Sejumlah negara masih menanti keputusan Arab Saudi terkait ibadah haji tahun 2021. Hingga kini, Kerajaan Arab Saudi belum mengumumkan detail apa pun terkait ibadah haji tahun ini.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 60 negara di dunia tengah menanti kejelasan dari Pemerintah Arab Saudi terkait dengan pembagian kuota untuk ibadah haji tahun 2021. Sejauh ini, belum ada negara selain Indonesia yang telah memutuskan untuk tidak memberangkatkan jemaah ke Tanah Suci.
Berita mengenai keputusan Indonesia menangguhkan ibadah haji 2021 menjadi topik yang dibahas tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di media negara Arab Saudi, Nigeria, Pakistan, dan India. Media Timur Tengah, Al Jazeera, juga menulis mengenai hal ini dan menjadi salah satu berita yang populer pada Jumat (4/6/2021).
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Essam bin Ahmed bin Abid Althaqafi, melalui surat kepada Ketua DPR Puan Maharani, menjelaskan bahwa belum ada satu negara pun yang memperoleh daftar kuota haji 2021. Hal ini karena Kerajaan Arab Saudi memang belum membuat keputusan.
Keputusan Indonesia ini, menurut media-media asing, semakin mendesak pemerintah masing-masing untuk meminta Arab Saudi segera mengumumkan kuota dan pedoman haji tahun 2021. Informasi terakhir soal ibadah haji ialah melalui akun Twitter resmi Pemerintah Saudi, yaitu @HaramainInfo, pertengahan Mei lalu.
Dalam cuitan tersebut dikatakan bahwa kuota haji tahun 2021 untuk 60.000 jemaah. Rinciannya adalah 15.000 jemaah dari dalam negeri Arab Saudi dan 45.000 jemaah dari 60 negara, beberapa di antaranya adalah Indonesia, India, Pakistan, dan Nigeria. Tidak ada penjelasan jumlah kuota mendetail untuk setiap negara.
Unggahan @HaramainInfo itu menjabarkan bahwa jemaah yang diizinkan untuk melaksanakan ibadah haji ialah mereka yang berusia 18-60 tahun, dalam kondisi sehat jasmani, tidak memiliki penyakit bawaan, dan sudah menerima vaksin Covid-19 lengkap.
Keterangan Pemerintah Saudi melalui media Saudi Gazette menambahkan bahwa jemaah harus memperoleh kelengkapan vaksin Covid-19 paling lama dua pekan sebelum berangkat ke Tanah Suci. Sampai di Saudi, mereka akan menjalani uji reaksi berantai polimerase (PCR) dan diawasi selama 40 jam sebelum boleh datang ke lokasi haji.
Menteri Kesehatan Arab Saudi Tawfiq al-Rabiah mengatakan telah menyiapkan titik-titik pemeriksaan kesehatan di sepanjang kota Mekkah dan Madinah. Selain itu, Wakil Menteri Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi Abdulfattah bin Sulaiman Mashat mengatakan, pihaknya telah meluncurkan kartu pintar haji.
Selain aplikasi yang wajib diunduh oleh jemaah, kartu pintar ini juga merupakan kartu untuk telepon genggam. Melalui kedua fitur ini, setiap pergerakan jemaah akan terpantau oleh Pemerintah Arab Saudi. Jemaah juga akan mendapat informasi lengkap mengenai seluruh layanan haji, seperti ketersediaan hotel, transportasi, klinik, dan toko serba ada. Jemaah juga bisa mencari tahu mengenai titik-titik keramaian sehingga bisa menghindarinya.
Pada 2020, Saudi menutup ibadah haji dari jemaah luar negeri. Hanya 1.000 anggota jemaah yang berasal dari dalam negeri yang diperbolehkan melakukan haji.
Menunggu
Sejumlah negara juga masih menunggu. Pakistan, misalnya, selama pekan ini mengonfirmasi bahwa vaksin Sinovac dan Sinopharm yang mereka gunakan diakui oleh Arab Saudi. ”Saat ini yang bisa kita lakukan ialah mempercepat proses imunisasi dan menunggu pengumuman dari Arab Saudi,” kata Menteri Kesehatan Pakistan Faisal Imran kepada media Ary News.
Sementara itu, media Nigeria, Platforms Africa, mengatakan, pemerintahnya juga mengharapkan Arab Saudi segera mengumumkan kuota haji per negara. Pasalnya, ibadah haji direncanakan mulai 17 Juli.
Nigeria juga tengah mengebut proses pemberian vaksin Covid-19. Sejauh ini, baru 1,17 juta warganya atau 58,3 persen dari target yang telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca. Negara ini juga sedang berupaya mengamankan pasokan vaksin Johnson and Johnson melalui skema Covax.
Galur baru
Pelaksanaan haji tahun 2021 dijanjikan Pemerintah Arab Saudi dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat. Dilansir dari Arab News, Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam Yousef Al-Othaimeen mengapresiasi komitmen Arab Saudi tersebut.
”Kesehatan dan keamanan jemaah haji dan warga Saudi harus menjadi prioritas,” tuturnya.
Dunia sedang menghadapi gelombang baru pandemi Covid-19 yang lebih masif dibandingkan dengan 2020. Negara-negara seperti Singapura dan Taiwan, yang tahun lalu berhasil menangani pandemi, kini mulai ketar-ketir akibat munculnya galur-galur baru dan lambatnya proses imunisasi.
Salah satu galur yang cepat penularannya adalah Delta atau yang sebelumnya dikenal sebagai virus SARS-Cov-2 jenis B.1617.2 yang ditemukan di India. Media India Blooms menerbitkan laporan Kementerian Kesehatan India yang menyatakan, galur Delta dua kali lebih cepat menular dibandingkan dengan galur Alpha atau B.1.1.7 dari Inggris. Laporan ini tidak mengatakan jika Delta lebih mematikan dibandingkan dengan galur awal dari Wuhan.