Nihil Kandidat Presiden Moderat, Perundingan Nuklir Iran Bisa Alot
Dewan Perwalian mencoret dua calon presiden moderat pada pemilihan umum Iran bulan depan. Sisa kandidat kini tinggal tujuh nama, mayoritas dianggap konservatif sehingga berisiko membuat pembicaraan nuklir kian alot.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
WASHINGTON, RABU — Dewan Perwalian Iran (Guardian Council) mencoret dua nama kandidat kuat bakal calon presiden Iran, Ali Rijani dan Mahmoud Ahmadinejad, dari pertarungan pada pemilihan umum Iran, 18 Juni 2021. Rijani yang mantan juru bicara parlemen dan Ahmadinejad yang mantan Presiden Iran dianggap mewakili kubu moderat dalam sistem politik Iran. Dengan demikian, tinggal tujuh nama bakal calon presiden yang sebagian besar digambarkan sebagai wakil dari kubu konservatif.
Pencoretan Rijani dan Ahmadinejad bertepatan dengan dimulainya perundingan tidak langsung putaran kelima program nuklir Iran di Vienna, Austria, Rabu (26/5/2021). Putaran ini memasuki tahap krusial. Salah satunya berkaitan dengan sanksi sepihak yang dijatuhkan Pemerintah Amerika Serikat pada Iran.
Suzanne Maloney, Wakil Presiden dan Direktur Program Kebijakan Luar Negeri pada Brookings Institution di Washington, dikutip dari laman The New York Times, mengingatkan para pengambil kebijakan soal proses pemilihan dan para kandidat pada pemilihan umum (pemilu) di Iran. Dia mengatakan, negosiasi dengan Teheran akan semakin sulit karena para calon yang muncul lebih konservatif dibandingkan dengan para pemimpin Iran saat ini.
Rijani adalah pendukung kebijakan Rencana Aksi Komprehensif Bersama yang ditandatangani Pemerintah Iran dengan Amerika Serikat, Rusia, China, dan beberapa negara Eropa lain. Dia mengabarkan keputusan dewan untuk mencoretnya melalui akun Twitter kepada para pendukungnya.
Salah satu bakal calon yang diberi lampu hijau untuk maju mencalonkan diri adalah Ebrahim Raisi, pemimpin lembaga peradilan Iran yang dikenal konservatif. Raisi juga pernah mencalonkan diri pada 2017, tetapi kalah dari presiden saat ini, Hassan Rouhani. Rouhani telah dua kali menjabat sehingga tidak bisa mencalonkan diri lagi.
Sementara empat kandidat lain yang dianggap mewakili kelompok konservatif atau kelompok garis keras Iran adalah Wakil Ketua Parlemen Pertama Amirhossein Ghazizadeh-Hachemi, mantan Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Saeed Jalili, mantan Panglima Tertinggi Garda Revolusi Jenderal Mohsen Rezaei, dan anggota parlemen Alireza Zakani.
Pencoretan Rijani dari daftar bakal calon presiden dikritik anggota Majelis Ahli dan Ketua Dewan Penasihat Kehakiman, Ayatollah Sadeq Amoli Larijani. Dewan Penasihat Kehakiman adalah badan yang dibentuk untuk memberikan masukan kepada pemimpin tertinggi Iran dalam hal sengketa peraturan perundang-undangan antara Parlemen dan Dewan Perwalian. Selain itu, dewan ini juga diberi kekuasaan untuk melakukan pengawasan seluruh cabang pemerintahan.
Kritik Larijani atas keputusan Dewan Perwalian merupakan kritik yang jarang datang dari seorang tokoh yang sangat mapan pada lembaga yang memiliki kekuasaan cukup besar.
”Saya tidak pernah menemukan keputusan dewan begitu tidak dapat dipertahankan, baik dalam persetujuan maupun diskualifikasi,” kata Larijani. Selain dikenal sebagai tokoh publik, Larijani adalah saudara Rijani, kandidat yang dicoret oleh Dewan Perwalian.
