Penarikan pasukan multinasional dari Afghanistan, serta buruknya situasi keamanan di Afghanistan, membuat Australia menutup kantor perwakilan mereka di Kabul. Canberra berharap penutupan itu bersifat sementara.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
CANBERRA, SELASA — Mulai 28 Mei mendatang, Australia akan menutup kedutaan besar mereka di Kabul, Afghanistan. Rencana itu terungkap dalam pernyataan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Selasa (25/5/2021).
Alasan utama yang melatarbelakangi kebijakan itu adalah persoalan jaminan keamanan, terutama terkait dengan penarikan pasukan Amerika Serikat dan NATO dari Afghanistan.
”Pemerintah telah mendapat masukan bahwa pengelolaan keamanan tidak memadai untuk mendukung kehadiran misi diplomatik kami,” kata Morrison dalam sebuah pernyataan.
Penarikan pasukan internasional, termasuk pasukan Australia, dari Afghanistan dinilai akan membawa perubahan signifikan pada situasi keamanan di negara itu. Dalam pandangan Australia, saat ini lingkungan keamanan di Afghanistan semakin tidak pasti.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada awal Mei secara bertahap pasukan internasional ditarik dari Afghanistan. Ditargetkan, pada Oktober mendatang, semua pasukan asing telah ditarik dari negara itu. Di antara pasukan asing yang saat ini masih bertugas di Afghanistan, sekitar 80 orang adalah tentara Australia.
Menurut laman abc.net.au, Kedutaan Besar Australia di Kabul dibuka pada 2006. Meskipun kedubes akan ditutup, PM Morrison dan Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan, penutupan itu hanya sementara.
”Harapan Australia bahwa langkah ini bersifat sementara dan kami akan melanjutkan kehadiran permanen di Kabul setelah keadaan memungkinkan,” kata mereka.
Selain itu, dalam pernyataan bersama itu, sebagaimana dikutip abc.net.au, disebutkan Australia akan melakukan kunjungan rutin ke Afghanistan.
Kunjungan diplomatik itu pernah dilakukan tahun 1969—ketika hubungan diplomatik kedua negara diresmikan—hingga 2006 sebelum Kedutaan Besar Australia di Kabul dibuka. Kebijakan seperti itu lazim dilakukan.
”(Kebijakan) Itu tidak mengubah komitmen kami terhadap Afghanistan atau rakyatnya,” kata kedua pemimpin Australia itu.
Sejumlah pihak menyayangkan langkah itu, tetapi mereka memahami bahwa keselamatan diplomat lebih penting. Mantan Duta Besar Australia untuk Israel, Dave Sharma, mengharapkan penutupan itu, sebagaimana dikatakan Morrison, sementara.
”Saya akan selalu mengutamakan keselamatan personel Australia, tetapi saya pikir penting bagi kami untuk melakukan apa yang kami bisa untuk memulihkan kehadiran itu secepat mungkin,” kata Sharma.
Kepada kantor berita AFP, seorang perwira militer yang berbasis di Kabul mengatakan, sejumlah negara akan mengikuti langkah Australia. Menurut dia, satu-satunya ”peluang” bagi perwakilan asing untuk tetap aktif dan beroperasi di Afghanistan adalah misi kemanusiaan yang mereka kerjakan.
”Akan tetapi, jika personel mereka terancam, tidak ada gunanya tetap tinggal di sini,” kata perwira tersebut.
Di sisi lain, Nishank Motwani, seorang ahli Afghanistan yang tinggal di Australia, mengatakan, Taliban akan menafsirkan pengumuman Morrison sebagai kemenangan.
”Taliban akan melihatnya sebagai tanda yang jelas bahwa NATO dan negara mitra non-NATO lainnya kemungkinan besar akan menutup misi diplomatik mereka karena keputusan AS untuk keluar dari Afghanistan, dan kekosongan keamanan akan tercipta,” katanya.
Menyikapi langkah Australia, Kementerian Luar Negeri Afghanistan menyatakan, pihaknya berharap Canberra akan meninjau keputusannya. Pemerintah Afghanistan berkomitmen untuk terus menjamin keamanan misi diplomatik asing di negara itu.
Sementara itu, melalui juru bicaranya, Mohammad Naeem, Taliban berjanji untuk memberikan jaminan keamanan bagi para diplomat asing.
”Imarah Islam Afghanistan meyakinkan semua diplomat asing dan staf organisasi kemanusiaan bahwa (kami) tidak akan mengancam mereka,” kata Mohammad Naeem. ”Kami akan menyediakan lingkungan yang aman untuk aktivitas mereka.”
Akan tetapi, ada catatan hitam pada masa lalu ketika Taliban menguasai Afghanistan pada era 1990. Pada September 1996, Taliban menculik mantan Presiden Afghanistan, Najibullah Ahmadzai, yang tengah berlindung di markas PBB di Afghanistan. Oleh Taliban, Ahmadzai lalu dibunuh dengan brutal dan jasadnya dipertontonkan kepada publik.
Pada tahun 1998, Taliban mengetahui 10 diplomat Iran di Konsulat Iran di Mazar-i-Sharif, di wilayah Afghanistan utara.