Organisator Peringatan Tragedi Tiananmen Ditangkap Polisi Hong Kong
Aktivis Hong Kong ditangkap saat peringatan tahunan bagi para korban Tragedi Tiananmen 1989. Polisi Hong Kong telah melarang pertemuan-pertemuan secara umum dengan alasan pembatasan sosial saat pandemi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
HONG KONG, JUMAT — Polisi Hong Kong pada Jumat (4/6/2021) menangkap aktivis Chow Hang Tung (36 tahun), warga Hong Kong yang bertindak sebagai wakil ketua kelompok yang mengorganisasi peringatan tahunan bagi para korban Tragedi Tiananmen 1989 di China. Penangkapan itu terjadi tepat pada 32 tahun peringatan tragedi berdarah yang diperkirakan menewaskan 3.000 warga China itu.
Penangkapan Chow bertepatan saat ribuan polisi juga berpatroli di jalan-jalan kota Hong Kong. Kepolisian berupaya keras untuk mencegah warga berkumpul untuk memperingati hari berdarah setiap 4 Juni itu. Para aktivis di Hong Kong menyebut langkah aparat keamanan ini sebagai sebuah perubahan radikal atas demokrasi di Hong Kong.
Bekas jajahan Inggris itu, yang dijanjikan otonomi tingkat tinggi dari Beijing setelah kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997, secara tradisional mengadakan acara peringatan terbesar di dunia untuk para ribuan korban Tragedi Tiananmen. Namun, sikap kewaspadaan tinggi, tanda-tanda pelarangan, dan sekaligus penangkapan atas Chow menjadi penanda bahwa kebebasan berbicara dan berkumpul di Hong Kong sudah tidak berlaku. Posisi Hong Kong sebagai salah satu pusat keuangan global pun semakin ketat dikontrol China.
China tidak pernah memberikan laporan lengkap tentang kekerasan tahun 1989. Korban tewas yang diberikan oleh pejabat China beberapa hari setelah kejadian mengenaskan itu sekitar 300 jiwa. Kebanyakan dari korban disebut sebagai tentara, tetapi kelompok-kelompok hak asasi manusia dan saksi mengatakan ribuan orang mungkin tewas dalam peristiwa berdarah itu.
Chiu Yan Loy, anggota Eksekutif Aliansi Hong Kong dalam Mendukung Gerakan Demokratik Patriotik China, menyatakan, Chow ditangkap dengan alasan mempromosikan sebuah pertemuan yang tidak sah. Juru bicara polisi Hong Kong tidak mengonfirmasi apa pun ketika berupaya dimintai tanggapan atas penangkapan itu.
”Dia hanya ingin pergi ke Victoria Park, menyalakan lilin, dan memeringatinya,” kata Chiu, seraya menambahkan dirinya yakin penangkapan itu dimaksudkan untuk menakuti mereka yang berencana menghadiri acara peringatan atas tragedi itu.
Sebelum ditangkap, Chow pada pekan ini sempat menyatakan, tanggal 4 Juni 2021 bakal menjadi batu ujian bagi Hong Kong, khususnya tentang ”apakah Hong Kong dapat mempertahankan garis dasar moralitas yang selama ini dipercaya dan dihidupi warganya secara umum”. ”Selama mereka tidak mengatakan lilin itu ilegal, kami akan menyalakan lilin,” katanya.
Chow sebelum ditangkap pada pekan ini sempat menyatakan tanggal 4 Juni 2021 bakal menjadi batu ujian bagi Hong Kong, khususnya tentang ”apakah Hong Kong dapat mempertahankan garis dasar moralitas yang selama ini dipercaya dan dihidupi warganya secara umum”.
Ketua kelompok aliansi yang diwakili Chow, Lee Cheuk-yan, telah dipenjara sebelumnya oleh otoritas Hong Kong dalam kasus gelaran sebuah pertemuan ilegal. Polisi Hong Kong telah melarang pertemuan-pertemuan secara umum selama dua tahun berturut-turut dengan alasan melanggar protokol kesehatan terkait masa pandemi Covid-19. Namun, sejauh ini tidak disebutkan apakah peringatan Tragedi Tiananmen di Hong Kong akan melanggar Undang-Undang Keamanan Nasional yang diberlakukan China sejak tahun 2020.
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, belum mengomentari peringatan tersebut secara langsung. Ia hanya mengatakan bahwa warga harus menghormati hukum serta Partai Komunis China (PKC). PKC tahun ini merayakan hari jadi ke-100. Peringatan Tragedi Tiananmen setiap 4 Juni dilarang di China daratan.
Tahun lalu, ribuan orang di Hong Kong menentang larangan tersebut. Mereka tetap berkumpul di pusat kota, khususnya di kawasan Victoria Park, dan berbaris di trotoar dengan menyalakan lilin di seluruh kota. Peringatan itu secara umum berjalan dengan khusyuk. Hanya sempat terjadi pertikaian kecil dan singkat antara warga dan sekelompok polisi di sebuah distrik di Hong Kong di malam peringatan.
”Ini adalah pertempuran melawan upaya pelupaan,” kata aktivis Hong Kong yang berada di pengasingan, Sunny Cheung, melalui layanan pesan. ”Selama ini HK (singkatan dari Hong Kong) telah menjadi satu-satunya tempat di mana (kami) dapat mengadakan peringatan untuk mengenang para korban 6.4 (4 Juni) dan itu mendefinisikan HK sebagai satu-satunya mercusuar kebebasan dan kebenaran di bawah pemerintahan (Partai Komunis China).”
Sejauh ini dilaporkan banyak warga Hong Kong yang tetap akan menggelar peringatan atas tragedi itu. Mereka akan menyalakan lilin di lingkungan tempat tinggal mereka, khususnya jika kondisi dirasa aman. Sejumlah gereja juga rencananya akan dibuka dan mempersilakan umatnya untuk berdoa.
Salah satu aktivis yang dipenjara, Jimmy Sham, mengatakan melalui laman Facebook-nya bahwa dia berencana untuk ”menyalakan sebatang rokok pada jam 8 malam”. ”Kami tidak melihat harapan demokrasi dan kebebasan pada seorang pemimpin, kelompok, atau upacara,” katanya. ”Setiap orang adalah harapan demokrasi dan kebebasan.”
Aktivis terkemuka Hong Kong, Joshua Wong, dijatuhi hukuman penjara 10 bulan pada bulan lalu setelah mengaku bersalah karena berpartisipasi dalam peringatan serupa tahun lalu. Adapun tiga aktivis Hong Kong lainnya divonis penjara 4-6 bulan. Sebanyak 20 orang lagi akan diadili pada 11 Juni mendatang atas tuduhan serupa.
Secara terpisah, otoritas Makau juga telah melarang kegiatan peringatan serupa pada 4 Juni. Adapun di Taiwan yang diperintah secara demokratis, sebuah paviliun peringatan Tragedi Tiananmen justru akan didirikan di Liberty Square Taipei. Di sana warga dapat meletakkan bunga sambil mengikuti aturan jarak sosial. Instalasi 64 lampu LED juga akan dipasang di alun-alun kota Taipei. (AFP/REUTERS)