Daftar bakal calon presiden yang diumumkan itu memicu kritik dari kalangan reformis dan konservatif. Larijani, bersama Wakil Presiden pertama Rouhani Eshaq Jahangiri mewakili kubu moderat, digadang-gadang bertarung ketat dengan Raisi. Jahangiri, seperti halnya Rijani, juga dicoret dari keikutsertaan sebagai calon presiden oleh Dewan Perwalian.
Jahangiri menyatakan, diskualifikasi merupakan ancaman serius bagi partisipasi publik dan persaingan yang sehat, terutama bagi kaum reformis.
Kritik juga diutarakan Kian Abdollahi, pemimpin redaksi kantor berita Tasnim yang dikenal konservatif. Dia menyatakan, keputusan dewan tidak bisa dibenarkan oleh publik dan sebagian kaum konservatif menentang keputusan itu.
Juru bicara Pemerintah Iran, Ali Rabiei, membantah adanya laporan bahwa Presiden Rouhani telah meminta pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, untuk campur tangan dalam penentuan kandidat calon presiden yang dianggap mengecewakan warga. ”Saya tidak memiliki informasi terbaru,” katanya.
Dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, Rouhani telah berkirim surat kepada Khamenei untuk mengomunikasikan kekecewaan warga terhadap daftar calon presiden yang dikeluarkan oleh Dewan Perwalian. Rouhani berharap ada lebih banyak calon yang tersaring untuk membuktikan esensi proses pemilu, yaitu demokrasi dan kompetisi. Ia juga menekankan bahwa semua keputusan yang diambil oleh presiden tidak sah jika tidak mendapat dukungan rakyat.
Program nuklir Iran
Hasil pemilihan umum di Iran pada pertengahan Juni nanti akan berpengaruh pada proses perdamaian di Timur Tengah. Israel, pesaing Iran sekaligus pemilik persenjataan nuklir di kawasan, telah menyatakan akan melakukan berbagai upaya agar Iran tetap menjadi pariah dan tidak memiliki kemampuan militer yang membahayakan Israel.
”Dengan atau tanpa kesepakatan, kami akan melakukan segalanya untuk mencegah Iran mempersenjatai diri dengan senjata nuklir karena itulah keberadaan kami,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dikutip dari The New York Times.
Netanyahu juga mengatakan, Israel selalu memiliki hak untuk mempertahankan diri dari sebuah rezim yang berkomitmen untuk menghancurkan Israel serta bertekad untuk memproduksi senjata pemusnah massal untuk tujuan tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang tengah berkunjung ke Jerusalem untuk membahas soal gencatan senjata antara Israel dan Hamas, dikutip dari laman Middle East Eye mengatakan, Gedung Putih akan selalu berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Israel tentang substansi negosiasi yang tengah berlangsung di Vienna.
Perundingan tidak langsung yang dimulai sejak Selasa sore berlangsung setelah Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Iran untuk bisa mengakses kamera pengawas situs nuklir Iran selama satu bulan ke depan.
Di bawah perjanjian rahasia yang disebut ”Protokol Tambahan” dengan Iran, IAEA mengumpulkan dan menganalisis gambar dari serangkaian kamera pengintai yang dipasang di situs nuklir Iran. Kamera-kamera itu membantu memantau program Teheran untuk melihat apakah itu sesuai dengan kesepakatan nuklir.
Delegasi Rusia Mikhail Ulyanov mengungkapkan optimismenya soal perundingan tersebut. ”Putaran ke-5 mungkin putaran terakhir dari pembicaraan di Vienna,” kata Ulyanov.
Hal senada disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi. Kepada stasiun televisi pemerintah, Araghchi menyatakan, ada kemajuan dalam empat putaran perundingan sebelumnya. Seperti halnya Ulyanov, dia berharap putaran kelima akan menjadi perundingan terakhir.
Sementara itu, Utusan Khusus AS untuk Iran Robert Malley, yang juga merupakan tim perundingan nuklir AS pada era Barack Obama, menahan diri untuk bersikap optimistis. ”Putaran terakhir pembicaraan itu konstruktif dan terlihat kemajuan yang berarti. Tetapi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Malley. (AP/AFP/Reuters)