Pastikan Gencatan Senjata Israel-Palestina Langgeng
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken tiba di Timur Tengah. Dia akan bertemu dengan sejumlah pemimpin di kawasan untuk memastikan langgengnya gencatan senjata antara Israel dan faksi-faksi di Palestina.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
JERUSALEM, SELASA — Untuk membantu mempercepat penyaluran bantuan kemanusiaan bagi Palestina dan memastikan keberlangsungan gencatan senjata antara Israel dan faksi-faksi di Palestina, khususnya Hamas, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken berkunjung ke Timur Tengah dan baru tiba di Israel pada Selasa (25/5/2021).
Direncanakan, Blinken akan berkunjung ke Ramallah di Tepi Barat, Kairo, dan Amman. Ia akan bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Jerusalem dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah. Ia juga akan bertemu Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi dan Raja Jordania Abdullah. Blinken dijadwalkan kembali ke AS pada hari Kamis.
”AS berharap gencatan senjata akan bisa bertahan lama. Fokus utama kami, mempertahankan gencatan senjata dan memberi bantuan kepada yang membutuhkan,” kata salah seorang pejabat senior di Kementerian Luar Negeri AS yang tidak mau disebutkan namanya, Senin lalu.
Seiring dengan kunjungan Blinken, otoritas Israel mengaku mereka memperbolehkan bahan bakar, obat-obatan, dan makanan bagi sektor swasta Gaza masuk ke wilayah itu untuk pertama kali sejak konflik. Konflik Israel dan faksi-faksi di Palestina, khususnya Hamas, yang berlangsung selama 11 hari akhirnya berakhir setelah keduanya menyepakati gencatan senjata. Kesepakatan ini dimediasi lagi oleh Mesir dan berkoordinasi dengan AS.
”Blinken akan berbicara dengan para pemimpin di Israel tentang komitmen AS pada keamanan Israel. Blinken juga akan melanjutkan upaya AS menjalin hubungan kembali dan mendukung rakyat Palestina setelah selama bertahun-tahun terabaikan,” sebut Presiden AS Joe Biden dalam pernyataan tertulis yang dirilis Gedung Putih.
Blinken, Minggu lalu, juga kembali memastikan dukungan AS pada solusi dua negara sebagai satu-satunya cara memberikan harapan kepada rakyat Israel dan Palestina sehingga bisa hidup dalam keamanan, perdamaian, dan harga diri yang setara. Penggunaan kata ”cara-cara setara” bagi rakyat Israel dan Palestina yang dipakai Blinken berbeda dengan yang digunakan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump yang mengurangi bantuan bagi Otoritas Palestina dan menyusun rencana perdamaian Timur Tengah yang didukung Israel, tetapi tidak oleh Palestina.
Pembahasan pemberian bantuan kepada rakyat Palestina itu, kata Biden, harus dilakukan untuk memastikan semua bantuan dari komunitas internasional sampai di tangan rakyat Gaza dan tidak jatuh ke tangan kelompok Hamas. Gaza berada di bawah kekuasaan Hamas dan sejak 2007 Israel memblokade Gaza dengan alasan agar Hamas tidak memperkuat diri dengan menambah persenjataan. Namun, ternyata upaya itu pun tak berhasil karena ternyata Hamas memiliki banyak simpanan roket yang diluncurkan ke arah Israel selama 11 hari.
Bangun Gaza
Untuk kali kedua dalam satu pekan ini, Sisi dan Biden berkomunikasi dan membicarakan upaya-upaya yang bisa dilakukan komunitas internasional untuk membangun kembali Gaza dan memberikan bantuan kemanusiaan. Pada pekan lalu, Sisi menjanjikan 500 juta dollar AS untuk membantu proses rekonstruksi di Gaza yang hancur berantakan digempur serangan udara Israel selama 11 hari.
Gencatan senjata antara Israel dan faksi-faksi di Palestina, khususnya Hamas, yang diberlakukan sejak Jumat lalu secara diplomatik diatur oleh Mesir yang telah mengirimkan dua delegasi ke Tel Aviv, Israel, dan ke wilayah Palestina untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata. Sependapat dengan Mesir, Biden juga menginginkan situasi di wilayah Palestina kembali pulih.
Biden berjanji akan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mewujudkan hal itu. Selain isu Gaza, Biden dan Sisi juga membicarakan masalah keamanan air Mesir dan proyek bendungan raksasa yang masih menjadi duri dalam daging selama puluhan tahun dengan Etiopia. Pembangunan bendungan raksasa Etiopia di Sungai Nil Biru membuat negara-negara hilir, Mesir, dan Sudan khawatir. Mereka khawatir pasokan air yang masuk ke negara mereka akan berkurang. (REUTERS/AFP/AP)