Saat AS Bersiap Pergi, China Perkuat Pengaruh di Afghanistan
Upaya kerja sama keamanan penting tidak saja bagi Afghanistan, tetapi juga negara-negara tetangga, termasuk Pakistan dan China.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
BEIJING, JUMAT — Di saat pasukan Amerika Serikat dan sekutunya sedang bersiap-siap untuk menarik pasukannya dari Afghanistan, China mendorong perkuatan kerja sama di kawasan. China ingin meningkatkan pengaruh di Asia Selatan melalui kerja sama keamanan dan ekonomi.
Kantor berita resmi China, Xinhua, Jumat (4/6/2021), melaporkan, menteri luar negeri China, Afghanistan, Pakistan mengadakan konferensi video, Kamis lalu. Mereka sepakat penarikan pasukan asing dari Afghanistan harus dilakukan secara bertanggung jawab dan tertib.
Hal itu penting untuk mencegah memburuknya situasi keamanan di Afghanistan dan menguatnya kembali “pasukan teroris”. Sejak perundingan damai antara Amerika Serikat (AS) dan kelompok Taliban di Doha, Qatar, 29 Februari 2020, serta saat perundingan intra-Afghanistan masih berproses, kekerasan bersenjata malah kembali meningkat di Afghanistan.
Mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Xinhua melaporkan, ketiga negara “perlu memperkuat komunikasi dan kerja sama”. Upaya kerja sama keamanan penting tidak saja bagi Afghanistan, tetapi juga negara-negara tetangga, termasuk Pakistan dan China.
"Keamanan dan stabilitas Afghanistan serta kawasan menghadapi tantangan baru. Penarikan pasukan asing yang dipercepat dari Afghanistan memengaruhi proses perdamaian dan rekonsiliasi di Afghanistan. Konflik bersenjata dan aksi teroris menjadi lebih sering terjadi," kata Wang.
China telah lama menentang kehadiran AS dan pasukan sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan. Walau demikian, baik China, AS dan sekutunya sama-sama waspada terhadap Afghanisan, negara yang menjadi surga bagi pemberontak. Bagi Chinna, situasi di Afghanistan bisa mengancam keamanan di Xinjiang yang berbatasan dengan Afghanistan.
Wang, Menteri Luar Negeri Afghanistan Mohammad Haneef Atmar, dan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi menyepakati kerja sama perkuatan keamanan. Ketiganya “menekankan perlunya ... melarang organisasi atau individu teroris untuk menggunakan wilayah mereka untuk terlibat dalam kegiatan kriminal melawan negara lain."
China telah berusaha menanamkan investasinya pada sumber daya alam Afghanistan, terutama tembaga. Namun, pertempuran terus-menerus antara pemerintah, Taliban dan kelompok-kelompok garis keras termasuk Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) telah sangat mengganggu proyek-proyek China itu.
Beijing juga berusaha untuk meningkatkan hubungan yang sudah dekat dengan Islamabad melalui mengaproyek Prakarsa Sabuk dan Jalan China. Namun, kelemahan ekonomi dan masalah keamanan di Pakistan, di mana Taliban juga eksis, telah menumpulkan keberhasilan upaya itu.
AS sedang bersiap untuk mengakhiri perang terpanjangnya di Afghanistan dengan mulai menarik 2.500-3.500 tentara terakhirnya sejak awal Mei. Batas akhir paling lambat penarikan pasukan itu, bersama dengan 7.000 tentara pasukan sekutu NATO, adalah 11 September 2021.
Penarikan pasukan AS dan NATO telah menimbulkan kekhawatiran luas akan meningkatnya kekacauan di Afghanistan yang telah bergolak dalam 20 tahun terakhir. Pemerintah Australia bahkan menutup kantor perwakilan diplomatiknya di Kabul, dan bersiap memulangkan para diplomatnya. (AP/REUTERS)