Seorang perancang alat industri asal Korsel menciptakan perangkat yang berfungsi sebagai "mata ketiga" bagi penggila telepon pintar yang tak bisa lepas dari gawainya. Ini solusi satir, kata dia, bukan solusi sebenarnya.
Oleh
B JOSIE SUSILO HARDIANTO
·2 menit baca
Seoul
Karena begitu asyik ”berinteraksi” dengan telepon pintar sambil berjalan, sering seseorang mendapat celaka. Untuk mencegahnya, seorang perancang alat industri asal Korea Selatan, Paeng Min-wook (28), membuat ”mata ketiga”.
Solusi itu tampaknya mujarab untuk para ”smartphone zombies”, julukan bagi orang yang tidak dapat mengalihkan pandangan mereka dari layar telepon pintar. Mata ketiga itu adalah sensor gyro yang diikatkan ke dahi oleh pengguna ponsel sehingga mereka dapat berjalan-jalan tanpa takut menabrak sesuatu di depannya.
Perangkat itu akan aktif ketika penggunanya mulai menatap layar dan memberi sinyal bahaya lewat bunyi jika pengguna ada 1-2 meter dari rintangan. "Inilah penampakan manusia di masa depan, (manusia) dengan tiga mata," ujar Paeng saat memeragakan perangkat temuannya itu.
”Karena kita tidak bisa mengalihkan pandangan dari telepon pintar, mata ekstra dibutuhkan di masa depan,” kata Paeng, lulusan pascasarjana teknik desain inovatif di Royal College of Art and Imperial College London, Jumat (4/6/2021), di Seoul.
Uji coba yang dilakukan di ibu kota Korsel itu menarik perhatian. Seorang warga mengatakan, pengguna ”mata ketiga” itu tak ubahnya seperti alien. "Saya pikir, dia terlihat seperti alien yang punya mata di dahi. Hari-hari belakangan ini banyak anak muda celaka saat menggunakan telepon genggamnya. Perangkat ini mungkin bagus buat mereka," ujar Lee Ok-jo, warga setempat.
Meski demikian, Paeng mengingatkan, perangkat "mata ketiga" itu dibuat sebagai peringatan, bukan sebagai solusi sebenarnya bagi mereka yang kecanduan menggunakan telepon pintar hingga abai dengan keselamatan dirinya. "Dengan membuat solusi satir ini, saya berharap, orang akan semakin mengerti akan bahaya kecanduan gawai dan lebih memperhatikan diri mereka," kata Paeng. (REUTERS)