Visi Uni Eropa Posisikan ASEAN sebagai Jantung Indo-Pasifik
Uni Eropa menawarkan versi lain kerangka kerja sama Indo- Pasifik dengan ASEAN yang berbeda dengan versi negara lain, termasuk AS dan China. Visi Indo-Pasifik UE menekankan pada kerja sama ekonomi dan pembangunan.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN ditempatkan di bagian terpenting dalam kebijakan Indo-Pasifik versi Uni Eropa. Brussels ingin hadir di kawasan tanpa harus terlibat dalam rivalitas kekuatan besar yang lebih dulu hadir.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell Fontelles mengatakan, Indo-Pasifik sangat penting bagi komunitas internasional. Di masa depan, 60 persen dinamika perekonomian akan berasal dari kawasan ini. Dalam beberapa tahun mendatang, 2,5 miliar warga kelas menengah global akan berada di Indo-Pasifik.
”Indo-Pasifik penting, bagi kami, ASEAN adalah jantungnya,” ujarnya dalam seminar virtual yang digelar Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Kamis (3/6/2021), di Jakarta.
Meski sekutu dan mitranya, seperti Amerika Serikat dan Australia, memiliki versi sendiri, UE tetap menawarkan versi lain Indo-Pasifik. Bagi Brussels, hal itu menunjukkan otonomi strategis. ”Kami (UE dan AS) kadang mempunyai kepentingan yang sama. Kadang kami mempunyai kepentingan masing-masing,” ujarnya.
Peneliti CSIS, Evan Laksmana, mengatakan, konsep otonomi strategis menjadi salah satu isu dalam hubungan Brussels-Washington. Dalam beberapa kesempatan, Brussels semakin kerap menunjukkan keinginan untuk mandiri dari Washington. UE, antara lain, semakin kencang mendorong tentara Eropa yang berbeda dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Brussels juga cenderung lebih mendekat ke Beijing walau Washington mendorong sekutunya menjauhi China.
”Semua itu cara UE agar bisa menanggapi tantangan sesuai kebutuhan sendiri,” ujar Evan.
Karena kebutuhan itu, UE ingin hadir secara berbeda dibandingkan dengan AS-China di kawasan. Brussels ingin kerja sama dengan Indo-Pasifik, khususnya ASEAN, semakin meningkat. ”Kami tidak meminta kompensasi politik atas kesepakatan dagang. Kami ingin kesepakatan yang saling menguntungkan,” kata Borrell.
Ia menekankan pentingnya kerja sama ekonomi dan pembangunan di antara kawasan. Bagi UE, kedua sektor itu lebih prioritas dibandingkan dengan pendekatan politik.
Pernyataan Borrell berbeda dengan narasi Washington. Dalam berbagai kesempatan, AS menekankan pentingnya aliansi untuk menghadapi Beijing. Di sisi lain, meski selalu mengklaim penekanan pada kerja sama ekonomi, Beijing dinilai kerap memaksakan kehendaknya sendiri.
Borrell mengatakan, UE ingin hadir di kawasan secara konstruktif. Brussels ingin Indo-Pasifik dan UE maju bersama, bukan menghabiskan energi untuk persaingan. Meski demikian, ia tidak menampik bahwa Brussels mempunyai perbedaan dengan sejumlah negara.
Ia menyebut China penting. Tanpa kerja sama dengan China, aneka tujuan global nyaris mustahil dicapai. Di sisi lain, Brussels memandang Beijing sebagai pesaing strategis karena sistemnya berbeda. ”Beijing percaya sistemnya lebih baik dan bisa menjadi alternatif. Sementara kami berpendapat sebaliknya,” kata Borrell.
Potensi
Borrell juga menilai potensi UE-Indo-Pasifik belum benarbenar terlihat dalam hubungan ekonomi. Gabungan 27 anggota UE menjadi investor terbesar global dibandingkan dengan AS dan China. Di sisi lain, UE juga menawarkan hibah. ”China juga membawa dana, akan tetapi bentuknya utang. Bandingkan, satu utang, satu hibah. Sangat berbeda,” kata Borrell.
Ia juga menunjukkan keseriusan Brussels menyediakan vaksin Covid-19. Dalam 1,5 tahun terakhir, UE mengekspor hampir 200 juta dosis vaksin yang dibuat di UE. ”AS dan Inggris hampir tidak mengekspor sama sekali,” kata Borrell.
Isu itu sudah disampaikannya selepas bertemu Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, Rabu. Seperti saat bertemu Retno, Borrell juga menekankan bahwa kapasitas produksi menjadi masalah utama penyediaan vaksin Covid-19. Ia mengatakan, penyediaan vaksin adalah wujud nyata kerja sama multilateral saat ini. Kerja sama itu harus diwujudkan, bukan hanya kalimat kosong.
Demi mendorong kerja sama, UE ingin kesepakatan dagang dengan Indonesia segera dituntaskan. Brussels-Jakarta berunding sejak 2016. Awalnya, perundingan ditargetkan selesai pada 2018. Walakin, belum ada tanda-tanda perundingan akan selesai pada 2021. Meski demikian, Indonesia-UE sepakat bahwa perundingan diharapkan selesai dalam waktu dekat.
Dalam kajian CSIS, kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) Indonesia- UE akan menjadi salah satu perangkat guna meningkatkan daya saing produk Indonesia di UE. Indonesia-UE CEPA (IEU CEPA) memberi peluang Jakarta-Brussels untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang-jasa dan investasi.
CSIS menyimpulkan, kesepakatan itu membuka peluang lebih besar bagi dunia usaha Indonesia untuk terhubung dalam rantai pasok global terkait perusahaan UE. Akselerasi dan transformasi ekonomi hanya akan tercapai apabila Indonesia berhasil meningkatkan partisipasi dalam rantai nilai global.
IEU CEPA memberikan kesempatan tersebut. Selain pengesahan IUE CEPA, keterlibatan dalam rantai pasok global juga membutuhkan sejumlah penyesuaian di Indonesia.
IEU CEPA juga dapat berkontribusi menjadi salah satu faktor pendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ditengah ketidakpastian ekonomi dan tren proteksionisme perdagangan dunia, IEU CEPA berpotensi menjadi katalis dalam konteks reformasi ekonomi Indonesia secara komprehensif. Hal ini sejalan dengan kebutuhan Indonesia khususnya terkait dengan perbaikan regulasi dan iklim usaha.