan strategis historis yang sangat besar. Namun, kadang-kadang, kita lalu melupakannya,” kata Campbell dalam acara daring yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga pemikir, Center for a New American Security.
Campbell mengaku, negara-negara kecil Pasifik Selatan menjadi arena persaingan nilai. Mereka juga memiliki peran di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kawasan ini juga menghadapi masalah kesehatan dan perubahan iklim. Namun, negara-negara itu, menurut dia, memiliki peran potensial secara militer dan stok perikanan yang sehat.
”Jadi, salah satu hal yang ingin kami lakukan dalam waktu dekat ialah bekerja sama dengan para sekutu, seperti Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Kami ingin bertemu dengan negara-negara kepulauan Pasifik untuk membicarakan arena tujuan bersama,” katanya.
Campbell mengatakan, tujuan kerja sama dengan para sekutu ialah untuk membuat kemajuan di berbagai sektor penting di kawasan Pasifik. Misalnya untuk kemajuan sektor perikanan, kegiatan penjaga pantai, dan kerja sama dalam pengiriman dukungan dan bantuan, termasuk vaksin.
Menurut Campbell, wilayah itu menghadapi tantangan besar dalam menangani kemiskinan, penyakit, dan perubahan iklim. AS dan negara-negara sekutu akan membantu negara-negara kecil itu dalam mengatasi setiap kesulitan yang dihadapi. ”Tetapi, bagi Amerika Serikat, sekali lagi, ini adalah area di mana kami harus meningkatkan peran kami.”
Negara-negara kepulauan di Pasifik Selatan memiliki sedikit penduduk. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, wilayah itu telah menjadi medan pertarungan pengaruh antara China dan Amerika Serikat serta para sekutunya.
Sebagian besar pemerintah negara kepulauan telah menghadapi hambatan ekonomi yang parah. Hal itu terjadi karena ketergantungan mereka yang besar pada pariwisata internasional, sebuah industri yang tutup tahun lalu tiba-tiba meredup karena pandemi Covid-19. (REUTERS/AFP)