UE Ungkap Kebohongan Lukashenko dalam Pembajakan Pesawat di Belarus
Presiden Belarus Alexander Lukashenko berdalih, pengalihan pendaratan pesawat Ryanair di Minsk dipicu surel dari faksi Hama—belakangan diralat intelijen Swiss. UE menemukan surel itu dikirim setelah pesawat mendarat.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
BRUSSELS, KAMIS — Penyelidikan Uni Eropa mengenai surat elektronik atau surel yang, disebut oleh Pemerintah Belarus, memberitahukan adanya bom di dalam pesawat Ryanair FR4978—sehingga Belarus mengalihkan pendaratan pesawat itu—menemukan titik terang. Berdasarkan penyelidikan, surel itu ternyata dikirimkan setelah pesawat Ryanair FR4978 dipaksa mengubah tujuan dari Vilnius, Lituania, menuju Minsk, Belarus.
Uni Eropa (UE) menggandeng Proton Technologies AG, perusahaan di bidang keamanan digital, untuk menelisik kebenaran tuduhan Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Pada tanggal 24 Mei lalu, Lukashenko secara pribadi memerintahkan pesawat tempur jenis Mig-29 untuk mencegat pesawat komersial, Ryanair FR4978, yang terbang dari Athena, Yunani, menuju Vilnius, Lituania. Mig-29 itu kemudian memaksa Ryanair mengalihkan jalur dan mendarat di Minsk, ibu kota Belarus.
Lukashenko mengungkapkan, pihaknya menerima surel dari kelompok Hamas yang mengatakan di pesawat Ryanair 4978 ada bom. Namun, ketika berbicara di hadapan anggota parlemen Belarus pada tanggal 26 Mei, presiden yang telah berkuasa selama 27 tahun ini mengubah narasi bahwa yang memberi tahu keberadaan bom tersebut adalah pihak intelijen Swiss.
Swiss melalui pernyataan Kementerian Luar Negeri-nya menyangkal tuduhan tersebut dan bersama Uni Eropa meminta pembuktian profesional dari Proton Technologies AG. Hasil penyelidikan Proton mengungkapkan bahwa surel berisi ancaman bom itu justru dikirim kepada Pemerintah Belarus setelah pesawat Ryanair 4978 digiring keluar jalur oleh Mig-29 dan menuju Minsk.
”Klaim Pemerintah Belarus tidak terbukti. Proton akan mendukung otoritas Uni Eropa berdasarkan hasil penyelidikan secara profesional,” demikian pernyataan resmi Proton Technologies AG yang mereka keluarkan pada hari Kamis (27/5/2021).
Surel ancaman bom adalah alasan bagi Lukashenko untuk membajak Ryanair 4978. Ketika pesawat itu dipaksa mendarat di Bandara Minsk, ternyata aparat penegak hukum setempat langsung menangkap wartawan Roman Protasevich dan blogger Sophia Sapega, yang menjadi penumpang Ryanair. Keduanya adalah anak muda yang terkenal kritis di media arus utama dan media sosial terhadap pemerintahan Lukashenko yang mereka nilai otoriter serta korup.
Seperti dilansir dari kantor berita Pemerintah Belarus, Belta, Lukashenko menyangkal hasil penyelidikan Proton Technologies AG. ”Ini adalah upaya jahat negara-negara Barat menjelek-jelekkan kami. Belarus adalah akses mereka untuk masuk dan menguasai kawan kita, Rusia,” ujarnya.
Sanksi ekonomi
Atas perbuatan Lukashenko itu, Uni Eropa menjatuhkan sanksi ekonomi. Dalam pertemuan di Lisabon, Portugal, UE sepakat untuk memboikot maskapai-maskapai penerbangan Belarus. Mereka juga mengimbau agar maskapai penerbangan Eropa tidak melewati wilayah udara Belarus. Bank-bank Eropa juga membekukan rekening 88 pejabat pemerintah serta 7 perusahaan Belarus.
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell juga mengungkapkan, ada sejumlah sanksi lain yang tengah dipertimbangkan agar Lukashenko benar-benar mendapat ganjaran yang setimpal. Salah satunya ialah dengan tidak membeli potas atau garam abu dari Belarus. Garam abu adalah komoditas ekspor besar bagi negara ini dengan harga 2,5 juta dollar Amerika Serikat per tahun.
”Ada juga jalur pipa gas dari Timur menuju Barat yang bisa dialihkan agar tidak melewati Belarus sehingga mereka kehilangan pendapatan dari biaya transit,” kata Borrell.
Lukashenko menegaskan, dirinya tidak takut atas sanksi yang diberikan oleh UE. Salah satu alasannya ialah karena wilayah udara Belarus merupakan jalur penerbangan yang aman bagi pesawat. Wilayah lain, seperti Ukraina, Chechnya, dan Crimea, adalah wilayah konflik yang tidak ada maskapai-maskapai penerbangan mau melewatinya.
Tidak hanya UE yang bertindak tegas, kelompok negara-negara maju (G-7) melalui para menteri luar negerinya, Kamis (27/5/2021), mendesak ”pembebasan segera dan tanpa syarat” Roman Protasevich. ”Kami menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat” Protasevich, serta para jurnalis dan para tahanan politik yang ditahan di Belarus," demikian pernyataan bersama para menlu G-7.
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa menlu Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, bersama Uni Eropa, ”mengecam sekeras-kerasnya langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh otoritas Belarus”. (AFP/REUTERS)